Judul : Gerbang Dialog Danur
Penulis : Risa Saraswati
Tahun terbit : 2015
Cetakan : Pertama
Tebal : ix + 223 halaman
Penerbit : BUKUNE
Kategori : Novel Horor
ISBN : 602-220-150-0 |
Blurb :
Jangan heran jika mendapatiku sedang
bicara sendirian atau tertawa tanpa seorang pun terlihat bersamaku. Saat itu
mungkin saja aku sedang bersama salah satu dari lima sahabatku.
Kalian mungkin tak melihatnya… Wajar.
Mereka memang tak kasat mata dan sering disebut… hantu---jiwa-jiwa penasaran
atas kehidupan yang mereka anggap tidak adil.
Kelebihanku dapat melihat mereka
adalah anugerah sekaligus kutukan. Kelebihan ini membawaku ke dalam
persahabatan unik dengan kelima anak hantu Belanda. Hari-hariku dilewati dengan
canda Peterm, pertengkaran Hans dan Hendrick---dua sahabat yang sering
berkelahi, alunan lirih biola William, dan tak lupa; rengekan si bungsu
Janshen.
***
Jauh dari kehidupan “normal” adalah
harga yang harus dibayar atas kebahagiaanku bersama mereka. Dan, semua itu
harus berubah ketika persahabatan kami meminta lebih, yaitu kebersamaan
selamanya. Kini aku mulai menyadari bahwa hidup ini bukan hanya milikku
seorang….
Namaku Risa. Aku bisa melihat
‘mereka’
***
Semenjak
usianya yang terbilang masih kanak-kanak, Risa bukanlah sosok gadis yang biasa.
Jika kita melihatnya dari segi fisik, mungkin kita tidak akan menemukan
perbedaan sedikit pun dengan anak-anak gadis pada umumnya. Secara fisik, dia
normal. Namun, coba kalian picingkan mata lebih tajam, seketika, kalian akan
tahu bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam diri Risa.
Risa
memang manusia, namun tidak dengan sahabat-sahabatnya. Dari sini, apakah kalian
sudah bisa menemukan perbedaan itu? Ya, Risa berteman dengan sosok yang bukan
lagi manusia, melainkan hantu. Pertemuan pertama mereka adalah ketika Risa
sedang berada dalam kondisi yang sangat terpuruk karena lingkungan barunya.
Lebih tepatnya di sebuah desa di kawasan Bandung, di tempat neneknya tinggal.
Dari situlah, Risa mengenal ‘mereka’.
Rumah
peninggalan Belanda yang sudah banyak merekam jejak hidup para penghuninya itu
rupanya juga meninggalkan sosok-sosok penghuni yang bukan lagi manusia, dan
mereka adalah sosok keturunan Belanda. Di tempat inilah kalian akan mengenal
lima anak laki-laki keturunan Belanda yang menjadi teman baru Risa. Yang paling
tua dan sering dianggap kakak bagi keempat teman hantu lain, kalian bisa
menyebutnya Peter. Sementara, yang gemar memainkan lantunan nada indah dengan
biola kesayangannya, panggil saja William. Ada pula si pembuat kue
andal—Hans—dan si populer, Hendrick. Dan jangan lupa, Si bungsu yang ompong dan
menggemaskan, Janshen.
Di
saat Risa tak bisa merasakan arti persahabatan bersama manusia-manusia
sepertinya, Peter dan kawan-kawanlah yang mengajarkan hal tersebut kepadanya.
Namun, persahabatan yang tak sewajarnya ini rupanya harus menghadapi kenyataan
yang sulit untuk diterima. Risa, yang hakikatnya adalah manusia biasa, tentu
harus menerima kenyataan bahwa dirinya akan bermetamorfosa menjadi seorang perempuan
dewasa, dan tidak bisa selamanya menjadi anak-anak seperti ‘mereka’. Namun,
kenyataan itu tidak bisa diterima oleh kelima sahabatnya. Hingga pada akhirnya,
tepat di usianya yang menginjak tiga belas tahun, Risa harus rela kehilangan
kelima sahabatnya itu.
Risa
memang bukan manusia biasa. Dan, dia bisa melihat sesuatu tak kasat mata, yang
biasa kalian sebut hantu. Namun, masalahnya,
apakah Risa masih akan bisa melihat kelima
sahabatnya?
***
Semenjak
mendengar kabar bahwa novel Gerbang Dialog Danur akan difilmkan, aku bisa dibilang
menjadi salah satu orang yang sangat excited
dengan hal tersebut. Selama ini, kalian tahu sendiri bahwa aku adalah salah
seorang penggemar buku-buku Risa Saraswati dan cerita-cerita tentang teman
hantunya itu. Jadi, dengan adanya kabar gembira tersebut, maka tak segan-segan
juga bagiku untuk menulis kembali review dari novel Danur ini. Sebagai sebuah
penyegaran, ada banyak sekali hal yang ingin kuutarakan tentang novel ini, dan
tentang film-nya yang akan segera rilis juga tentunya.
Kita
bicara tentang novelnya terlebih dahulu. Jujur, Gerbang Dialog Danur sangat
mampu memberikan nuansa dan citra yang berbeda dalam sebuah novel horor.
Apalagi, cerita dalam novel ini based on
true story. Seperti kata Risa dalam buku ini, mulai sekarang kita buang
jauh-jauh pikiran tentang hantu menakutkan yang suka meneror manusia dan lain
sebagainya, karena sesungguhnya, kalian tidak akan menemukan hal tersebut dalam
buku ini. Dengan ketebalan mencapai 230 halaman, buku ini tidak hanya berkisah
tentang betapa manisnya kisah persahabatan yang Risa alami bersama kelima
sahabatnya. Namun, aku sendiri menyimpulkan bahwa novel ini juga ditulis untuk
tujuan lain, yaitu untuk mengubah spekulasi yang berkembang di kalangan
masayarakat selama ini tentang keberadaan makhluk tak kasat mata.
Selama
ini masyarakat mempunyai kepercayaan bahwa manusia selalu hidup berdampingan
dengan kehidupan lain yang tidak bisa dilihatnya, yakni kehidupan ‘mereka’.
Manusia percaya bahwa di balik hiruk pikuk kehidupannya, ada sosok-sosok lain
yang menyimpan kehidupan lain yang tak kalah besar dibandingkan kehidupan
manusia sendiri. Itu tidak salah, dan sangat benar, bahwa ‘mereka’ memang
benar-benar ada. Hanya saja bedanya, dimensi kehidupan dan alam antara ‘mereka’
dengan manusia terpisah oleh sebuah sekat yang menjadi sebuah pemisah. Entah
apa namanya. Yang jelas, sekat itulah yang membuat kita, manusia, bisa hidup
tanpa gangguan berarti dari ‘mereka’—kecuali jika kita mengganggu atau mengusik
keberadannya.
Di
balik kepercayaan—yang juga diyakini sebagai fakta—yang berkembang di
masyarakat tersebut, muncul juga kepercayaan lain yang sayangnya sangat
melenceng dari fakta yang sebenarnya. Asumsi bahwa hantu adalah momok
menyeramkan yang bisa kapan saja merusak bahkan membunuh manusia, banyak sekali
beredar, dan lebih parahnya, sebagian besar orang mengangguk percaya terhadap
keyakinan tersebut. Tapi tahukah kalian bahwa fakta yang sebenarnya tidak
seperti itu? Memang, jika kita memiliki kemampuan yang berbeda seperti penulis,
kita akan menyetujui bahwa secara wujud, selain tak kasat mata, hantu juga
menyeramkan. Namun yang coba diungkapkan, ditonjolkan, dan disiratkan dalam
novel Gerbang Dialog Danur ini tidak hanya menyangkut hal tersebut, melainkan
juga sisi lain dari sosok tak kasat mata, yang rupanya juga memiliki sisi
sensitif dan perasaan layaknya manusia pada umumnya.
Risa,
bersama berbagai pengalaman yang ia tulis dalam buku ini, sedikit banyak mampu
mengubah anggapanku bahwa hantu adalah sosok yang sangat pantas untuk dijauhi.
Namun tidak untuk Risa, baginya, hantu tak lebih dari sosok yang masih
penasaran tentang kehidupannya yang sebelumnya, dan ‘mereka’ hanya butuh
didengar. Aku baru tahu bahwa ‘mereka’
juga butuh tempat untuk mencurahkan isi hati mereka. Dan pasti kalian tidak
percaya bahwa hantu pun bisa jatuh cinta. Bukankah itu sangat menunjukkan bahwa
meskipun sosok mereka hantu, namun tetap saja, kodrat mereka adalah manusia?
Benar seperti itu?
Sebuah
kisah horor yang sangat menonjolkan keharmonisan hubungan antara manusia dan
hantu ini sangat membantu kita—terutama aku—dalam mengatasi ketakutan kita
sendiri, terlebih kepada hantu. Dan aku tidak habis pikir dengan penulis,
pertemanan yang kalian jalin, benarkah seharmonis yang kubayangkan? Oh my god, jangan salahkan aku apabila
kalian juga ingin punya sahabat hantu seperti Risa setelah membaca buku ini. Sedikit
saja kuberitahu, novel ini tidak hanya merekam kisah persahabatan manis antara
Risa dengan kelima teman hantunya, tapi juga teman-teman hantu yang lain. Mulai
dari kehidupan awal mereka sebelum meninggal, kronologi kematian mereka, sampai
alasan kenapa mereka terkadang suka mengusik kehidupan manusia. Novel ini
ditulis dengan sangat ringan, dan dengan
tanpa mengesampingkan unsur horornya, novel ini juga berhasil menyampaikan
sebuah pesan tersirat yang kurang lebih mengajak kita untuk menghargai
keberadaan ‘mereka’.
Gerbang
Dialog Danur adalah sebuah kisah tentang hubungan yang tidak biasa antara
manusia dan hantu, yang anehnya, terasa begitu harmonis hingga berhasil
memengaruhi pembacanya untuk merasakan hal serupa.
Risa,
tidak bisakah kau berhenti membuatku jatuh cinta dengan ceritamu? Ah, sialan!
“Ketika penciumanku tertutup,
sedangkan mata hati terbuka lebar untuk mereka yang biasa kalian sebut. Hantu”
***
DANUR: I CAN SEE GHOSTS
Beberapa
waktu yang lalu, saat mendengar kabar bahwa DANUR akan difilmkan, sangat senang
sekali tentunya. Hal ini tidak lepas dari kecintaanku terhadap Risa dan
teman-teman hantunya yang selama ini kukenal lewat novel-novel Risa. Tentunya,
sebagai penggemar mereka, salah besar bukan jika aku melewatkan filmnya? Peter
Cs yang selama ini hanya hidup dalam imajinasi pembaca, akan seperti apakah
jika bermetamorfosa ke dalam ‘layar ajaib’? Selama ini, aku mengetahui seperti
apa gambaran fisik mereka hanya sebatas membaca, dan dengan melihat ilustrasi
kaver dalam buku Gerbang Dialog Danur. Meski aku yakin ilustrasi yang ada dalam
buku tidak sama persis, namun sudah cukup bagiku untuk meraba sosok mereka akan
seperti apa dalam filmnya nanti.
Dan,
untuk cast yang memerankan Peter Cs, memang aku sudah tahu—kalian bisa lihat di
kaver filmnya. Meski sebenarnya, yang ada di film cukup berbeda dari yang
tergambar dalam ilutrasi novel—maupun dari imajinasiku selama ini—namun aku
cukup senang saat mengetahui bahwa karakter asli mereka tidak lepas atau tetap
dimunculkan. Seperti yang paling jelas, misalnya, Will dengan biolanya. Untuk
Janshen sendiri, aku berharap tokoh yang ada dalam film benar-benar bisa
memerankannya dengan baik dan sesuai ekspektasiku selama ini. Janshen yang
polos, lucu, dan menggemaskan. Akankah seperti itu? Kita lihat saja!
Dan
Prilly Latuconsina. Aku sangat senang sekali saat mengetahui bahwa Prilly yang akan
memerankan karakter Risa di novel ini. Selain karena memang ia berbakat dalam
bidangnya, juga karena menurutku sosok Prilly adalah sosok yang pas dengan Risa
remaja yang ada dalam imajinasiku selama ini. Dan coba kalian pikir, adakah
aktris lain yang sekiranya benar-benar pantas dan cocok untuk memerankan Risa
si indigo? Menurutku tidak. Dan aku yakin, Prilly mampu melakukannya dengan
sangat baik. Untuk gambar atau backsound-nya
sendiri, setelah melihat trailer-nya,
aku sangat yakin sekali kalau film ini digarap dengan sangat total. Dan aku pun
berharap serupa untuk hasil akhirnya nanti. Baiklah, kita lihat saja 30 Maret
nanti!
Jadi,
kalian sudah siap? Sebelum nonton film-nya, yuk persiapkan dirimu dulu untuk
melihat cuplikan trailer-nya.
*PS: Jangan nonton sendirian,
ya!
Mau masukin buku ini ke wishlist ah. Mau jajal gimana rasanya baca horor indonesia yang sampai difilmkan pula. :)
BalasHapusSiipp, dibaca ya Mas, based on true story loh. Bagus pokoknya :))
Hapusoh ini Buku jg y Risa Saraswati penasaran sama bukunya hehehe makasi jd kgpn beli
BalasHapusIya, DANUR memang diapadtasi dari novel. Sip, baca bukunya dan tonton filmnya ya!
HapusHanya saja Hans dan Hendrick nggak kebagian peran di film Danur.
BalasHapusIya, sayang banget. Tapi dengar2, mereka bakal ada di Danur 2 sih. Moga aja :))
Hapus