[Virtual BookTour] Review & Giveaway: (Never) Looking Back - Elvira Natali

Judul : Never Looking Back

Penulis : Elvira Natali

Tahun terbit : 2016

Tebal : viii + 272 hlm

Penerbit : GagasMedia

Kategori : Novel

ISBN : 978 – 979 – 780 – 867 – 9 

 

Blurb:

“Aku ingin melihatmu bahagia. Tetapi bersamaku. Hanya bersamaku.”

Casta selalu yakin, seterjal apa pun jalannya, impian harus bisa dicapai. Karena itulah, ia meninggalkan Jakarta, meninggalkan cinta, untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang desainer di Paris. Ia terbiasa hidup seorang diri, tak terlalu memedulikan jika hatinya sepi.

Namun pertemuan tak sengaja dengan Philip Bouvier, seorang seniman pasir, membuatnya sadar bahwa ia tak bisa selamanya sendiri. Kepada Casta, laki-laki yang pernah kehilangan itu menemukan kembali kepercayaan akan cinta. Mereka saling mengisi kekosongan yang lama menggelayut di hati.

Ternyata, cinta memang tak selalu seperti dongeng. Orang dari masa lalu Casta hadir kembali dan meninggalkan jejak yang tak mungkin terhapus. Castak tak ingin melepaskan genggaman Philip. Namun, ia juga ahu, ketidaksempurnaannya telah meninggalkan luka mendalam bagi lelaki itu. Sama sepertimu, Casta dan Philip juga membutuhkan seseorang yang mendekap hatinya. Keduanya tak pernah bisa menerka akhir mana yang terbaik untuk mereka.

***

“Ketika impianku nanti terwujud, kamu akan ada di sampingku untuk menyempurnakannya, kan?”

“Ternyata, di balik kecantikan dan kesempurnaan yang luar biasa, juga ada kekurangan yang tidak kalah besar.”

Casta Abigael. Seorang desainer muda asal Indonesia sekaligus pemilik Glamour Exit yang sukses melebarkan sayapnya sebagai fashion designer di kota teromantis sedunia, Paris. Karirnya tersebut semakin gemilang setelah ia ikut serta dalam opening Paris Fashion Week. Berkat acara tahunan yang bergengsi tersebut, kini banyak media yang menayangkan liputan dan memberitakan karir Casta di beberapa artikel media cetak. Namun, kesuksesan Casta sebagai seorang fashion designer di Paris bukan tidak mungkin berawal dari sebuah keputusan besar yang pernah diambilnya dengan berat hati. Yakni keputusan untuk berpisah. Demi karirnya tersebut, Casta harus rela meninggalkan Bali, sebuah pulau kecil nan indah yang telah cukup lama menyimpan banyak memori indah mau pun buruk dalam hidupnya, dan…. menjadi saksi bisu perpisahannya dengan seseorang yang sangat ia sayang. Seorang laki-laki yang pernah mengikat janji bersamanya untuk saling rela melepaskan kepergian satu sama lain demi mengejar impian.

Namun kemanakah laki-laki itu sekarang? Sudah bertahun-tahun mereka berpisah, tapi mengapa tetap saja  tidak ada yang saling mengirim kabar satu sama lain? Apakah laki-laki itu telah berhasil meraih impiannya? Entahlah. Casta tidak lagi peduli dengan semua itu. Karena selain disibukkan dengan karirnya, kini ia—lebih tepatnya hatinya—juga tengah disibukkan dengan kehadiran seorang seniman pasir bernama Philip Bouvier. Mereka pertama kali bertemu di London, saat Casta berkunjung ke Kesington Palace.  Singkatnya, keduanya bertemu dengan cara yang cukup unik dan konyol. Namun keunikan dan kekonyolan itulah yang lambat laun membuat harti mereka enggan berpaling saat sedang bersama.

Namun sayangnya, cinta memang tidak selalu berjalan sesuai harapan. Dan itulah yang terjadi ketika Casta dan Philip mulai menikmati kedekatan mereka. Apakah kalian masih ingat dengan laki-laki yang pernah mengikat janji bersama Casta di masa lalu? Ya, meski sebelumnya laki-laki itu bak hilang ditelan bumi, namun kini ia kembali muncul di hadapan Casta. Bukan sebagai seorang siswa SMA dengan impian besar, namun sebagai pembalap F1 profesional yang memiliki popularitas tinggi. Laki-laki itu tak hanya meninggalkan kesan mendalam bagi relung hati Casta, namun juga menorehkan takdir yang sangat sulit Casta terima. Takdir yang membawa pengaruh besar terhadap hubungannya dengan Philip.

Lantas, apakah kehadiran laki-laki dari masa lalu Casta dan segala masalah yang ditimbulkannya, akan mengancam kelangsungan hubungan Casta-Philip? Atau akankah hubungan keduanya tetap berjalan baik sesuai harapan?

Jika benar demikian, maka mereka harus melewati semuanya, dan itu tidak mudah……

***

“Hidup sebatang kara memang tak mudah. Aku sering merasa kesepian.”

“Kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri. Semua yang sudah terjadi adalah takdir yang sudah digariskan Tuhan.”

Never Looking Back adalah novel keempat dari seorang penulis muda, Elvira Natali. Secara garis besar, novel ini mengusung tema tentang Perfect Mistakes. Ya, kesalahan yang sempurna. Pertanyaannya, sebegitu sempurnanyakah kesalahan yang dialami oleh tokoh-tokoh di Never Looking Back, sehingga membuat Elvira Natali merasa ingin menyampaikannya kepada kita? You must read this book! Saya sendiri mengilhami Perfect Mistakes sebagai bentuk akibat dari adanya ketidaksamaan pandangan antara kita dengan orang lain. Kita bisa saja melakukan kesalahan, sederhana mungkin. Tapi bagi orang lain, yang pada umumnya memiliki pandangan dan takaran persepsi yang berbeda dengan kita, tidak akan sesederhana itu dalam melihat kesalahan kita. Bisa saja mereka menganggap bahwa sedikit kesalahan yang kita lakukan adalah sebuah dosa besar. Lebih menyakitkannya, kesalahan itu begitu nampak sempurna di mata mereka. Sehingga untuk sekadar memakluminya saja mereka enggan. Jadi, terkadang apa yang kita lakukan memang tidak boleh lebih dari ambang waspada, karena ada hati-hati lain di luar sana yang bisa saja tersakiti.

Baik, kita fokus saja untuk review buku ini. Jika dilihat dari segi ide cerita, sudah dijelaskan bahwa novel ini berkisah tentang Perfect Mistakes yang sempat aku singgung tadi. Namun bedanya, di novel Never Looking Back ini, tema perfect mistakes sendiri lebih mengarah kepada sikap Casta yang bisa dibilang sangat ceroboh dalam memaknai cinta. Seperti halnya kehadiran Kevin Ivander, laki-laki dari masa lalunya yang entah kenapa mampu menumpulkan pikiran sehat Casta dan menjerumuskannya kepada satu kesalahan besar. Sayangnya, kesalahan itu nampak sempurna karena sangat mustahil bagi Casta untuk terlepas darinya. Kesalahan itu membawa takdir yang tak diinginkan.

Sebagai buku pertama dari Elvira Natali yang aku baca, Never Looking Back mampu meninggalkan kesan tersendiri buatku setelah membacanya. Ceritanya mampu menarikku kuat-kuat ke dalam pusaran emosi tiap tokohnya. Hal ini seolah-olah membuatku seakan berada dalam dunia mereka dan menyaksikan langsung adegan demi adegan dengan tingkat emosional yang naik turun.  Aku begitu menyukai momen-momen manis yang penulis ciptakan antara Casta dan Philip. Seperti awal pertemuan mereka yang cukup unik dan tidak biasa. Dari situ, kita seakan berada dalam pusaran magnet yang terus menarik kita ke dalam ceritanya tanpa ada peluang untuk lepas. Ceritanya benar-benar memiliki daya tarik tinggi.

Kemudian, narasi dan dialognya pun dirangkai dengan begitu menarik oleh penulis. Ada beberapa selipan jokes yang membuat buku ini tidak terasa hambar dan membosankan begitu saja. Sudah kubilang, daya tarik ceritanya sangat tinggi. Terlebih ketika kita melihat bagaimana sikap Casta dan Philip pada awalnya. Asal kalian tahu, awal perkenalan mereka sangat menggemaskan. Kemunculan beberapa tokoh seperti Ed yang agak ‘miring’ menurutku juga mampu memberi kesan yang menghibur. Tingkahnya yang konyol dan keunikannya membuatku geli dan terhibur dalam waktu bersamaan.

Pemilihan kota teromantis sedunia yaitu Paris sebagai setting utamanya bagiku juga sangat relevan dengan kisah yang dihadirkan. Kita tidak hanya disajikan dengan suasana yang romantis, tapi juga memorable di ingatan. Latar belakang pekerjaan kedua tokoh utama yang berbeda dan cenderung tidak biasa juga merupakan daya tarik tersendiri. Seperti Philip yang merupakan seorang seniman pasir. Sama seperti kata Mba Dian Putu di review-nya, sekilas aku mengira bahwa yang dimaksud ‘seni pasir’ di sini adalah seni melukis dengan menggunakan media pasir pada umumnya. Tapi di buku ini rupanya tidak, ada seni pasir lain yang belum pernah aku lihat, dan itu sungguh menarik. Di satu sisi, hal tersebut secara tidak langsung juga mampu memberikan sisi informatif pada buku ini.

Jika ditilik dari konfliknya, aku rasa Never Looking Back juga menghadirkan konflik yang cukup menarik. Hal ini semakin dipertegas ketika pada pertengahan, muncul tokoh baru yaitu Kevin Ivander. Entah kenapa, sejak kemunculannya, aku sempat berasumsi bahwa konflik di buku ini akan makin berwarna. Dan ternyata memang benar. Membaca buku ini tidak memungkinan peluang bagi kita untuk merasa bosan. Kemudian, kisah masa lalu Casta dan Philip yang diceritakan dalam sekilas, mampu memunculkan rasa empati kita kepada keduanya. Bagaimana keadaan buruk yang harus mereka lewati, dan cara mereka menyambung hidup setelahnya, sangat mengajarkan kepada kita bahwa akan ada waktunya di mana kita hanya hidup sendiri, tanpa ada ulur tangan dari orang lain. Dan Casta-Philip berhasil mengajarkan hal tersebut kepada pembaca. 

Namun sayangnya buku ini kurang didukung dengan deskripsi yang jelas. Seperti halnya, saat penulis membawa cerita ke studio Philip yang berlatar di Paris, terus terang membuat saya bingung. Memang Philip punya studio di Paris? Karena sebelumnya penulis tidak menjelaskan tentang keberadaan studio di Paris tersebut. Yang pembaca tahu, Philip tinggal di London dan pergi ke Paris hanya untuk pameran. Tapi rupanya penjelasan tersebut ada setelahnya. Menurutku sih lebih baik diletakkan sebelumnya, agar pembaca menjadi tahu dan tidak bertanya-tanya.  

Secara keseluruhan, Never Looking Back adalah sebuah novel yang lengkap. Menyajikan kisah cinta yang manis dan pesan moral penuh pengajaran secara bersamaan. Hebatnya lagi, keduanya tersampaikan dengan baik. Kalian harus membacanya!

“Cinta adalah hal rumit dan sulit dipahami karena tidak ada aturan khusus kapan dan mengapa orang jatuh cinta.”

G I V E A W A Y !

                Mau dapetin 1 eks novel Never Looking Back gratis dari Gagas Media dan Elvira Natali?

                Yuk, ikutan giveaway-nya di sini!

Simak rules-nya berikut ini dan cermati baik-baik:

1.       Pastikan kamu orang asli Indonesia

2.       Follow Twitter @GagasMedia dan @elpignutt (wajib) dan @Bintang_Ach (sunah)

3.       Follow blog ini via Google Friend Connect / GFC (ada di sidebar kanan)

4.  Share/bagikan tautan Giveaway ini di Twitter: Mention ketiga akun di atas, dengan hastag #NeverLookingBack

5.       Untuk Giveaway-nya, silakan simak dan perhatikan gambar ini!

Temanku di atas bernama Kristina (kiri) dan Iga Aulia (kanan).

Keduanya sedang membaca dua novel yang berbeda. 

Pertanyaannya: di antara Kristina dan Iga Aulia, 

siapakah yang sedang membaca novel Never Looking Back?? 

A.     KRISTINA

B.     IGA AULIA

6.      Pilih salah satu jawaban di atas (A/B) di kolom komentar dan dengan hanya menyertakan Link Share Twitter. Aku tidak menyediakan klu apa pun untuk pertanyaan ini, jadi benar/tidaknya jawaban kalian tergantung faktor keberuntungan. Juga jangan terpengaruh dengan jawaban peserta lain, karena belum tentu jawaban mereka benar. Ikuti saja kata harimu lebih sreg yang mana, hehe.

7.    Giveaway berlangsung sampai tanggal 1 Desember 2016. Pemilihan pemenang dilakukan secara random (khusus untuk peserta yang jawabannya benar)

8.      Selamat menebak, dan semoga keberuntungan ada padamu, ya!