Kamis, 16 Februari 2017

[Book Review] Don't Say Goodbye - Mezty Mez



Judul : Don’t Say Goodbye
Penulis : Mezty Mez
Tahun terbit : 2016
Cetakan : Pertama
Tebal : 252 hlm
Penerbit : Bukune
Kategori : Novel
ISBN : 978 – 602 – 220 – 203 – 5 

Blurb:

Setelah kecelakaan,Dante berusaha menyembuhkan diri selama tiga tahun di Jepang. Kini, ia sudah bisa beraktivitas dengan baik walau belum bisa berjalan. Setiap hari, ia berusaha menyusun ingatannya yang hilang. Siapa dirinya dan apa yang telah ia tinggalkan?

Kenangan akan Rena yang kembali membuat Dante pulang ke Indonesia dengan harapan dapat menemuinya. Namun, sesampainya di sana, Dante justru dilanda kebimbangan, apakah yang dilakukannya benar atau salah. Setelah tahun-tahun yang terlewat, apakah Rena masih tetap menunggunya?
 

***







“Lebih mudah melepaskan sesuatu yang sudah selesai entah itu baik atau buruk. Karena sesuatu yang tidak jelas akhirnya, akan membuat kita tak pernah benar-benar berhenti berharap.”
Hlm. 114


 - D A N T E -

Setelah dilanda koma selama hampir dua tahun, kini, Dante Saktiaksana mulai menjalani terapi berjalan di sebuah rumah sakit di Jepang. Ingatannya belum sepenuhnya pulih, dan dia belum bisa berjalan karena kecelakaan yang menimpanya beberapa tahun lalu saat dalam perjalanan menuju Bandara Narita. Taksi yang ditumpanginya saat itu tiba-tiba ditabrak oleh taksi lain dari arah berlawanan. Tidak menunggu waktu lama hingga akhirnya taksi itu meledak. Menewaskan semua orang yang ada di dalamnya, kecuali Dante. Takdir membuatnya tetap hidup, meski harus melalui masa-masa yang tidak mudah setelahnya.  

Bersama Inaho, perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut, Dante melewati masa-masa sulitnya. Ia dilatih berjalan, untuk menguatkan saraf-saraf motoriknya. Namun anehnya, kenapa pihak rumah sakit terutama Inaho, tidak membantunya untuk mengingat tentang kehidupannya yang terlupa? Dante memang hilang ingatan, satu-satunya memori yang ia ingat adalah namanya sendiri, dan nama seseorang. Rena. Yang lebih menyakitkan, Dante tidak bisa mengingat, siapakah mereka berdua?

 -R E N A -

Kini, kehidupannya sempurnalah sudah. Setelah menikah dengan Alex, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki tampan, Akira. Rena, tidak tahu kebahagiannya akan sesempurna itu. Karena, beberapa tahun lalu, ia seakan merasa kehidupannya terhenti pada satu titik yang menyakitkan. Lelaki yang dicintainya, yang sudah berjanji akan melamarnya, tiba-tiba hilang seakan ditelan bumi. Hanya satu kabar tentangnya yang diketahui Rena, entah itu benar atau tidak. Dante, laki-laki itu, dinyatakan meninggal dalam kecelakaan yang menimpanya saat dalam perjalanan menuju Bandara Narita. Dan itulah puncak kesedihan Rena, ia merasa kehidupannya hilang arah, dan tidak lagi berguna.

Di saat itulah, Alex masuk ke kehidupan Rena, membuka hati sepenuhnya untuk membawa Rena bengkit dari keterpurukannya. Dan kini, keadaan berubah sudah. Alex dan Rena sama-sama sudah bahagia dengan kehidupan mereka. Namun meski begitu, di sudut terdalam hatinya, seseorang masih Rena harapkan kedatangannya.

Dante, apakah ia akan kembali?

***

“Tapi yang paling mengagumkan, dia tidak pernah berhenti berharap. Dia selalu berharap. Bahkan ketika dia tahu tak ada lagi yang akan berubah dengan pengharapannya. Dia tak pernah berhenti berharap… dan itu membuat orang lain ikut berharap sepertinya. Dia mampu menerangi orang lain, tapi dirinya sendiri terbakar habis. Dia seperti…. Matahari.”
Hlm. 107

Don’t Say Goodbye adalah novel ketiga dari Mezty Mez. Selain itu, novel ini juga menjadi sekuel terakhir dari seri Hai Luka. Ditulis di tengah kesibukan penulisnya yang sedang syuting sinetron, novel ini rupanya diselesaikan dengan cukup baik, meski ending-nya terkesan sangat tergesa-gesa dan kurang logis.

Dibandingkan dengan novel pertama, Hai Luka, memang bagiku, jika dilihat dari segi ceritanya, Don’t Say Goodbye ini terbilang tidak lebih bagus. Jika 'Hai Luka' mendapat 4 bintang dariku, maka novel ini sudah cukup dengan 3 bintang saja. Namun, setidaknya, novel ini berhasil mengobati kekecewaanku terhadap buku kedua, yaitu ‘Sesaat di Keabadian’ yang cenderung tipis dan kurang dieksplor dari berbagai sisi.

Di novel Don’t Say Goodbye, selain tebal—itu poin plus banget—setiap elemen dan pembangun ceritanya juga dikembangkan dengan cukup baik. Rasa yang aku dapat memang selaras dengan di novel pertama. Sangat melibatkanku secara emosional dan cerita tersampaikan dengan cukup baik. Terkait latar tempat, buku ini punya dua latar utama—Jepang dan Indonesia. Namun meski latar awal buku ini di Jepang, jangan harap kalian bisa menikmati keindahan dan panorama negeri Sakura tersebut disini. Karena setting Jepang hanya sebatas rumah sakit tempat Dante dirawat saja.

Sudut pandang yang digunakan dalam buku ini adalah sudut pandang orang pertama dari kedua tokoh utama—Rena dan Dante. Cara ini membuat pembaca mudah untuk mendalami perasaan dan perubahan pola pikir yang mungkin saja terjadi pada kedua tokoh tersebut. Otomatis, segala perubahan terakit perasaan mereka, sedikit pun, dapat dipahami dengan logis jika menggunakan PoV1. Namun entah pada bab berapa tepatnya, PoV1 tiba-tiba berubah jadi PoV3. Tidak masalah sebenarnya, karena memang tidak ada ketentuan khusus untuk itu. Tapi sebenarnya, aku lebih suka jika PoV1 tetap dipertahankan sampai akhir. It’s just taste!

Seperti yang sudah kubilang tadi, novel ini berhasil melibatkanku secara emosional. Banyak adegan-adegan yang menyentuh dan menyayat hati, terutama ketika penulis mengutarakan bagaimana perasaan dari kedua tokoh utamanya dengan cukup baik. Selain itu, bagiku novel Don’t Say Goodbye ini juga cukup baik pada bagian dialog antar tokohnya. Sarat akan emosi dan didukung dengan suasana cerita yang juga relevan, sendu-sedih. Lewat ketiga novelnya ini, aku cukup bisa mengenali ciri khas Mezty dalam menulis, yakni tidak lepas dari kesan kesenduan dan kesedihan. Dan hal tersebut berhasil dimaksimalkan menurutku, sehingga feel terasa lebih sampai ke benak pembaca.

Kemudian, membaca buku ini menurutku tidak boleh lepas dari kedua buku sebelumnya. Selain ceritanya yang berhubungan, beberapa elemen cerita lain, seperti kronologi cerita dan sebab-akibatnya juga banyak terselip di dua buku tersebut. Jika kalian membaca buku ini tanpa membaca dua buku sebelumnya, maka kemungkinan besar kalian akan menemukan banyak kebolongan di sana-sini, dan menganggap ceritanya tidak runut tur logis. So, Don’t Say Goodbye bukan tipe novel yang berdiri sendiri, namun memiliki rangkaian kejadian yang tersebar di buku sebelumnya. Dan setelah aku baca buku ini, rasanya cukup puas. Semua kejadian menjadi jelas seperti apa dan bagaimana sebab-akibatnya juga kronologinya. Alhasil ceritanya menjadi runut, logis dan tidak… ‘aneh’.

Sayangnya, ending cerita ini tidak dikemas dengan baik. Buruk menurutku, tipe-tipe sinetron. Penulisnya memang pemain sinetron, tapi buku yang ditulisnya juga tidak harus se-sinetron juga. Ending (bag. Epilog) menurutku diselesaikan sangat tergesa, tidak dijabarkan secara logis, dan seperti yang aku tulis barusan, sinetron banget. Kalau saja penulis rela mengorbankan 2-3 lembar lagi untuk memperbaiki endingnya menjadi lebih bagus, kemungkinan besar aku bakal naikin rating untuk novel ini. Hmm, sayang sekali.

Kemudian saat menjelang ending, waktu Ayahnya Rena datang tiba-tiba itu, menurutku juga mendadak banget, tidak ada penjabaran logis. Seharusnya dari awal-awal, sudah dikode terlebih dahulu, atau istilah lainnya, memberi ancang-ancang dulu agar tidak terkesan mendadak seperti ini. Sangat-sangat disayangkan sekali, buku ini tidak bagus pada bagian akhir. Untuk typo, memang masih banyak. Aku jadi heran, dari ketiga novel Mezty, kenapa tidak ada yang bersih dari typo? Narasinya juga banyak kalimat yang kurang efektif. Intinya, dari segi teknik penulisan, novel ini masih harus banyak perbaikan.  

Secara keseluruhan, novel ini cukup berhasil memuaskanku terhadap kisah akhir Rena-Dante-Alex. Meski tidak begitu maksimal, namun aku harap Mezty bisa lebih baik lagi untuk buku-buku selanjutnya. Ditunggu sekali!

Terima kasih!

***

 “Harapanku telah terkabul dan dia kembali padaku. Itulah yang terpenting.”

Hlm. 199

1 komentar:

  1. Review buku yang sangat bagus. Bagi yang ingin membaca novel nya secara keseluruhan. Silahkan baca novelnya di http://www.indoebook99.xyz/2017/06/dont-say-goodbye.html

    BalasHapus