Judul : Ada Apa Dengan Cinta?
Penulis : Silvarani
Tahun terbit : 2016
Tebal : 192 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel
ISBN : 978 – 602 – 03 – 2645 – 0 |
Blurb:
Apa lagi yang kurang dalam hidup Cinta? Ia punya
keluarga yang bahagia, popularitas di sekolah, banyak pengagum, dan yang paling
penting, ia punya sahabat-sahabatnya. Alya, Maura, Milly, dan Karmen membuat
hari-harinya selalu berwarna. Mereka adalah pusat dunia Cinta.
Sampai suatu hari, ia berkenalan dengan Rangga, cowok
jutek dan penyendiri yang lebih suka berteman dengan buku daripada manusia.
Ternyata mereka sama-sama menyukai puisi, minat yang tak bisa Cinta bagi dengan
keempat sahabatnya. Dan perlahan hal itu membawa perubahan pada dirinya,
membuat orang-orang di sekitarnya bertanya-tanya, ada apa dengan Cinta?
Ketika Cinta sendiri pun ikut mempertanyakan dirinya
dan persahabatannya menjadi taruhan, apa yang sebaiknya ia lakukan?
***
“Masalah salah satu di antara kita, berarti masalah
kita semua.”
Hlm. 17
“Bila emosi mengalahkan logika, terbukti banyak
ruginya. Benar, kan?”
Hlm. 80
“Kulari ke hutan, kemudian teriakku. Kulari ke panta,
kemudian menyanyiku. Sepi… sepi… dan sendiri aku benci.”
Hlm. 128
Siapa yang tak kenal Cinta? Ketua klub mading
yang memiliki paras cantik, pintar, dan pandai menulis puisi ini seolah sudah menjadi
siswi idola di sekolahnya. Selain karena kepopulerannya tersebut, Cinta juga
patut beruntung karena memiliki keempat sahabat yang sangat menyayanginya. Ada
Maura si cerewet, Milly yang lemot, Alya si lembah lembut, dan Karmen yang
tomboy. Bagaikan satu keluarga yang harmonis, kebersamaan antar mereka sudah
terjalin sangat erat. Mulai dari berangkat dan pulang sekolah bareng, main
bareng, makan bareng, hingga sama-sama menjadi anggota klub mading di sekolah.
Di mata banyak siswa, Cinta bak seorang putri yang layak menerima banyak pujian
dari banyak orang.
Namun, reputasinya itu seakan hancur saat
seorang siswa yang tak ia kenal berhasil mengalahkannya di lomba menulis puisi
tahunan. Siswa beruntung itu bernama Rangga. Berawal dari situlah, Cinta mulai mencari
siapa Rangga sebenarnya. Namun, bukannya merasa terancam dengan keberadaan Rangga,
Cinta justru mulai menemukan kecocokan antara dirinya dengan Rangga. Keduanya
sama-sama memiliki hobi membaca dan menulis puisi. Hingga akhirnya, kesamaan
minat itulah yang membawa rasa nyaman di antara mereka. Cinta mulai menikmati
kebersamaannya dengan Rangga, begitu pun sebaliknya.
Hingga pada akhirnya, Maura dkk mulai menemukan
keanehan dalam diri Cinta. Ketua klub mading itu kini mulai jarang bergabung
dengan teman-temannya, sering melupakan janji, dan lebih sering melamun
daripada biasanya. Sejatinya, tidak ada satu pun yang tahu mengapa Cinta
berubah sedemikian rupa. Bahkan dirinya sendiri.
Tapi, apakah ini ada kaitannya dengan Rangga?
Jika iya, apa yang terjadi dengannya?
Dan, sebenarnya… ada apa dengan Cinta, dan……
Rangga?
***
“Memang benar apa kata orang bahwa membangun dan
memelihara itu cukup sulit dan membutuhkan waktu yang lama. Namun hanya
dibutuhkan waktu sangat singkat untuk menghancurkan apa yang sejak lama
dipelihara.”
Hlm. 147
“Pada akhirnya, manusia harus mengikuti detik demi
detik yang bergulir maju.”
HLm. 173
A A D C.
*iseng-iseng
sebelum review.
*SUASANA
KELAS PAS UJIAN.
X :
Wooii…!!!
Y :
*nengok. Ya?
X :
Nomor 4, 5, 6, 7, jawabannya apa, Bro?
Y : A A D C
(ada apa dengan cinta)
X :
Asem lu!
Nggak
lucu, ya? Haha, oke! *abaikan *efekUAS
Sekian-
***
Sebelumnya, aku mau ucapin terima kasih banget
buat Kak April dan Kak Silvarani yang uda ngasih aku kesempatan untuk bertemu
dengan Rangga dan Cinta. Satu minggu penuh melakukan #BacaBarengAADC di twitter
benar-benar awesome banget, haha. Partner
duetnya kece juga sih, hahaha. Also thanks to Kak Ken. Ditunggu duet-duet maut
berikutnya, hehe.
Siapa yang tak mengenal Ada Apa Dengan Cinta
atau A A D C ? Yuupp, hampir semuanya pasti tahu kan? AADC adalah sebuah film
remaja yang sempat popular di era tahun 2002. Film ini berhasil menarik antusias
dan perhatian masyarakat (terutama remaja) pada saat itu, bahkan hingga
sekarang ini saat diluncurkannya AADC 2. Dan, tahun ini lebih semarak lagi saat
AADC 1 rupanya berhasil dinovelisasikan oleh Kak Silvarani. Hal ini otomatis
menambah euphoria masyarakat terhadap AADC semakin meningkat. Berbicara tentang
AADC, aku sebenarnya adalah salah satu orang yang masih sangat awam dengan film
tersebut. Maklumlah, saat pertama kali AADC diluncurkan, aku masih bocah 4
tahun yang ingusan dan suka ngempeng. Selain itu, aku adalah tipikal orang
lebih memilih untuk membaca dulu sebelum menonton. Jadi, saat mengetahui aku
terpilih jadi salah satu host untuk #BacaBarengAADC, sebisa mungkin aku menahan
keinginan untuk menonton film-nya entah yang season pertama atau pun kedua.
Tujuannya sih, agar aku bisa surprise dengan cerita bukunya dan untuk antisipasi
kebosanan. Bukankah akan merasa bosan apabila kita sudah mengetahui jalan
cerita suatu buku sebelum membacanya langsung?
Mengingat aku belum nonton film-nya sama sekali,
jadi aku tidak bisa membandingkan cerita AADC versi tulisan dengan versi
visual. Tapi tak apalah, kali ini aku akan membahas AADC 1 hasil novelisasi
dari Kak Silvarani ini dari segala sisi. Menurutku, novel yang diadaptasi dari
film memiliki beberapa kelebihan. Selain karena ada peluang untuk ikut melejit,
juga karena bisa membantu pembaca dalam menciptakan gambaran/ilutrasi saat
membacanya. Terutama dalam hal tokoh. Pembaca bisa langsung membayangkan
bagaimana wajah, sosok, dan ciri fisik tokoh dengan mudah karena adanya bantuan
dari pemain yang ada di film-nya. Sama halnya dengan AADC ini, setelah
mengetahui tokoh film-nya siapa saja, aku pun jadi lebih mudah untuk membayangkan
seperti apa tokoh yang berperan dalam buku.
Pertama kali membaca buku tulisan Kak Silvarani,
tidak menjadi kesulitan yang berarti untukku. Pemilihan diksi, susunan kalimat,
dan gaya bahasanya sangat ‘aku’ banget. Nggak bikin kening berkerut pokoknya.
Ceritanya ngalir dan istimewanya, membaca buku ini serasa nonton filmnya
langsung loh, hehe. Jadi, bisa dibilang buku ini berhasil membangun adegan demi
adegannya secara visual dan nyata. Magnet dari novel ini menurutku sudah bisa
kita rasakan di awal-awal bab. Yaitu saat penulis mendeksripsikan dan
menggambarkan suasana sekolah beserta keceriaan di dalamnya. Cerita yang
lagi-lagi ‘aku’ banget, hehe. Di bab awal ini, aku serasa mendapat saluran energy
positif yang mampu meningkatkan hormone endorphin-ku (ciieeilaahh bahasanya).
Daya tarik lain di novel ini juga terletak pada
unsur persahabatannya yang sangat kental. Hubungan antara Cinta dengan Maura
dkk berhasil menjadi pemanis yang benar-benar mempermanis cerita ini. Magnet
terbesarnya adalah pemberian karakter pada mereka yang cenderung berbeda dan
unik. Sebut saja Milly dan Karmen. Kedua tokoh ini dibangun dengan karakter
yang sama-sama kuat. Milly yang lemot tak jarang kerap menimbulkan gelak tawa,
dan Karmen si tomboy yang suka main basket. Meski sejatinya mereka memiliki
karakter yang sangat bertolakbelakang, namun yang membuat ini menarik adalah chemistry yang terjalin di antara
mereka. Menurutku susah sih menyatukan chemistry
orang yang beda karakter dengan kita. Tapi menurutku di novel AADC ini semua bisa
jalan dengan baik. Jika dibandingkan dengan chemistry
antara Rangga dan Cinta, jujur, aku lebih menghendaki yang pertama. Kenapa?
Karena Cinta uda pehape-in aku, hwwwooooaaa!!
Ending cerita, aku benar-benar dibuat hanyut
(korban banjir kali, ah!). Tapi emang benar sih, efek belum nonton film-nya
nih, haha. Tapi sangat surprise sih, aku suka banget. Ditambah lagi Kak
Silvarani menyelipkan satu joke di
momen yang seharusnya menyedihkan itu, hehe. Rasanya kayak…… ada gurih-gurihnya
gitu (apa-apaan ini??!?)
Secara keseluruhan, aku sangat menikmati sekali
cerita di AADC 1 versi novel ini. Ceritanya teens
banget, ringan, dan bikin mesam-mesem. Lengkap deh! Persahabatan ada, yang
manis-manis ada, sedih-sedihan juga ada. Dan yang lebih penting, moral value-nya juga pastinya ada! Klop!
Persembahan terakhir, 4 jempol untuk Mamet yang
mau minjemin mobilnya, hahaha…
Terima kasih!
***
“Aku akan kembali dalam satu purnama untuk mempertanyakan
kembali cintanya.”
Hlm 186
Saya juga penasaran sama novelnya. Saya sudah nonton filmnya, makanya mau tau novelnya berhasil mempresentasikan cerira di filmnya atau justru malah jauh berbeda?
BalasHapusHmm, aku baru aja nonton film-nya. Di novel ini ada beberapa adegan yang dihilangkan sih, tapi ada juga beberapa penambahan. Sama2 seru, kok!
Hapusyukk mampir ke website kita, ada banyak informasi tentang Smartphone hehe :)
BalasHapusDEMAK KENDAL SEMARANG UNGARAN