Blurb:
“Jangan jatuh
cinta kalau nggak berani sakit hati.”
Tertantang ucapan putra rekan bisnis keluarganya pada sebuah jamuan makan malam, Chris Hanafiah memulai permainan untuk memastikan dirinya tidak seperti yang pemuda itu katakan.
Dan Kianti Srihadi—Aki—adalah sosok ceria yang tepat untuk proyek kecilnya ini.
Saat Chris yakin semua akan berjalan sesuai rencana, kejutan demi kejutan, termasuk rahasia Aki, menyapanya. Membuat hari-hari Chris tak lagi sama hingga menghadapkannya pada sesuatu yang paling tidak ia antisipasi selama ini, yakni perasaannya sendiri.
Tertantang ucapan putra rekan bisnis keluarganya pada sebuah jamuan makan malam, Chris Hanafiah memulai permainan untuk memastikan dirinya tidak seperti yang pemuda itu katakan.
Dan Kianti Srihadi—Aki—adalah sosok ceria yang tepat untuk proyek kecilnya ini.
Saat Chris yakin semua akan berjalan sesuai rencana, kejutan demi kejutan, termasuk rahasia Aki, menyapanya. Membuat hari-hari Chris tak lagi sama hingga menghadapkannya pada sesuatu yang paling tidak ia antisipasi selama ini, yakni perasaannya sendiri.
***
“Be the bestfriend you
promised her, the kind she always needs.”
Hlm.
142
-
REVIEW:
Jika
saya benar, maka Imaji Terindah yang
telah saya baca ini merupakan sebuah novel re-packaged
atau sebuah versi baru dari novel yang sudah terbit sebelumnya. Imaji Terindah
sendiri tergabung dalam seri keluarga
Hanafiah yang terbit setelah Lukisan
Hujan—dan saya belum membaca satu pun buku dari seri ini sampai akhirnya
Imaji Terindah ada di tangan saya. Imaji Terindah karya Sitta Karina ini pertama kali terbit pada tahun 2005, dengan
tampilan sampul seperti berikut:
Dan
mungkin, karena melihat respon pasar yang sangat positif untuk novel ini, maka
pada akhir 2016 lalu, bersama Penerbit
Literati, Sitta Karina kembali menerbitkan buku ini, dengan tampilan baru
tentunya—saya sudah menyertakan tampilan kaver barunya di bagian atas. Saya
sendiri tidak tahu persis apa perbedaan antara kedua versi dari novel ini. Yang
jelas, di versi terbarunya ini, Imaji Terindah dilengkapi dengan selembar
ilustrasi yang saya alihfungsikan sebagai bookmark—umm,
atau memang itu ya fungsinya?
“Di
antara hari-hari gue yang penuh hukuman, elo ibarat hukuman yang layak gue
dapatkan.”
Hlm. 139
Imaji
Terindah, bercerita tentang salah seorang putra dari keluarga Hanafiah, yaitu
Chris. Diceritakan, Chris adalah sosok pemuda yang tidak lepas dari segala
atribut kemewahan. Hal ini ditunjang oleh lingkungan keluarga mau pun
pergaulannya sehari-hari. Karakternya sendiri di sini, lebih pro terhadap teman
sepergaulannya daripada dengan acara-acara keluarga yang berhubungan dengan
bisnis Hanafiah. Hingga pada satu kesempatan, ia dipertemukan dengan Kei—salah
seorang anak keluarga Kaminari yang kebetulan ikut serta dalam acara makan
malam di kediaman Chris. Pertemuan keduanya tidak meninggalkan kesan baik,
namun sebaliknya. Anehnya, apa yang sempat dikatakan Kei terhadapnya, membuat
Chris merasa tertantang dan mulai menjalankan misinya.
“Jangan jatuh
cinta kalau nggak berani sakit hati.”
-Kaminari Kei-
Misi
tersebut membawa ia bertemu dengan Kianti, atau yang biasa dipanggil Aki—siswi
baru di sekolah yang berhasil memikat perhatiannya. Namun, semakin Chris
mendekatinya, rupanya hal-hal di luar dugaan mulai muncul ke permukaan.
Termasuk tentang apa yang dirahasiakan Aki selama ini, dan tentang masa
lalunya. Kenyataan lain yang memahitkan juga harus Chris terima, bahwa
persahabatannya dengan Alde dan Rimbi menjadi korban dari hubungannya dengan
Aki. Belum lagi ditambah dengan hal-hal membingungkan tentang Kei. Tentang
kemampuannya yang tak terduga, dan tentang ikatan tak kasat mata yang rupanya
memiliki keterkaitan dengan Aki.
Begitulah
sedikit gambaran cerita di novel Imaji Terindah. Pada dasarnya, novel ini
memang dikategorikan sebagai novel remaja atau teenlit. Tokoh-tokoh di dalamnya pun berstatus sebagai siwa/i
sekolah menengah atas. Dan sungguh tepat sekali karena memang saya, juga
merupakan seorang siswa SMA—tapi tidak untuk jangka waktu yang lama lagi. Jadi,
saat mengetahui hal tersebut, saya sudah berpikiran bahwa; ah ya, ini ceritanya pasti easy to read banget, dan mungkin, cocok juga dengan usiaku. Memang, untuk
ukuran novel teenlit, cerita dan
konflik yang diangkat di sini cukup ringan. Hanya saja, saya tidak menemukan
kekhasan dari sebuah novel remaja. Saya merasa, novel ini berbeda. Terutama
dari segi pemilihan dialog antar tokoh yang kurang terasa kesan remajanya. Saya
tidak banyak menemukan kekhasan anak remaja, seperti banyolan-banyolan konyol
mereka, mau pun cara mereka berbicara yang biasanya rada ngelantur dan banyak
guyonnya. Penggunaan kalimat sapaan yang umum di kalangan anak remaja seperti ‘lo-gue’ pun juga minim, meski
sebenarnya ada. Entahlah, saya merasa semua tokoh di di sini dibuat terlalu ‘serius’.
Saat
penulis membangun chemistry antara Chris dengan Aki, muncul sebuah konflik,
yaitu datang dari Alde dan Rimbi, yang menilai bahwa Chris tidak lagi
mementingkan waktu untuk sahabatnya—terutama Rimbi—setelah mengenal Aki. Di
sini saya merasa bingung, sebenarnya status Chris dan Rimbi itu sebagai apa?
Sahabat? Gebetan? Pacar? Kalau sahabat, kenapa Rimbi selalu merasa cemburu
dengan Aki? Jadi menurut saya, peran Rimbi di sini perlu sekali ditegaskan
sejak awal. Karena di awal, penulis sering menyebut-nyebut ‘sahabat’, sementara
di lain sisi, banyak bagian yang menunjukkan bahwa status Rimbi dalam hidup
Chris lebih dari itu. Dan oh ya, saya juga merasa aneh saja saat Chris
tiba-tiba melayangkan ciumannya ke bibir Aki, saat berada di tempat umum yang
ramai pula? Hwow, saya tidak bisa membayangkan sepenuhnya bagaimana itu bisa
terjadi.
“The
similarity between time and girl: only take a while to enjoy it.”
Hlm. 141
Terlepas
dari itu semua, saya sangat suka sekali dengan hubungan Chris dan Aki. Hadirnya
Aki, dan dengan segala kelemahan yang ada pada dirinya, berhasil membuat
karakter Chris yang cenderung cuek menjadi lebih peka, perhatian, dan lembut.
Kekuatan chemistry dari kedua tokoh ini sangat kuat saya rasakan terutama saat
Aki sedang berada dalam kondisi terpuruknya. Bagaimana Chris menolongnya,
memberinya semangat, mau pun menghiburnya, sangat mencerminkan sekali bahwa ia
sangat penuh kepedulian. Begitu juga Aki, sosok gadis yang polos dan awalnya
sangat malu-malu untuk menyadari perasaannya ini, memiliki sisi yang tegar dan
kuat, mengingat segala cobaan hidup yang ia tanggung selama ini. Terlebih lagi,
menjelang akhir yang menurut saya itu sungguh menguras emosi. Dan oh, saya rasa
tidak ada kisah lain yang lebih manis dari para remaja, selain Chris dan Aki
ini.
Adegan
favorit saya adalah saat Chris menolong Aki yang sedang terkunci dalam gudang
di sebuah gedung tak terpakai yang ada di sekolah. Ah, itu benar-benar berkesan
sekali. Dan meski mereka sama-sama remaja, namun saya merasa bahwa ada unsur
kedewasaan—ups, bukan cerita dewasa loh ya yang saya maksud—yang membuat kisah
di sepanjang buku ini tidak terkesan ‘murahan’. Rasanya, ini adalah sebuah
novel remaja yang tidak menye-menye, namun cukup berkelas. Tidak membosankan
dan cocok dibaca saat kita haus akan cerita yang menyegarkan, terutama tentang
para remaja.
Lewat
novel dengan tebal mencapai 290 halaman ini, penulis menyelipkan satu pesan
penting terutama tentang persahabatan dan cinta sejati. Bagaimana keduanya
harus mendapatkan perhatian dalam porsi yang sama, tanpa berat sebelah atau
lebih menomorsatukan satu pihak. Sehingga dengan begitu, akan tercipta
keharmonisan dalam kedua hubungan tersebut, terlepas dari segala konflik yang
nanti menyertainya. Memang intinya adalah, kebersamaan dan keharmonisan sangat
penting untuk terlebih dulu dibangun.
Total
rate: 3 of 5 stars!
Duh bukunya galau gk kak? hehe
BalasHapusbtw, mampir juga yah di blog saya... http://namaguerizal.blogspot.co.id/2017/04/keberagaman-masyarakat-hingga-capaian.html#comments
Hmm galau nggak ya? Namanya juga novel teenlit, galau nya juga nggak seberapa lah hihi.
HapusOk segera meluncuuurr!
Berasa nonton film apa ya baca resensinya, ada ni film yang mirip2 ini alurnya.
BalasHapusIyakah? Saya gak tahu malah hehe
Hapus