Halooo teman pembaca semua!
Kemarin,
Alhamdulillah aku berkesempatan untuk melakukan interview by email dengan salah
satu penulis lokal. Beliau adalah penulis novel ‘Engkau Cahaya Hatiku’,
terbitan Media Pressindo. Siapa lagi kalau bukan Mbak Nia Sutardi.
Ada
banyak sekali pelajaran yang bisa aku ketahui, mulai dari proses pembuatan buku
ECH dan info lain tentang dunia menulis. Ok, Langsung saja ya, ini adalah
bincang-bincang singkat kami berdua:
Assalamu'alaikum Mbak Nia, apa kabarnya?
“Waalaikumsalam Bintang..
Alhamdulillah baik :). Kamu sendiri apakabar?”
Alhamdulillah baik dan sehat Mbak. Wah senang sekali bisa melakukan interview ini, hehe. Bagaimana kalau kita langsung saja Mbak?
“Alhamdulillah yaa... Iya silakann
Bintang “
Ok, Langsung saja ya Mbak. Seperti apa nih perasaannya setelah tahu bahwa buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’ sudah terbit dan mulai terdistribusikan ke seluruh Indonesia?
“Alhamdulillah.. Perasaan waktu itu
sih seneng, spechless, ga menyangka juga. Apa yaa.. Seperti sedang bermimpi aja
tiba2 ada nama saya di sebuah buku, di mana buku itu hasil karya sendiri dan
tersebar di toko buku seluruh indonesia, hehee :). Apa yang pernah saya
cita-citakan yaitu sebagai penulis, yang awalnya saya berpikir sepertinya nggak
mungkin, tapi ternyata bisa mungkin berkat kerja keras dan selalu usaha.
Hehee..
Bisa Mbak Nia jelaskan tidak buku ini menceritakan tentang apa, sedikit saja. Barangkali ada beberapa pembaca yang belum tahu :D
“Sebelum saya cerita sedikit, ini
novel teenlit islami ya.. Saat itu editorku sedang mencari sebuah naskah islami
namun bercerita tentang kehidupan remaja. Tanpa ambil pusing dan bergerak
cepat, saya bisa tentukan tema dan isinya.
Simpelnya.. Ini bercerita tentang
kehidupan seorang remaja yang kurang perhatian dan kasih sayang dri keluarga
terdekatnya, yaitu kakaknya. Karena notabene nya, remaja tersebut hanya tinggal
bersama kakaknya dan kedua orangtuanya sudah lama meninggal. Sampai akhirnya
dia melakukan kesalahan fatal dan berujung diberikan hukuman. :D”
Kalau boleh tahu, pengerjaan buku ini terjadi dalam kurun waktu berapa lama? Dan, apa saja kendalanya?
“Totally saya nulis buku ini selama
satu bulan berikut self edit yang saya kerjakan. Karena memang saat itu editor
saya minta naskah ini selesai dalam satu bulan. Kalau soal kendala,
alhamdulillahnya sih saat itu ga ada kendala, hehee.. Semangat menulis
juga masih semangat '45, hehe.. Ehm, kendala kecil paling soal setting lokasi.
Karena settingnya di pesantren, jadi saya harus tau betul bagaimana keadaan dan
lingkungan pesantren itu sendiri. Caranya saya banyak baca, cari tau via
google, dan youtube kehidupan pesantren itu gimana, lalu bertanya sama teman
yang kebetulan pernah menjalani pesantren. Alhamdulillah semua terbantu, dan
saya bisa lancar menuliskan soal setting di pesantren. Hehe... :)”
Di buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’, awalnya aku sangat menyukai tokoh Fatimah yang lemah lembut dan santun, tapi kenapa pada menjelang akhir tiba-tiba karakternya berubah drastis? Apa Mbak Nia tidak takut apabila ini disebut sebagai ketidak konsistenan karakter suatu tokoh?
“Yap.. Tokoh Fatimah ini memang saya
ciptakan dengan karakter super baik, santun, ramah dll. Hanya saja, tokoh
Fatimah tidak banyak part yang saya ceritakan kalau dalam kebaikannya, dia
sering kali iri hati dan mudah dendam. Mungkin terlihatnya tidak konsisten,
tapi buat saya tidak masalah. Selama para pembaca masih menikmati alurnya, saya
ikut senang ^_^. Namun jika tidak, saya menerima segala kritik dan saran.
Selama itu mendukung untuk tulisan saya yang lain, hehe ;)”
Jika berkesempatan untuk menulis buku selanjutnya, apakah Mbak Nia masih ingin bermain di genre yang sama atau mencoba sesuatu yang baru?
“Ehm.. Karena saya suka banyak
belajar, penginnya sih nulis di genre apa saja yaa.. Hehe. Tapi ga masalah
kalau nanti ada kesempatan nulis genre teenlit islami lagi. Tapi.. Yang paling
saya inginkan sih untuk selanjutnya, nulis di genre komedi romantis. Hehe... I
hope so, semoga next tercapai, amin”
Pesan apa yang ingin Mbak Nia sampaikan di buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’ ini?
“Pesan yang ingin aku sampaikan sih
simpel aja. Dunia remaja itu memang dunianya waktu bermain, mengenal banyak
orang, membuat kesalahan dan mengenal lawan jenis. Saya menarik kesimpulan di
ECH adalah ikhlas. Ya, apapun itu bentuknya, permasalahan apapun yang kita
hadapi, baik mendapat hukuman, difitnah, dibohongi teman dll, kunci utamanya
adalah ikhlas. Lewat tokoh Ara, saya ingin menyampaikan pesan ikhlas. Karena ga
semua remaja bisa ikhlas menerima hukuman atau difitnah sekalipun. Tapi kalau
kita ikhlas, menurut saya semua tidak akan jadi beban”
“Oya ikhlas di sini juga bukan
berarti kita tidak membela diri. Jika memang masih di jalur yang benar, silakan
diperjuangkan kebenaran itu, seperti Ara yang hampir hopless karena ga ada yang
percaya soal dirinya yang hanya difitnah”
Dalam membaca buku, terkadang banyak orang yang mendapat kesan dari ending/akhir ceritanya. Lantas, ending cerita yang berkesan menurut Mbak Nia itu seperti apa?
“Ending yang berkesan itu, yang
tidak menggantung. Jika memang tokohnya ingin diberikan sad ending, berikan,
namun jika ingin diberikan happy ending, silakan diberi happy ending. Karena
jika ending menggantung, ga semua pembaca suka menebak apalagi menerka2 ending
itu sendiri. Dan berujung bikin penasaran, dan tentunya komen pembaca yang
kecewa akan berkata, "yah, udah nih gini aja?". Menurut aku sih
seperti itu. Hehee...”
Ada tidak penulis atau sastrawan lokal yang menjadi inspiriasi Mbak Nia selama ini dalam menulis? Dan, apa yang Mbak Nia suka dari beliau?
“Saya suka Aan Mansyur. Tulisan
beliau khusunya puisi bagus dan indah. Saya bahkan bermimpi untuk membuat buku
yang isinya puisi semua, sama seperti beliau. Lalu saya suka Dewi Lestari, ah
kalau yang ini beliau ga diragukan lagi soal tulisan. Semua yang Dewi Lestari
tulis, saya suka. Selalu banyak makna dan filosofi ditiap tulisan Dee. Belum
lagi karya2 Dee yang selalu di filmkan. Soo, aku berharap karyaku bisa seperti
mereka. Amin”
Pertanyaan yang terpenting, meninggalkan keseluruhan isi buku, aku ingin bertanya. Di Indonesia, mungkin minat baca banyak orang terutama remaja masih kurang. Lantas, bagaimana cara meningkatkan minat baca tersebut?
”Soal
minat baca... Kalau saya yang sebagai penulis atau mungkin penulis lain,
berusaha untuk berinovasi dalam cerita, agar cerita yang kita sajikan tidak
monoton untuk dibaca. Lalu rendahnya minat juga biasanya karena harga2 buku
yang tidak terjangkau untuk sekelas pelajar atau mahasiswa. Mungkin kalau buku2
nya bisa sedikit lebih murah, minat pembaca juga akan bertambah. Lalu biasanya
lagi, karena kurangnya ketertarikan pada buku, juga bisa jd pemicu minat baca
menurut. Ada baiknya, kalau saya sih penginnya selalu ada promo buku murah. Jd
biar minat baca menaik lagi. Hehe”
Dan, yang terakhir. Sebelum
menulis buku ECH kan Mbak Nia juga sudah pernah menulis buku. Boleh dong
diperkenalkan kepada kita semua. Lumayan jadi ajang promosi juga, hihihi..
“Hahaa... Bisa sajaa...
Buku pertama saya itu sih masuknya
buku kompilasi ya. Waktu itu salah satu penerbit mengadakan lomba nulis tentang
kisah jomblo, salah satunya ada naskah saya dan alhamdulillah naskah saya
terpilih. Judul bukunya Curhat Jomblo Minta Jodoh, terbitan PING (Diva Press
thn 2014). Di sana ada sekitar 80 kisah para jomblo yang curhat. Entah beneran
jomblo atau mengaku jomblo. Hahaa... *ups ^_^ “
Terima kasih ya Mbak Nia atas bincang-bincangnya hari ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.
Terima kasih atas waktunya Mbak, selamat berlibur, hehe
“Iyaa.. Sama sama ya Bintang sdh
berkenan ngobrol sama aku, berasa penulis tenar aja. Hehehee Amin. Okee selamat
berlibur juga..”
Wassalam
Nia Sutardi
***
Nahh,
gimana gaes?
Seru,
dan banyak info yang bisa didapat kan? Heheh. Semoga interview di atas bisa
menjadi manfaat untuk kita semua.
Oh
ya, buat kalian yang penasaran dengan buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’ karangan Nia
Sutardi di atas, bisa baca dulu review-nya dengan klik LINK INI
Untuk
Mbak Nia Sutardi, terima kasih atas waktunya, dan ditunggu buku berikutnya.
Terima
kasih!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar