Judul : Honeymoon For Sophie
Penulis : Retha Widya
Tahun terbit : 2016
Tebal : 263 hlm
Penerbit : Bhuana Sastra
Kategori : Novel
ISBN : 9786023941162Bisa dibeli di : bukupedia.com |
Blurb:
Sophie
Sebentar
lagi aku akan menikah dengan Maxi, pria paling tampan dan romantis yang pernah
hadir dalam hidupku. Hidupku akan sempurna bersamanya. Aku akan menjadi Nyonya
Maxi. Impian yang sebentar lagi akan menjadi kenyataan.
Mona
Aku
nggak punya keinginan yang muluk-muluk, kok! Aku cuma mau ada seorang pria yang
datang melamarku dan membuat semua orang berhenti bertanya kepadaku. “Kapan
nikah?” Oke, sebenarnya masih ada satu lagi keinginanku, yaitu mendapatkan bos
yang bukan titisan Godzilla. Simpel, kan?!
***
“Gimana
orang tua kami akan percaya anaknya baik-baik saja hidup bersama pria yang
berasal dari negeri antah berantah?”
Hlm. 8
Sophie:
Setelah
pernikahannya dengan Maxi gagal, Sophie mengalami masa yang cukup berat. Ia
frustasi, biasa-bisanya Maxi—lelaki yang selama ini ia yakini sebagai calon
suami, membatalkan pesta pernikahan mereka secara sepihak pada hari H, dan….
lewat SMS! Tidak hanya stress dan frustasi yang Sophie alami, ia juga malu dengan keluarga besarnya.
Mau ditaruh mana mukanya?!
Tidak
hanya itu, gagalnya pernikahan Sophie dan menghilangnya Maxi secara tiba-tiba juga
meninggalkan satu fakta lain yang tak kalah mengejutkan. Hutang! Bagai jatuh
tertimpa tangga, setelah merasakan stress akibat gagal nikah, Sophie juga harus
menanggung hutang akibat tagihan kartu kreditnya membengkak. Ini semua
gara-gara Maxi, dia yang menggunakan kartu kredit itu. Dan sekarang, dia juga
yang menjerat Sophie dengan hutang-hutangnya!
Lalu,
Sophie pun melakukan pencarian terhadap keberadaan Maxi. Kabarnya, kini Maxi
bekerja di sebuah hotel di Bali. Tunggu apalagi? Saatnya ia terbang ke Balii….
‘Kan ku tangkap kau sampai ke
ujung dunia, Maxi!’
Mona:
Mona
memang tidak secantik dan ‘selaris’ Sophie, tapi ia adalah tipe wanita yang
pekerja keras. Buktinya, meski ia memiliki atasan seperti Godzilla, ia berusaha
sebisa mungkin untuk tetap bertahan di sana. Wow, good job Mona!
Adrian,
atasannya yang galak itu ternyata juga memiliki perasaan. Berkali-kali Mona
diajak makan siang bersama. Awalnya, Mona menganggap itu hanyalah sebuah
hubungan yang lazim antara atasan dan bawahan. Namun rupanya bukan, saat
mengetahui bahwa Adrian adalah seorang duda, dan semakin sering mereka pergi
berdua, Mona meyakini bahwa ada yang tidak ‘beres’ antara dirinya dengan
Adrian.
Jika
Sophie gagal dengan seorang pria lajang, lantas, apakah dirinya akan berhasil
dengan seorang duda?
***
“Banyak
orang menganggap keluarga adalah hadiah pertama dari Tuhan untuk manusia dan
kami sangat setuju dengan anggapan itu. Ada kehangatan dan rasa aman dalam
sebuah keluarga. Ya, kan?
Hlm.
21
“Dengar
ya, masalah ada bukan untuk dihindari, tapi dihadapi. Kalau suatu saat kamu
bertemu dengan dia yang telah mencampakanmu, berikan saja dia senyuman yang
paling memikat. Biarkan dia menyesal karena telah meninggalkanmu.”
Hlm.
93-94
Jika
banyak pembaca yang berkata bahwa judul dengan isi cerita ini tidak sepadan,
aku akui memang benar. Cerita di Honeymoon for Sophie menggunakan dua sudut
pandang yang berbeda, yaitu dari Sophie dan Mona. Keduanya bercerita dengan
sudut pandang masing-masing secara bergantian. Pembagian porsi antara kedua
sudut pandang ini pun aku rasa juga sama banyak. Jadi, rasanya rada aneh saja
kenapa judulnya lebih mengarah kepada Sophie.
Kita
bahas kelemahannya dulu ya. Selain masalah judul, masalah lain juga ada pada
gaya bercerita si penulis. Cara berceritanya memang ringan, macam orang curhat,
tapi aku rasa ini terlalu ringan. Ada beberapa adegan yang seharusnya membuat
pembaca bersimpatik, atau mungkin sedih, tapi ini tidak. Seakan tidak ada
feel-nya. Aku tidak begitu prihatin saat Sophie gagal nikah. Mungkin penulis
bisa mengemasnya menjadi lebih dramatis lagi agar apa yang Sophie rasakan juga
bisa dirasakan pembacanya. Karena memang butuh koneksi yang kuat antara pembaca
dengan cerita agar cerita tersebut meninggalkan kesan tersendiri.
Kedua,
penulis terlalu banyak menggunakan teknik telling dalam menyampaikan cerita.
Terutama saat menyampaikan karakter beberapa tokoh. Sarana lain, sebaiknya
penulis bisa menyiasati ini dengan teknik showing, menunjukkan karakter suatu
tokoh dengan cara mengutarakan bagaimana si tokoh ini bersikap, berpikir, atau
bertindak. Terasa membosankan jika semua dideskripsikan secara langsung. Ketiga,
sebaiknya saat bagian flashback, penulis membuatkan subplot tersendiri. Karena
memang flashback-nya di sini hanya dituturkan oleh tokoh secara langsung dan
terkesan nanggung. Ini sih saran dari aku, hehe.
Keempat,
pergantian/perpindahan cerita di setiap part terkesan mendadak dan dipaksakan.
Aku lupa pada halaman atau bab berapa tepatnya, yang jelas ada satu bab yang
mana ceritanya terkesan muluk. Part satu bahas ini, part dua bahas itu, dan
part tiga balik bahas ini lagi. Cerita terkesan kurang rapi dan terlalu muluk.
Oya, jika disuruh membandingkan antara sudut pandang Mona dengan Sophie, aku
lebih cenderung berpihak ke Mona. Kenapa? Cerita Mona lebih memiliki konflik
yang kuat—yah, meskipun mudah ditebak sih. Chemistry-nya juga lebih kerasa dari
pada Sophie dengan Maxi atau Bara. Tapi benar, aku lebih menikmati cerita si
Mona ini ketimbang Sophie.
Oke,
kita beralih ke kelebihannya ya. Pertama, untuk urusan cover, ilustrasi, sampai
layout, Honeymoon For Sophie memang juara. Bisa dibilang, ini menjadi salah
satu daya tarik yang kuat untuk bukunya sendiri. Tahu kan, jika sekarang banyak
orang yang menilai buku dari sampulnya? Nah, aku rasa jika orang tersebut pergi
ke toko buku, pasti Honeymoon for Sophie akan menjadi salah satu pilihan
mereka.
Kelebihan
yang kedua, karakter Mona dan Sophie benar-benar diciptakan dengan kuat dan
memiliki khas tersendiri. Sifat keduanya yang saling bertolakbelakang ini
membuat kita mudah untuk membedakan yang mana Sophie, dan mana Mona. Sophie
yang manja, kekanak-kanakkan dengan Mona yang dewasa dan pekerja keras. Oya,
nuansa metropop sangat terasa sekali di buku ini, aku suka!
Kelebihan
yang ketiga, tokoh Kethrine di sini menjadi magnet tersendiri bagi pembaca.
Kenapa? Karena dengan sikapnya yang nyablak, lawak, dan periang, membuat nuansa
komedi di buku ini terasa banget. Bisa dibilang Kethrine ini sangat membantu
lah dalam meramaikan cerita. Seenggaknya, cerita tidak hanya berpusat pada
Sophie atau pun Mona. Adegan favoritku adalah saat Keth mengajak Mona pergi ke resepsi
pernikahan orang tak dikenal hanya demi mendapat makanan, hwahahaha.
Keempat,
aku suka bagaimana penulis menyelesaikan cerita ini. Rasanya lega, setelah
semua masalah yang dihadapi tokohnya, akhirnya mereka bisa mendapat buah dari apa
yang mereka lakukan selama ini. Terakhir, buku ini cocok dibaca jika kalian
sedang bersantai, menunggu bisa di halte, atau antri di bioskop, ceritanya
ringan, mengalir banget, dan yang terpenting… menghibur.
3
Jempol untuk Honeymoon for Sophie…
Terima
kasih!
***
“Bagiku
wanita yang hanya mengandalkan kecantikan itu bodoh. Kecantikan itu seperti asset
yang setiap harinya menyusut. Setiap hari nilainya terus menurun. Aset-aset
seperti itu nggak bernilai…”
Hlm.
215
Tidak ada komentar:
Posting Komentar