Halo, kawan! Pernah dengar istilah resensi? Atau,
mungkin sudah tahu istilahnya, tapi bingung dan tidak tahu cara untuk
menuliskannya?
Tenang, kali ini Ach’s Book Forum tidak akan
membiarkan kalian penasaran begitu saja. Karena di SMARTikel kali ini, kita
akan membahas segala hal yang berkaitan dengan resensi. Tapi tunggu dulu,
kalian maunya aku yang nulis sendiri atau dihadirin tamu? Hihihi. Ok, karena aku
lagi males pikir *duh, kacau nih* maka aku akan menghadirkan satu tamu spesial
yang akan membahas semua hal seputar resensi kepada kalian.
Sebagai tuan rumah yang baik, mari aku perkenalkan
tamu cantik satu ini kepada kalian….
Please welcome..!!
Nisa Rahmah @
Resensi Buku Nisa ..!!!
SUMBER: DI SINI |
Halo
Bintang, senang rasanya bisa ikut mengisi blog punya Bintang dan berbincang
seputar dunia perbukuan. Hmmm, kali ini bahasnya tentang resensi ya? Sebelumnya
kenalan dulu yuk, panggil saya Nisa saja. Rumah saya ada di RESENSI BUKU NISA silakan kapan-kapan berkunjung ya.
Nah,
di sini saya kepingin cerita sedikit tentang apa itu resensi. Kalau ditanya
tentang definisi, saya termasuk yang tidak terlalu paham bagaimana teorinya
atau definisi “resensi” dan bagaimana cara membuat resensi yang baik dan benar
seperti apa (maklum, bukan guru Bahasa Indonesia, hihihi). Tapi, yang saya ketahui,
resensi itu sendiri adalah “mengulas
buku”. Kenapa mengulas buku? Karena dalam membuat resensi, kita akan
membicarakan sekaligus mengulas buku yang bersangkutan.
Bisa juga diartikan sebagai “bedah buku”, karena memang terkadang buku yang
baik dan berkesan meninggalkan banyak poin-poin yang harus dibedah dan dibahas.
SUMBER: DI SINI |
Kalau
lihat dari KBBI sendiri, resensi itu mempunyai arti:
resensi/re·sen·si/ /résénsi/ n pertimbangan atau pembicaraan
tentang buku; ulasan buku. (Sumbernya dari sini: http://kbbi.web.id/resensi)
Nah,
artinya tidak terlalu jauh berbeda, kan?
Lalu
muncul pertanyaan, kenapa kita harus meresensi buku? Ehm, sebenarnya ini bukan
keharusan. Namun, saya ingin sedikit cerita alasan saya mengapa harus meresensi
buku sampai musti rajin-rajin mengisi blog buku saya itu. Jadi, saya sejak
kecil termasuk orang yang suka baca buku. Tidak hanya suka, saya juga jadi
pengoleksi buku. Nah, kendala orang-orang yang suka membaca buku adalah, selang
beberapa waktu setelah menutup buku yang sudah dibaca, seringnya jadi lupa
bagaimana cerita buku itu. Ini tidak hanya berlaku bagi buku-buku yang kesannya
biasa saja lho ya, bahkan buku paling berkesan sekalipun, saya suka lupa
bagaimana isinya. Bahkan, untuk mengingatnya, saya harus googling dan melihat ulasan buku di blog milik orang. Akhirnya saya
merasa sepertinya waktu yang saya gunakan untuk membaca buku itu sedikit
terbuang percuma. Nah akhirnya, karena saya orangnya menolak lupa, jadilah
membuat blog buku yang berisi tentang resensi buku-buku yang sudah saya baca.
Saya
kan juga jadi ingat sama perkataan Ali bin Abi Thalib ra, "Ilmu
itu seperti hewan buruan, maka ikatlah ia (dengan menuliskannya)." Nah,
ini juga memacu saya untuk menuliskan apa-apa saja yang sudah saya dapatkan
dari membaca sebuah buku.
Jenis
buku yang saya baca, karena saya tergolong omnivoreader
alias pemakan segala jenis buku, maka buku-buku yang saya resensi adalah semua
jenis buku yang saya baca. Dari mulai novel sampai buku nonfiksi. Semua yang sudah
saya baca, saya ulas dan simpan dalam blog (meskipun utang review saya masih banyak juga, hehehe).
Sebenarnya,
dalam menulis resensi di blog saya, saya tidak punya patokan atau aturan khusus
dalam menuliskannya. Tapi, secara garis besar, yang biasanya saya tulis adalah
yang pertama identitas buku.
Meliputi judul, penulis, tahun
terbit/cetakan, penerbit,
tebal buku, ISBN, rating, dan tak lupa sampul buku. Lalu
yang kedua, blurb/sinopsis yang ada
di bagian belakang sampul buku. Setelahnya, barulah
saya menceritakan isi buku versi saya sendiri. Ini tanpa spoiler lho ya, karena saya termasuk orang yang anti dengan spoiler, hehehe. Informasinya yang cukup
membuat saya ingat keseluruhan isi buku, dan juga bermaksud membuat pembaca
penasaran dengan bukunya. Tapi, ada beberapa jenis buku yang mau tidak mau,
harus ditulis spoiler-nya. Nah untuk
kondisi khusus ini, saya kasih peringatan di awal terlebih dahulu kalau ulasan
saya ini mengandung spoiler.
Nah
untuk kutipan-kutipan buku sendiri, saya tidak terlalu suka untuk memberikan space tersendiri untuk mengumpulkan
kutipan buku (kecuali ada beberapa buku yang sangat-sangat-sangat berkesan,
yang saya rela memberikan sebuah posting-an khusus untuk menulis kutipannya).
Biasanya saya meletakkan kutipan di bagian awal, lalu saya sisipkan
kutipan-kutipan berkesan itu dalam pembahasan maupun saat saya menceritakan
tentang alur si buku itu.
Dan
bagian terakhir yang saya suka adalah,
ulasan tentang buku. Yang saya tulis di sini adalah tentang kesan yang
ditimbulkan buku tersebut kepada saya. Terkadang saya suka mengaitkan dengan
kehidupan sehari-hari atau menghubungkan dengan cerita yang berkesan oleh saya.
Ini membuat ulasan saya menjadi personal sekali. Karena apa? Karena saya ingin
momen dan kesan yang benar-benar menempel di benak saya tuliskan semua di sana.
Di sini saya akan memaparkan apa saja yang ingin saya tulis baik berhubungan
dengan kelebihan dan kekurangan buku. Nah kalau sudah bahas plus minus ini,
saya mengusahakan seobjektif mungkin meskipun untuk mengulas kesan-kesan, saya
melakukannya dengan subjektif. Jadi, resensi yang saya buat itu
bagaikan diari berjalan atau potongan-potongan kehidupan yang tidak hanya
berlangsung di lembaran buku yang saya baca, melainkan berhubungan dengan
kehidupan pribadi saya juga.
Writer's Block adalah salah satu kendala terbesar dalam menulis. SUMBER: DI SINI |
Nah,
sampai di bagian akhir ya. Maaf kalau tulisannya jadi panjang begini, hehehe.
Sekarang, kiat-kiat agar bisa menulis resensi yang baik. Kalau saya, ini
termasuk pada kiat agar konsisten menulis sih sebenarnya. Karena kalau sedang
dilanda writer’s block atau bahasa
kerennya “webe”, saya tidak akan memaksakan diri untuk menulis. Namun, untuk
menjaga kekonsistenan menulis, memang harus dipancing-pancing dengan membaca
buku yang bagus (agar bisa menumpahkan isi pikiran dalam bentuk review-an). Atau, bisa juga mengunjungi
blog buku teman-teman yang lainnya. Ini ampuh lho untuk menjaga konsistensi
menulis.
Kendala
terbesar dalam menulis review adalah
waktu. Karena, untuk menulis satu resensi saja, terkadang membutuhkan waktu
berjam-jam. Apalagi kalau buku yang sudah kita baca banyak. Kebayang berapa
waktu yang harus disisihkan untuk menulis resensinya kan? Tapi, balik lagi,
kalau tidak dituliskan, maka saya akan lupa. Jadi, memang harus
disempat-sempatkan menulis agar tidak lupa.
Satu
hal lagi yang menjadi penyemangat saya dalam menulis resensi adalah, bagi saya,
blog adalah sebuah “Pensieve”. Tahu apa itu Pensieve? Itu adalah benda sihir
milik Albus Dumbledore yang digunakan kepala sekolah Hogwarts itu untuk
menyimpan kenangan yang memenuhi isi kepalanya. Jadi, Pensieve adalah Kuali
Kenangan. Dan blog buku bagi saya adalah kuali kenangan yang menyimpan pesan
dan kesan saya terhadap sebuah buku. Kalau tidak ditumpahkan di sana, isi
kepala saya akan penuh. Dan lama-kelamaan akan terlupa begitu saja atau justru
mengendap di dalam kepala.
Jadi,
apakah kamu juga tertarik untuk menuliskan resensi bukumu?
***
MORE ABOUT NISA RAHMAH:
Ayoo kepoin Kak
Nissa, bisa lewat Twitter-nya di @niesya_bilqis, atau
email: rahmah977@gmail.com. Kamu pun juga bisa berkunjung ke blog-nya dengan klik
DI SINI. Pastikan kamu nggak ketinggalan update-update menarik darinya!
Saya sudah lama mengintip blognya Mbak Nisa ini. Dan blog beliau termasuk yang saya idolakan. Saya tertarik sekali dengan resensi beliau yang bagian mengulas buku. Begitu detail dan sangat fokus.
BalasHapusAda kebalikan nih antara saya dan Mbak Nisa mengenai menulis resensi. Saya selalu disiplin menuliskan review begitu selesai membaca. Tidak ada istilah lanjut baca sebelum menulis resensi buku yang kelar dibaca. Makanya tidak ada hutang resensi. Kalau hutang baca buku, masya Allah, masih menumpuk beberapa..
Ini topik yang menarik sekali, Bintang. :)
Itulah alasan kenapa saya memilih Kak Nisa untuk mengisi SMARTikel kali ini. Tulisannya memang bagus.
HapusTerima kasih sudah berkunjung Mas Adin :)
Wah makasih kak Adin sudah jadi pembaca setia blog saya :'D
HapusAduh, nah itu dia, kalau saya lagi webe, nggak bisa maksain bakal nulis, meskipun nggak kepingin juga numpukin utang review huhuhu. Tapi diusahakan segera melunasinya supaya nggak keburu lupa =)) Salut deh buat Kak Adin yang konsisten buat ngereview :)
About Pensieve. Jujur dari pengalaman saya, memulai negblok itu karena terlintas ide seperti ini. percuma banget baca buku trus nggak nyisain jejak yah minimal kesan saat setelah membaca buku itu. Eh lama-lama yg awalnya cma mw nulis kesan, jadix resensi jg hihi . Btw i like this artikel, informatif bgt :) buat Mba Nisa, salam kenal yah :)
BalasHapusPada dasarnya, alasan seseorang untuk masuk ke dunia blogging itu memang beragam ya. Terima kasih ya sudah berkunjung :)
HapusNah aku juga sepakat nih, kalau nggak ditulis suka lupa sama apa yang dibaca, meskipun yang sudah ditulis bukan berarti terus ingat. Cuma kalau punya tulisan sendiri jadi nggak perlu mencari ke mana-mana untuk mengingatnya.
HapusAnw, salam kenal juga ya :D
Saya jadi kepikiran buat blog buku juga, hehe. Tapi yang sekarang saja kurang diurus, semoga kesampaian deh buat blog bukunya. Terimakasih atas postingannya, saya jadi belajar dan mengingat lagi tentang resensi. :D
BalasHapusAlhamdulillah kalau Mas Yoggy jadi terinspirasi untuk membuat blog buku. Ayo yang konsisten ya Mas menulisnya. Terima kasih juga sudah berkunjung ~
HapusDitunggu blog bukunya yaa :D
Hapuswah makasih tipsnya :D setuju sih soal nulis resensi butuh waktu lama :D
BalasHapusTerima kasih kembali Mba, ditunggu nih kesediaan Mba Hana untuk ikut mejeng di Ach's Book Forum, hehehehehe
HapusSama2.. amin.. semoga lain kali bisa ya :)
HapusSiiippokeeeee
HapusSama-sama Kak Hana, salam kenal yaa ;)
HapusDengan meresensi buku, selain kita tidak lupa dengan buku-buku yang telah dibaca, kita sekaligus bisa membantu para calon pembaca yang sedang bingung hendak membeli sebuah buku atau tidak. Hanya saja, mungkin diulas juga penulisan ulasan buku yang tidak spoiler. Nice interview and article, Bintang.
BalasHapusYuupp benar sekali Mas Dion. Semoga dengan adanya resensi2 dari kita, selain berguna untuk penerbit atau penulis, juga untuk para pembaca di luar sana yang mungkin haus informasi tentang suatu buku. Terima kasih sudah berkunjung Mas :))
HapusSetuju sama Kak Dion... soalnya saya kalau beli buku juga lihat antusiasme pembaca lainnya juga. Dengan meresensi, kita jadi salah satu yang bisa membantu :)
HapusOk. Jadi semakin tahu. Soalnya sering bolong bolong juga kalau nulis resensi.
BalasHapusTerima kasih :) Yang penting sudah memulai menulis, itu sudah jadi poin pentingnya :) Semoga bisa konsisten ya :D
HapusHalo Bintang, makasih lho yaa sudah dikasih kesempatan untuk mejeng di blognya Bintang dan berbagi sama teman-teman semua :D
BalasHapusJangan lupa mampir ke blog saya juga yaaa :)) =)) http://resensibukunisa.blogspot.co.id/
Sama-sama Bu Nisss, ayo temna-teman mampir ke blognya Ka Nisa yaaa, banyak postingan menarik. Semoga bisa mejeng lagi ya di sini, hehehe
HapusBanyak belajar dari postingan ini, Mas Bintang. Salam kenal Mbak Nisa. Tak hanya menulis cerpen yang lama, menulis resensi juga perlu waktu yang tidak sedikit. :) Dan memang banyak sekali manfaat meresensi buku. Karena dari meresensi bisa mengenalkan buku-buku menarik pada khalayak, juga siapa tahu memancing juga agar ikut membaca.
BalasHapusTerima kasih sudah berkunjung Mba Ratna. Iya, senang bisa berbagi ilmu seperti ini. Tetap semangat meresensi ya Mba, salut nih saya lihat Mb Ratna resensinya selalu nampang di koran mulu, hehehe.
Hapus