Judul : Kepada Gema
Penulis : Diego Christian
Tahun terbit : 2016
Tebal : 216 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel Metropop
ISBN : 978 – 602 – 03 – 2523 – 1Bisa dibeli di : bukupedia.com |
Blurb:
Di
tengah menghadapi jam kerja tak berperasaan dan menjalani hubungan jarak jauh dengan
Jesse, kekasihnya yang kuliah di Belanda, Atisha harus mencari jalan keluar
dari mimpi-mimpi buruk yang selalu membuatnya terbangun di tengah malam. Mimpi
buruk yang terus membawanya pulang ke kenangan-kenangan pahit.
Seolah
semuanya itu belum cukup, Gema, pemuda yang pernah Atisah cintai, tiba-tiba
muncul di kantornya sebagai pembawa acara baru. Kehadiran Gema mengingatkannya
pada kebahagiaan sekaligus patah hati yang hingga kini masih terasa pahit, juga
pada masa lalu yang dulu menjadi penyebab Gema meninggalkannya.
Gema
berhasil memasuki kehidupannya kembali. Tapi Atisah berjanji takkan
mengkhianati Jesse, juga takkan mengizinkan Gema menyakiti hatinya lagi.
Namun,
bagaimana ketika hubungannya dengan Jesse mulai mengalami masalah? Bagaimana jika Gema membukakan sebuah fakta
menyakitkan tentang kekasihnya itu? Dan bagaimana jika… berdamai dengan masa
lalu adalah satu-satunya jalan keluar untuk Atisha?
***
“Kita
bisa mengubah diri dengan berada di sekeliling orang positif. Lo bisa ninggalin
orang-orang yang karakter dan sifatnya nggak bisa lo ubah.”
Hlm.
101
“Waktu
nggak bisa diputar balik, lo tahu itu. Kita nggak akan bisa sama-sama kayak
dulu lagi. Gue nggak mau melihat ke belakang. Dan gue mau lo melakukan hal yang
sama. Gue, lo, kita, masa lalu.”
Hlm.
102
We can’t run from the past, and
we can’t stop to looking back!
Setiap
orang memiliki masa lalu masing-masing. Entah itu baik, atau buruk sekalipun.
Seperti apapun bentuk masa lalu tersebut, mau tidak mau, suka tidak suka, kita
harus menerimanya. Tapi, tak jarang, apa yang terjadi di masa lalu justru
menjadi momok yang menakutkan bagi kita beberapa tahun ke depan. Kurang lebih,
seperti itulah problematika yang kini tengah dihadapi Atisha. Kenangan pahitnya
yang terjadi di usia remaja, rupanya berdampak cukup besar pada kelangsungan
hidupnya sekarang.
Atisha—seorang
creative assistant di sebuah stasiun televisi—
selalu terbangun di tengah malam karena mimpi buruk. Seolah tidak cukup, Atisha
juga harus merelakan kekasihnya pergi sesaat setelah tahu tentang cerita masa
lalunya. Namun baiknya, kini Atisha kembali memiliki seorang kekasih yang bisa
menghargai dan menerima masa lalunya. Lelaki itu adalah Jesse. Keduanya
menjalani Long Distance Relationship (LDR).
Ya, hubungan jarak jauh. Jesse yang
harus menuntaskan pendidikannya di Belanda, mau tak mau harus membuat hubungan
mereka terpisah oleh jarak.
Namun,
hubungan Atisha dan Jesse mulai dipertanyakan saat Gema—seorang laki-laki yang
pernah menjalin hubungan dengan Atisha—kembali muncul di kehidupan Atisha
dengan menjadi seorang news anchor di
kantornya. Dengan bantuan Shalina, Gema mulai melakukan pendekatan kembali
dengan Atisha. Cerita semakin rumit tatkala sebuah fakta mengejutkan tentang
Jesse terungkap ke permukaan. Sebuah fakta menyakitkan yang selama ini
terlupakan begitu saja.
Setiap
cerita pastilah berujung dan memiliki muara…
Pertanyaanya…
bagaimanakah cerita KEPADA GEMA ini akan bermuara?
***
“Ketika
lo merasa berkorban untuk seseorang atas nama cinta, saat itulah perasaan cinta
lo akan hilang sedikit demi sedikit.”
Hlm.
123
“Karena
selama matahari masih terbit di sana, selama gue belum berhenti mencari lo, gue
tahu, gue akan selalu punya harapan, dan kepastian, untuk menemukan lo.”
Hlm.
150
Waw,
pertama kali membaca buku karya Bang Diego, aku langsung suka dengan cara
penulisannya. Easy to read and fresh! Kepada
Gema ini sebenarnya aku dapatkan karena memenangkan voucher buku dari Kak Azmi,
makasih ya Kak. Kenapa aku memilih buku ini untuk dibeli? Yang lebih utama sih
dari covernya. Keren, dan saat aku mulai membaca ceritanya, rupanya juga cukup
filosofis.
Membaca
Kepada Gema membuat kita masuk ke dunia pertelevisian lewat pekerjaan yang
dilakoni oleh tokoh-tokohnya, terutama Atisha. Cara penulis mendeskripsikan
tentang seluk beluk dunia pertelevisian terbilang sangatlah detail. Terbesit di
pikiranku, mungkin penulis pernah terlibat di dalamnya kali ya? Jika tidak, itu
berarti riset yang dilakukan penulis memang sangatlah baik. Tidak hanya
deskripsinya yang jelas, namun di lain sisi kita sebagai pembaca juga tahu
tentang apa saja realitas, istilah asing, dan berbagai wawasan tentang dunia
pertelevisian. Sebenarnya, lepas dari semua itu, pada dasarnya aku emang sudah
suka sih dengan pemilihan profesi tokoh-tokohnya ini. Entah kenapa dunia
pertelevisian selalu menjadi daya tarik bagiku sejak dulu. Mungkin, keren aja
kali ya? Hehe.
Selain
pada pemilihan profesi pada tokohnya yang detail, letak kelebihan Kepada Gema
juga ada pada kecerdasan penulis dalam mengatur konsep cerita. Di bab awal,
penulis memberikan secuil kisah masa lalu yang dialami oleh Atisha. Tapi itu
semua belum cukup. Karena rupanya di ending, penulis justru menghadirkan satu
fakta mengejutkan yang tidak terduga sebelumnya. Fakta ini lebih mengejutkan
lagi saat kita tahu bahwa itu ada kaitannya dengan masa lalu Atisha. Membuat
kita sebagai pembaca mencoba berpikir ulang dan membuat dugaan kita terhadap
ceritanya menjadi berbanding terbalik. Benar-benar eksekusi yang keren! Penulis
memang pandai menyembunyikannya, aku aja nggak kepikiran sama sekali dari awal.
Selain
diakhiri dengan twist-nya yang keren, ending Kepada Gema menjadi lebih berkesan
saat penulis memilih Pantai Pandawa sebagai settingnya. Hmm.. aku memang suka
dengan panorama yang ada di Pantai Pandawa, jadi tidak susah bagiku untuk
mendeskripsikan bagaimana keadaan di sana. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa
aku suka dengan pemilihan setting di endingya. Eh, penasaran nggak sih dengan
pantai Pandawa? Aku kasih gambarnya saja ya…
PANTAI PANDAWA, BALI 1. Source: Click here! |
PANTAI PANDAWA, BALI 2. Source: Click here! |
Namun,
di balik kelebihan itu, ada juga beberapa hal yang membuat aku risih. Ini hanya
pendapatku sih. Pertama, tentang western
culture yang diselipkan di buku ini. Sebenarnya, aku tidak mempermasalahkan
jika budaya barat dimasukkan ke cerita Indonesia, tapi tidak semua. Ada
beberapa budaya barat yang kurang aku suka jika dimasukkan ke dalam cerita.
Seperti misal: perempuan perokok. Jujur, aku nggak suka dengan culture yang satu ini. Aku menjadi risih
saat mengetahui hal itu ada di buku ini. Selain itu, ada beberapa tokoh yang
sebenarnya tidak begitu penting. Aku rasa kemunculan satu/dua tokoh ini akan
memiliki keterkaitan di bab selanjutnya, atau setidaknya masih dipertahankan di
beberapa part, tapi ternyata tidak. Kalaupun dihilangkan, pasti juga tidak bermasalah
karena tidak akan mengubah jalan cerita.
And then, ada
satu pertanyaanku yang tak terjawab lewat buku ini. Yaitu fakta tentang Jesse
yang menurutku kurang jelas. Cukup kecewa sih, karena aku tidak mendapat
kepuasan dari rasa penasaranku. Jadi nggak jelas dan ngegantung gitu, huhuu. Tapi
tidak apa-apalah, itu semua bisa termaafkan lewat ekseskusi di endingnya yang
bagus banget. Mungkin, aku tidak akan kapok untuk membaca buku karya Bang Diego
yang lain, hehe.
Oh
iya, aku rasa penggunaan PoV3 ini sebenarnya bisa lebih dikembangkan lagi oleh
penulis. Seperti sedikit flashback ke
belakang mengenai cerita masa lalu Gema dan Atisha, juga tentang Jesse. Sumpah,
aku masih awam banget dengan kehidupan Jesse.
Sebagai
penutup, persembahan 4 jempol untuk Gema dan kawan-kawan…
Terima
kasih!
***
“Kadang-kadang
hal paling indah di dunia itu justru yang nggak kelihatan. Itu sebabnya kita
selalu tutup mata waktu mencium seseorang dan waktu kita bermimpi.”
Hlm.
152
“Lo
tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Kenyataan bahwa lo
akan menemukan di yang berbeda saat perjumpaan berikutnya. Itu yang sealu gue
takutkan.”
Hlm.
153
Tidak ada komentar:
Posting Komentar