Blurb:
Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh.
Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya
dua kucing, namanya si Putih dan si Hitam. Mama dan papaku menyenangkan.
Guru-guru di sekolahku seru. Teman-temanku baik dan kompak.
Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan.
Namaku, Raib. Dan aku bisa menghilang.
Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan.
Namaku, Raib. Dan aku bisa menghilang.
***
Semenjak
kecil, Raib menyadari bahwa dirinya berbeda dengan anak pada umumnya. Di saat
anak-anak di luar sana bangga karena dirinya bisa menaiki sepeda tanpa dibantu,
atau menirukan gaya superhero favoritnya, atau bahkan selalu berhasil dalam
bermain kelereng, Raib justru memiliki bakat yang lebih dari itu. Yakni, dia
bisa menghilang.
Waktu
berlalu, dan kini usia Raib menginjak tahun kelima belas. Banyak yang berubah
dari dirinya, terutama dari segi fisik. Tapi tidak dengan kekuatan
menghilangnya. Di luar itu, Raib hidup layaknya anak remaja pada umumnya. Dia
bersekolah, belajar, dan kadang juga bermain. Dia juga berteman dengan rekan
sebangkunya yang bernama Seli. Dan pada satu kesempatan yang sangat tidak
diinginkan, ia juga harus berteman dengan si biang kerok di kelas, Ali.
Persahabatan
ketiganya terlihat normal-normal saja, setidaknya oleh mereka sendiri. Meski
sebenarnya Raib sangat terganggu dengan ulah Ali yang kerap menjengkelkan.
Hingga di satu hari, sebuah insiden terjadi di sekolah. Insiden inilah yang
secara tidak sengaja menguak apa yang selama ini telah mereka sembunyikan.
Masing-masing dari mereka, rupanya sama-sama memiliki kelebihan. Raib dengan
kemampuan menghilangnya, Ali dengan otak geniusnya, dan Seli, gadis itu rupanya
memiliki sebuah rahasia yang tak terduga; ia bisa mengeluarkan petir dari
tangannya.
Pada
hari itu, banyak rahasia yang terbongkar, dan peristiwa-peristiwa tak terduga
terjadi depan mata. Tidak hanya soal kelebihan yang tidak biasa dari ketiga
sahabat tersebut. Tapi juga dari Miss Selena—guru matematika mereka. Rahasia
besar tersebut rupanya juga membawa Ra, Seli, dan Ali ke dalam sebuah
petualangan yang sangat tak terbayangkan. Juga kepada dimensi lain kehidupan
yang membingungkan.
Kali
ini, kita akan diajak oleh Raib, Seli, dan Ali ke dalam sebuah petulangan yang
tidak terencanakan. Ke sebuah tempat yang bernama Klan Bulan. Ketahuilah, ini
bukan sebuah petualangan yang singkat dan biasa, namun adalah awal dari
berbagai petualangan menarik lainnya. Dan tidakkah mereka tahu bahwa,
sesungguhnya petualangan ini akan turut mengungkap siapa jati diri mereka yang
‘sebenarnya’ ?
***
“Bumi
kita memiliki kehidupan yang rumit. Dan hari ini aku menyaksikan sendiri, ada
sisi lain dari kehidupan selain yang biasa kita lohat sehari-hari. Dunia lain.”
Hlm. 211
Bumi
adalah buku pertama dari sebuah seri buku yang berjudul sama, yang ditulis oleh
Tere Liye. Jika saya tidak salah, Bumi adalah buku fantasy pertama yang ditulis
oleh Tere Liye. Dan tidak tanggung-tanggung, ada juga buku-buku bertema serupa
dalam seri ini yaitu Bulan (Baca review
Bulan di sini), Matahari (Baca
review Matahari di sini), dan yang sebentar lagi akan terbit, Bintang.
Jika
kita menilik dari buku Bumi ini, premisnya sebenarnya sungguh sederhana, yaitu
tentang teori yang mengatakan bahwa dunia adalah sebuah dimensi parallel, yang
di atasnya berjalan banyak kehidupan tanpa orang sadari. Saya tidak sepenuhnya
menganggap teori yang dicetuskan Tere Liye tersebut benar. Pertama memang
karena buku ini bergenre fantasy, jadi bukanlah suatu hal yang mengeherankan
jika tema dan ide cerita yang diusung terasa sangat fiktif dan tidak nyata. Namun,
saya juga tidak bisa mengabaikan perihal itu begitu saja. Karena memang saya
menyadari, bahwa di balik kehidupan manusia, memang ada kehidupan lain yang
berjalan secara bersamaan. Namun lagi-lagi, saya tidak sepenuhnya membenarkan
jika ‘kehidupan lain’ yang dimaksud tersebut sama seperti yang diungkapkan
penulis dalam buku, seperti kehidupan Klan BUlan, Matahari, mau pun Bintang.
Inilah
yang saya kagumi dari Tere Liye, selalu bisa membuat banyak hal yang terkesan
tidak nyata, seolah menjadi nyata, dan membuat pembaca turut berasumsi
sedemikian rupa. Seperti halnya di novel PULANG.
Dalam buku tersebut, Tere Liye mengusung cerita tentang keberadaan shadow economy, atau ekonomi bayangan.
Penjabaran dan penggambarannya yang begitu nyata dan detil, membuat saya
sebagai pembaca merasa bertanya-tanya, apakah ekonomi bayangan benar-benar ada?
Hal itu jugalah yang saya rasakan di buku seri BUMI ini. Apakah memang ada
dunia parallel yang secara tidak langsung tidak kita sadari? Namun kembali
lagi, hanya kepercayaanlah yang mampu membentuk seperti apa pandangan kita
dalam menyikapi suatu hal.
Seperti
halnya buku pertama dalam sebuah seri, BUMI lebih didominasi oleh deskripsi
daripada unsur aksinya sendiri. Seperti tentang teori dunia parallel yang sudah
saya tulis tadi, tentang sejarah dari setiap Klan, tentang jati diri
sesungguhnya Raib dan Seli, dan lain-lain. Namun jangan salah sangka, meski
begitu buku ini cukup jauh dari kata membosankan. Karena penulis sendiri,
memiliki teknik penyampaian yang enak, mudah dipahami, dan tentunya mengalir.
Saya memang sering kesulitan dalam memahami sebuah persoalan dalam novel,
terlebih fantasy, namun Tere Liye membuat semuanya terasa mudah. Bagi pembaca
pemula genre fantasy, terutama lokal, novel BUMI ini tidak akan mempersulit kalian,
sungguh.
Kekuatan
utama novel ini tidak hanya terdapat dalam narasi dan deskripsinya yang
mengalir, namun juga karakter setiap tokohnya yang mampu membuat ceritanya jadi
sangat hidup. Raib dengan kekuatan menghilangnya, Ali dengan otak geniusnya, dan
Seli dengan petir dari tangannya, berhasil menjadi daya tarik tersendiri di
sini. Terlebih dalam adegan-adegan yang berunsur petualangan, masing-masing
kelebihan mereka adalah pelengkap yang membuat rasa dan emosi dalam cerita
tersebut mengalir ke pembaca.
Secara
keseluruhan, BUMI adalah sebuah novel fantasy lokal yang dikemas dengan sangat
baik. Setiap detil cerita sangat diperhatikan, sehingga saya merasa tidak ada
bagian yang ‘missed’ di sini. Dan sekali lagi saya tekankan, untuk pembaca
pemula genre fantasy, buku BUMI—dan mungkin juga buku-buku berikutnya dalam
seri ini—akan sangat membantu dan tidak mempersulit kalian dalam soal pemahaman
cerita. Tere Liye does it well, trust me!
Terima
kasih!
“Apa
pun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apa pun yang
hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali
jawaban-jawaban dari tempat yang hilang.”
Hlm. 99
***
REVIEW
#4 Dalam Rangkaian
Project BOOM [Book
Anatomy] oleh Bintang @ Ach’s Book Forum dan Nisa @ Resensi Buku Nisa
Kalian juga ikutan BOOM bulan ini dan sudah baca
buku yang kita tentukan? Kalau sudah, ayo bikin review-nya dan silakan setor
link review kamu di kolom komentar di bawah!
Ketentuannya bisa kalian lihat DI SINI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar