Minggu, 01 Oktober 2017

[BlogTour #1] Menyingkap Tabir dalam Galeri Patah Hati 'Kara & Kalle' bersama Windry R




Halo, selamat hari pertama di bulan Oktober!

Ciiee, bulan ini si pemilik blog ulang tahun loh, eh, hahaha.

By the way, apa kabar teman-teman? Selamat datang di rangkaian BlogTour novel terbaru dari salah satu penulis favorit aku, Windry Ramadhina, yang berjudul GLAZE. Yeay!

Sebelumnya, aku ingin mengucapkan terima kasih banyak untuk Twigora dan Roro Raya Penerbit, yang sudah memilih Ach’s Book Forum untuk ikut serta meramaikan event yang sudah (aku) tunggu lama ini, hahaha. Keliatan banget ya ngarepnya. Dan, akhirnya kepilih. Alhamdulillah.

Nah, pasti kalian juga sudah berkunjung ke tiga blog sebelumnya kan? Dan, blogku menjadi blog keempat yang menyelenggarakan rangkaian event blogtour ini. Sama seperti lainnya, BlogTour GLAZE sendiri, di tiap blog, akan dibagi menjadi 3 postingan utama; Wawancara dengan Penulis, Review Novel GLAZE, dan Giveaway. Dan, sekarang kalian ada di postingan pertama. Yup, wawancara!

Setelah sekian lama berharap, akhirnya aku bisa berkesempatan juga untuk melakukan tanya jawab dengan Mba Windry (sekali lagi makasih loh buat penerbit, hehe). Hayoo, kira-kira apa saja ya yang aku tanyakan kepada Mba Windry tentang GLAZE? Merk kacamata Kalle kah? Atau, berapa lama Kara nggak menyetrika bajunya, kah? Emm, atau mungkin, rahasia-rahasia tersembunyi dari Eliot?

Hmm, pasti pada berspekulasi masing-masing, kan??

Nah, daripada penasaran, yuk simak!!!


EKSKLUSIF!!!
MENYINGKAP TABIR DALAM GALERI PATAH HATI ‘KARA & KALLE’ BERSAMA WINDRY RAMADHINA!


1.   Jika saya baca dari blurb-nya sekilas, novel GLAZE ini bercerita tentang kesenduan, kesedihan, dan penyesalan dari si tokoh utama. Jenis cerita seperti ini tentu juga menjadi tantangan bagi penulis untuk bisa menuangkan emosinya dengan baik ke dalam buku agar bisa sampai ke pembaca. Lantas, cara apa yang Mba Windry lakukan agar emosi dan rasa yang dialami si tokoh utama bisa benar-benar memengaruhi ‘suasana hati’ pembaca?

SEBELUM menggambarkan perasaan tokoh kepada pembaca, saya perlu memahami sendiri keadaan tokoh itu. Bagaimana kondisi psikologisnya? Mengapa dia seperti itu? Apa penyebabnya? Sebesar apa kehilangannya? Saya berusaha berempati kepadanya, mencoba berada di posisinya. Harapan saya, dengan begitu, saya akan merasakan lukanya.

Lalu, yang penting juga, saya perlu memahami seperti apa dia mengekspresikan lukanya. Gerak-gerik, perilaku, kata-kata. Cara orang menunjukkan kesedihan berbeda-beda. Dan, hal ini perlu dipahami secara detail. Dengan begitu, saya bisa menggambarkannya kepada pembaca.

2.    Adakah alasan atau latar belakang tertentu kenapa penulis menjadikan keramik sebagai sarana atau media penyampai ‘kisah patah hati’ ini?

ALASAN pertama, saya belum pernah memasukkan seni keramik ke dalam cerita. Seni keramik menjadi hal baru di buku saya (Glaze) dan itu menambah kesenangan dalam proses penulisannya. Ada kalanya saya membutuhkan hal semacam itu agar menulis tidak menjadi monoton. Pembaca juga menjadi bisa merasakan hal berbeda.

Alasan kedua, seniman keramik profesi yang pas untuk Kara dan bisa mendukung perkembangan karakternya. Dunia seni banyak, tetapi seni keramik memiliki sisi-sisi yang menarik. Indah, tetapi juga "kotor" dalam aktivitasnya. Halus, tetapi bisa juga kasar. Dekoratif, tetapi bisa juga sederhana. Jelas, tetapi bisa juga abstrak. Bentuk ekspresi di seni ini luas, memungkinkan Kara bisa masuk ke satu di antaranya.

3.    Selama pengerjaan, bagian apa yang menurut Mba Windry susah untuk diselesaikan, atau mungkin harus melakukan beberapa kali revisi?

Bagi saya, bagian menjelang akhir selalu paling sulit untuk ditulis. Karena di bagian itulah potongan-potongan informasi dan emosi yang telah disebar serta dikaitkan sedemikian rupa di bab-bab sebelumnya harus menyatu menjadi utuh, agar pembaca bisa melihatnya secara terang dan merasakannya seperti apa yang saya inginkan. Ketegangan di bagian itu paling krusial. Pemilihan adegan dan kata harus berhati-hati. 

Jadi, seringnya, mendekati akhir saya akan melambat. Terkadang saya memerlukan satu bulan hanya untuk menutup novel. Tidak jarang saya harus merombak dan menulis ulang.

4.    Dari yang saya tahu, novel-novel Mba Windry ini selalu disertai dengan beberapa ilustrasi yang menarik, terutama ilustrasi tokoh utamanya. Lantas, sebenarnya apa alasan Mba Windry selalu menyertakan ilustrasi ke dalam bukunya?

ILUTRASI adalah bentuk ekspresi saya--sama seperti tulisan. Jauh sebelum menulis, saya lebih banyak mengeskpresikan diri lewat media gambar. Media ini sudah saya gunakan sejak masih anak-anak. Jadi, sebenarnya, saya lebih dekat dengan ilustrasi daripada tulisan. Memasukkan ilustrasi ke dalam novel adalah cara saya memperkenalkan sisi diri saya yang lain kepada pembaca. Dahulu, pembaca tidak mengetahui sisi tersebut. Kini, saya ingin lebih terbuka lagi kepada pembaca.


5.    Apa yang Mba Windry selalu harapkan saat tiap kali menerbitkan sebuah buku? Dan dengan diterbitkannya GLAZE, apakah yang sebenarnya Mba Windry harapkan dari buku ini?

HARAPAN saya sederhana. Ekspresi saya tersampaikan kepada pembaca. Sebenarnya, saya menawarkan cara berpikir dan cara pandang saya akan suatu masalah/ situasi. Tidak semua pembaca memiliki pendapat yang sama. Tetapi, akan sangat menyenangkan apabila saya menemukan pembaca yang mau menerimanya.

Untuk pembaca yang menerima, saya berharap ada bagian dari Glaze (atau novel-novel saya yang lain) yang bisa dia ambil untuk dirinya sendiri. Ada satu hal yang bisa membantunya menghadapi kehidupan dengan lebih ringan, lebih menyenangkan. Dan, karena novel-novel saya juga menawarkan romansa, semoga pembaca merasakan kehangatan seperti sedang jatuh cinta saat membacanya. Sedikit cinta tidak akan berbahaya.


***

Nah, guys itu tadi adalah sesi tanya jawab singkatku dengan Mba Windry Ramadhina. Gimana, seru kan? Atau mungkin, masih ada beberapa pertanyaan dari kalian yang belum terjawab? Tenang, yuk kita lihat saja profil singkat dari penulis. Barangkali, kalian pengin banget untuk komunikasi langsung!

Dan oh ya, sampai bertemu di dua postingan selanjutnya, guys! Keep staytune on my blog!


TENTANG PENULIS:

WINDRY RAMADHINA lahir dan tinggal di Jakarta; pencinta kucing hitam dan segala hal yang berbau seni. Dia menulis fiksi sejak 2007. Glaze adalah bukunya yang kesepuluh. Sebelum itu, dia menerbitkan Orange (2008), Metropolis (2009), Memori (2012), dan Montase (2012), London (2013), Interlude (2014), dan Walking After You (2014), Last Forever (2015), dan Angel in The Rain (2016).

Windry suka membaca surat dan menjawab pertanyaan. Dia bisa dihubungi lewat e-mail windry.ramadhina@yahoo.com, Twitter @windryramadhina, Instagram @beingfaye, atau blog www.windryramadhina.com

BACA JUGA:
-        -   GLAZE: Kekasih Bayangan
-        -   Giveaway Novel GLAZE (soon)


30 komentar:

  1. can't wait to read this amazing novel!!! <3

    BalasHapus
  2. Dari tutur bahasa nya aja udah indah banget mba Windry ini xD anak sastra indonesia nih jangan2 dulunya hehe

    BalasHapus
  3. Jadi bisa membayangkan bagaimana karakter Kara walau belum baca. Abstrak 😅

    BalasHapus
  4. ih baru tau kalau di novel ini ada ilustrasinya..jadi penasaran..

    BalasHapus
  5. Selalu suka karakterisasi yang diciptakan dan bagaimana dibalik layarnya. Apalagi ada ilustrasinya, makin bikin penasaran euy

    BalasHapus
  6. Jadi penasaran kenapa seniman keramik merupakan profesi yang pas untuk Kara dan bisa mendukung perkembangan karakternya...

    BalasHapus
  7. bagian seni keramiknya yang bikin aku penasaran banget. kek apa gitu orang2 yang kerjanya bikin keramik. profesi yang dipilih gak umum.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan, mba windry emang 'berbeda' dari yang lain hehe

      Hapus
  8. Aaahhh itu ternyata alasan ada (apa) \keramik di cover-nya..
    heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang sebelumnya ngiranya gimana hehehe

      Hapus
  9. ternyata memang kak windry suka seni. Makanya ceritanya gk jauh dengan hal2 berbau seni

    BalasHapus
  10. Katanya bagian akhir emang susah ditulis yah. Mau bikin sad ending tapi bagus an happy ending...makanya nulis novel butuh waktu lama. Salut sama mbak windry!

    BalasHapus
  11. Belum pernah baca novel kak Windry niy :(
    Baca interview ini jadi tertarik mengenal tulisan kak Windry. ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah, sayang. Bagus lo tulisannya, harus nyoba baca

      Hapus
  12. belum pernah baca karya nya kak windry, cuma baca review nya aja udh suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. harus bacaa!!! Rugi deh kalo gabaca sama sekali buku mba windry

      Hapus
  13. Faedah banget...
    mas Bin top deh kalau urusan tanya-jawab.
    jadi tahu banyak ttg Glaze dan kisah dibalik pembuatannya.
    baru tahu juga kalau kak Windry lebih suka Ilustrasi drpd tulisan ><

    BalasHapus
  14. Suka banget dengan filosofinya mbak Win tentang keramik
    Aah.. selalu ada yang menarik dari mbak Windry!
    totalitasnya patut diancungi jempol. Nggak heran kalo novel-novelnya meninggalkan kesan mendalam terutama bagiku hehe..

    BalasHapus
  15. Biasanya kalo pekerjaan di dunia seni pasti orang ngangkat profesinya itu artis, penyanyi, pelukis, dsb. Mba Windry beda dari yg lain ya, yg biasanya profesi pengrajin keramik itu digeluti oleh orang2 berusia lanjut serta tinggal di pedesaan, malah jadi profesi seorang anak muda di novel ini. Dan Mbak Windry produktif sekaliii heuu, hampir tiap tahun ada novel yang diterbitkan.

    Aniway, selamat ulang tahun! Eh, sudah apa belum ulang tahunnya? Maafkan aku tidak tahu tanggal berapa :(

    BalasHapus