Judul :
Hujan
Penulis :
Tere Liye
Terbit :
Januari, 2016
Tebal :
320 hlm
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Kategori
: Novel
ISBN :
978 – 602 – 03 – 2478 – 4
Bisa dibeli di: bukupedia.com |
Blurb:
Tentang
Persahabatan
Tentang
Cinta
Tentang
Melupakan
Tentang
Perpisahan
Tentang
Hujan
***
“Karena kenangan sama seperti
hujan. Ketika dia datang, kita tidak bisa menghentikannya. Bagaimana kita
menghentikan tetes air yang turun dari langit? Hanya bisa ditunggu, hingga
selesai dengan sendirinya.”
Hlm. 201
Hari
ini, tepatnya delapan tahun pasca bencana gunung meletus yang mematikan….
Tahun
2050. Lail tengah berada di sebuah ruangan berbentuk kubus dengan lantai pualam
di sekelilingnya. Itu bukan ruangan biasa, melainkan sebuah ruangan medis
dengan teknologi tercanggih nomor satu di kota. Di depan Lail, duduk seorang
paramedis senior dengan kemeja putihnya. Keadaan yang sangat mendesaklah yang
membuat Lail terpaksa masuk ke ruangan itu. Rasa sakit di hatinya telah
membuncah. Ia tak mampu lagi untuk mengingat semua kenangan itu. Secepat
mungkin, Lail ingin melupakannya.
Paramedis
senior di depannya bertanya…..
“Apa
yang ingin kamu lupakan, Lail….?”
***
Sedikit
cuplikan sinopsis di atas merupakan adegan pembuka di buku ini. Aku tidak ingin
menuliskan banyak sinopsis, karena aku rasa apa yang aku tulis di atas mungkin
sudah cukup untuk membuat banyak orang penasaran. Sebenarnya, kenangan apa yang
ingin dilupakan oleh Lail sehingga ia datang ke paramedis? Semua akan terjawab
dengan lengkap saat kamu membaca buku ini.
Buku
ini sebenarnya bukan milikku, melainkan milik teman. Tapi entah kenapa aku
sangat ingin memilikinya. Dilihat dari tampilan luar, buku ini memiliki kaver
yang simple namun memikat. Hal yang tak kalah menarik juga ada di bagian
belakang bukunya. Bukan seperti buku pada umumnya yang berisikan sinopsis
panjang, namun diisi dengan ilustrasi tetes air hujan yang menarik. Kalau
penasaran, ini aku kasih gambarnya:
Sumber: bukalapak.com |
Untuk
ketiga kalinya aku membaca buku Bung Tere, dan kesannya sama seperti kedua buku
sebelumnya. Aku benar-benar suka sekali! Hanya butuh waktu kurang dari 24 jam
untuk aku dapat menyelesaikan buku ini dari awal hingga akhir. Yang membuat
buku ini menarik adalah setting waktu yang diangkat oleh penulis. Pertama,
dibuka dengan adegan pada tahun 2050. Kemudian kembali ke delapan tahun silam
tepatnya pada tahun 2042. Kemudian seiring berjalannya cerita, kejadian demi
kejadian kembali mengantarkan kita ke masa sekarang—tahun 2050. Aku benar-benar
dibuat kagum dengan cara penulis menggambarkan keadaan pada masa itu. Masa yang
pada dasarnya belum kita lalui, bahkan masih ada waktu lebih dari 20 tahun
untuk mencapai masa tersebut. Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan
canggih juga terdefinisikan dengan baik lewat tangan Tere Liye. Aku sangat
mengagumi kemampuan Tere Liye dalam mengemas cerita dengan kemajuan jaman yang
sangat pesat tersebut.
Beberapa
kemajuan teknologi yang digambarkan penulis ini antara lain adalah system
pembayaran autodebet, meja canggih yang dapat digunakan untuk online, tablet setipis kertas HVS,
kamera dan mobil terbang, juga munculnya robot-robot otomatis yang mampu
menggantikan tugas manusia. Seperti pelayan restoran, hotel, mau pun
resepsionis. Intinya, kemajuan tekonologi yang dihadirkan oleh penulis sangat
di luar nalar manusia. Tapi di lain sisi ini sangat menimbulkan rasa decak
kagum, terutama aku. Jika dipahami sepintas, buku ini seolah juga meramal masa
depan. Kembali membuat pembaca dihinggapi rasa penasaran; apakah benar dunia akan
seperti itu nantinya?
Selain
itu, di buku ini penulis juga tidak menuliskan setting tempat berada di negara
bagian mana. Namun aku sempat menafsirkan jika cerita ini mengambil setting di
Indonesia. Yang membuat aku berpikiran demikian adalah karena nama-nama
tokohnya. Cenderung seperti nama-nama orang Indonesia. Namun, sampai pertengahan,
aku mulai ragu jika buku ini bersetting di Indonesia. Sebab, ada satu bagian di
cerita ini yang mana penulis menyebutkan jika di jaman penuh kemajuan tersebut,
hasil pertaniannya justru dihasilkan oleh gandum, bukan padi. Tapi aku kembali
berpikir, di tengah kemajuan jaman seperti itu, bukankah tidak ada yang tidak
mungkin? Bisa jadi kan pertanian Indonesia berubah jadi gandum? Selain itu,
penulis juga tidak langsung menuliskan nama daerah secara nyata, namun hanya
menyebutnya dengan sebutan Kota atau Ibu Kota begitu saja. Itulah salah satu
faktor yang membuat pembaca susah untuk menafsirkan dengan jelas dimana cerita
ini berlatar.
Ada
bagian yang sedikit klise dari buku ini. Yaitu kisah antara Esok dan Lail yang
awalnya adalah sepasang sahabat, mulai menyimpan rasa cinta. Fase yang sering
dijumpai di banyak buku. Namun, di sini penulis tidak begitu menonjolkan sisi
romance tersebut. Hanya sebagai penunjang saja untuk kian mempermanis cerita di
buku ini. Konflik batin yang dialami Lail mengenai perasaannya tersebut juga
menambah keseruan isi cerita. Namun, meski tidak dominan, aku merasa cukup lega
karena Tere Liye kembali menyajikan unsur romance di bukunya.
“Kamu tahu, Lail, ciri-ciri orang
yang sedang jatuh cinta adalah merasa bahagia dan sakit pada waktu bersamaan.
Merasa yakin dan ragu dalam satu hela napas. Merasa senang sekaligus cemas
menunggu hari esok. Tak pelak lagi, kamu sedang jatuh cinta jika mengalaminya…”
Hlm. 205
Di
sini penulis lebih banyak fokus dengan keseharian Lail selama mengikuti Organisasi
Relawan dan berita mengenai perubahan iklim dunia yang sangat ekstrem. Jika di
buku PULANG, Tere Liye menghadirkan tema menarik seputar shadow economy, sama halnya dengan HUJAN yang mengangkat topik
mengenai intervensi atmoster terkait perubahan iklim dunia. Sama kaitannya
dengan shadow economy, di sini
penulis juga dengan begitu mudah menjelaskan seperti apa itu intervensi
atmosfer. Sehingga tidak butuh waktu lama bagi pembaca untuk memahaminya.
Dengan kosakata Tere liye yang terbilang mudah dipahami, aku benar-benar ikut
mengalir bersamaan dengan konflik pelik yang melibatkan banyak negara di dunia
tersebut.
Oh
iya, di buku ini diceritakan juga bahwa Lail mempunyai seorang sahabat
perempuan, bernama Maryam. Aku suka sekali dengan tokoh Maryam ini.
Penggambaran fisiknya yang kribo dan humoris, membuat aku yakin bahwa dia
adalah teman yang mengasyikan. Dia juga terkenal dengan pribadi yang gigih dan
tak pernah menyerah. Hal tersebut bisa kita ketahui lewat keikutsertaannya
dalam Organisasi Relawan bersama Lail. Dan, lagi-lagi, ketiga kalinya aku
membaca buku Tere Liye, ketiga kalinya pula aku menemukan tokoh laki-laki
dengan karakter yang sempurna. Di buku ini, laki-laki sempurna tersebut adalah
Esok. Diceritakan bahwa saat umur 17 tahun, Esok sudah menjadi ilmuwan ternama
yang berhasil menciptakan sebuah teknologi baru. Berkat kemampuannya tersebut,
Esok juga menjadi sosok tokoh yang banyak dikenal orang. Dan pastinya, banyak
digandrungi perempuan.
Selain
itu, aku juga menemukan sedikit kemiripan antara HUJAN dengan buku Tere liye
yang sebelumnya yakni DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN. Yaitu pada pola
alurnya. Sama persis. Saling berlompatan antara masa lalu dan masa sekarang.
Hingga pada akhirnya, kedua cerita tersebut saling menyatu. Benar-benar
permainan alur yang sangat aku suka dari seorang Tere Liye. Fakta lain yang tak
kalah menarik, Tere Liye memang kerap menghadirkan surprise-surprise yang tak
terduga pada saat menjelang ending. Memutar balikkan keadaan yang pada awalnya
kita mengira itu tidak mungkin menjadi mungkin. Aku suka dengan ending novel
ini. Antara haru, senang, nggak nyangka, semua bercampur aduk jadi satu.
Namun,
di balik kelebihan buku ini, aku cukup menyayangkan karena masih menemukan
beberapa typo. Beberapa di antaranya ada pada halaman 108: pedaftaran—seharusnya pendaftaran, 120: menganggu—seharusnya mengangguk, dan 127: jdi—seharusnya jadi.
Hanya masalah sepele namun akan lebih baik jika diperhatikan dan diteliti
kembali.
Sebelum
berakhir, aku patut untuk merekomendasikan novel ini. Cocok untuk dibaca bagi
semua kalangan. Ceritanya terkemas dengan ringan, mudah dipahami, dan memiliki
setting yang menarik. Kamu benar-benar nggak akan rugi membacanya.
Selamat
membaca kisah Lail dan Esok…
Terima
kasih!
Iya.. saya juga suka banget bukunya. Udah lupa ada berapa buku ya yang saya baca karya Tere Liye. Saya sependapat dengan kesukaan pada tokoh Maryam. Malah tokoh utamanya; Lail dan Esok, kurang saya sukai..
BalasHapussemoga makin sukses untuk kedepan nya ya hehe
BalasHapusmampir ke blog kita juga ya :)
Zapplerepair Apple dan Smarphone specialist
telp: 087788855868
website: http://indonesia.zapplerepair.com/
TIPS DAN TRICK UNTUK PENGGUNA SMARTPHONE