Hwaaloooo
gaaesss!!!
Kembali
lagi di Kriiing Kriiing Penulis. Hmm udah cukup lama juga ya aku absen untuk
postingan ini. Dan sekarang aku balik lagi bersama seorang penulis lokal
Indonesia yang karyanya cukup terkenal dan laris. Siapa dia? Nanti ya, denger
dulu aja ceritaku. Kemarin di sekolah gue dapet pertanyaan dari salah satu
temen: ‘Kamu udah nonton AADC 2 belum,
Bin?’ Absolutely gue jawab belum,
hahaha. Jangan bilang norak dong, emm gimana ya, aku emang bukan salah satu
penggila film sih, jadi nggak terlalu imicu memang kalau ada film lagi booming
gitu, hwehehe. Anyway, ngomong-ngomong soal AADC, film ini sejak 15 tahun lalu
memang masih punya tempat ya di hati masyarakat. Lihat sendiri kan gimana
antusiasnya kemarin pas rilis season keduanya? Nah, di saat yang bersamaan pun,
satu kejutan juga hadir buat para penggemar Ada Apa Dengan Cinta.
‘Apaan, Bin?’
Jika
sebelumnya Ada Apa Dengan Cinta hadir dalam bentuk film, kini kisah cinta
antara Rangga dan Cinta ini hadir dalam sebuah bentuk baru lo. Yup, film Ada
Apa Dengan Cinta—season pertama—kini telah berhasil dinovelisasikan. Istilah
lain, Ada Apa Dengan Cinta telah dikemas menjadi sebuah buku. Yeay! Atas hasil
kerjasama antara Gramedia dan Miles Production, dengan bangga mereka
mempersembahkan….
NOVEL ADA APA
DENGAN CINTA
Meski
sudah lima belas tahun berlalu, rupanya keeksistensian film Ada Apa Dengan Cinta
masih menjamur di kalangan masyarakat. Demi melestarikan (cieeilah melestarikan) kisah dan cerita dari film tersebut, sebuah
brand baru pun diluncurkan. Bersama dengan Gramedia dan Silvarani, novel Ada
Apa Dengan Cinta resmi dirilis pada bulan Maret 2016.
Lantas,
seperti apakah penggarapan novel Ada Apa Dengan Cinta ini?
Di bawah ini, aku akan menyajikan hasil
interview-ku bersama dengan Kak Silvarani, selaku penulis novelisasi Ada Apa
Dengan Cinta. Jadi, tunggu apalagi? Yuk kita simak di Behind The Scene Novel
‘Ada Apa Dengan Cinta’ dari penulisnya langsung!
Sumber: di sini |
· Halo Kak Silvarani! Sebelumnya, sapa dulu dong
Kak para pembaca di Ach’s Book Forum :D
“Halo para
pembaca di Ach’s Book Forum! Salam kenal, nama saya Silvarani. Saya adalah
penulis beberapa judul novel Indonesia, dan salah satunya adalah novel Ada Apa
Dengan Cinta.”
1.
Ceritakan dong Kak, bagaimana awalnya Kak
Silvarani bisa mendapat tawaran untuk me-novelisasi film Ada Apa Dengan Cinta?
Dan, gimana sih perasaannya saat itu?
“Yup, semuanya berawal dari tahun 2015 atau akhir 2014 ya.
Ketika saya ditawarkan oleh Gramedia menulis novel LDR dari skenario film
tersebut. LDR itu adalah film yang dimainkan oleh Al Ghazali, Mentari, dan
Verrel Bramasta. Setelah novelisasi LDR terbit, imiculillah disambut dengan
baik dan sudah cetak ulang juga. Lalu ditawarin lagi novel 3 Srikandi. Sekarang
sudah selesai menovelisasikan film 3 Srikandi, tapi diterbitkannya nunggu
film-nya. Tahun ini film-nya baru keluar, bulan Agustus. Jadi nanti novelnya
juga keluar bulan Agustus, tanggal 1. Kalau film-nya masih tanggal 4 Agustus
nanti.
Nah, setelah beberapa kali menulis atau menovelisasi tersebut,
akhirnya Gramedia kembali menawarkan: ‘Kalau disuruh menovelisasi skenario film
lagi mau nggak, Sil?’ Aku pun jawab ‘Boleh, apaan Mbak?’ Dan ternyata… Ada Apa
Dengan Cinta. Nah, begitu ‘Ada Apa
Dengan Cinta’ keluar dari mulut editor saya itu, wah saya benar-benar
excited, saya langsung ngangguk ‘Mau, mau!’. Nggak mungkin ditolak dong Ada Apa
Dengan Cinta? Karena itu film waktu saya remaja fenomenal banget, dan kayaknya
saya dan teman-teman saya nontonnya lebih dari satu kali deh.”
2. Apa saja kesulitan yang Kak Silvarani alami
dalam menovelkan sebuah film? Terlebih, ini adalah film lama.
“Kesulitannya adalah karena Ada Apa Dengan Cinta merupakan
sebuah brand yang sangat besar dan berkesan di setiap hati para penonton film
Indonesia ya. Jadi, kesulitannya yang pertama adalah saya agak takut juga gitu.
Takutnya nanti misalnya orang akan kecewa dengan karya saya. Tapi kekecewaan
itu saya geser, pokoknya saya total aja mengerjakan novel Ada Apa Dengan Cinta
ini, dan saya benar-benar pakai hati. Juga saya harapkan semua pembaca senang
dengan novel ini.
Kesulitan yang lain paling, kalau novel sendiri kan kita bisa bebas
mengarang ceritanya seperti apa, tapi kalau menovelisasi skenario film, itu
kita tidak boleh menambah-nambahkan adegan atau bikin kreasi sendiri. Misalnya
saya bikin ceritanya jadi: Rangga bukan pergi ke New York, tapi pergi ke
Beijing. Nah itu kan nggak mungkin? Kita harus bikinnya sama dengan yang di
skneario film, nggak boleh ngarang-ngarang. Itu artinya melanggar kode etik
(ciieeillaah kode etik ya Kak Sil, hahaha).
Terkait film lama, sebenarnya nggak terlalu pengaruh ya apakah
ini film lama atau enggak, yang penting ada skenarionya. Jadi saya bisa
mengikuti kata-kata di novel dari dialog-dialog yang ada di skenario film.
Lalu, novel Ada Apa Dengan Cinta ini kan terbitnya juga bareng dengan rilisnya
film AADC 2, jadi menurut saya ya masih nyambunglah euphoria-nya.
3. Dari Kak Silvarani sendiri, bagaimana sih cara menulis
kembali cerita dalam film menjadi sebuah novel tanpa menghilangkan ‘rasa asli’ dari film tersebut?
“Kalau untuk novel Ada Apa Dengan Cinta ini, setelah saya
mendapatkan skenarionya dari pihak Miles Production, saya pun membaca
skenarionya tersebut lalu menulis ulang di laptop saya. Selain itu saya juga
mendengarkan soundtrack film Ada Apa Dengan Cinta. Jadi saya ingin
membangkitkan lagi ‘feel’ yang pernah saya dapatkan ketika saya melihat film
AADC dulu.
Tidak hanya sampai situ, saya juga menonton ulang film Ada Apa
Dengan Cinta berkali-kali, biar saya bisa mempelajari mimik para tokoh ketika
bicara, lalu saya juga melihat suasana sekolah mereka seperti apa. Karena
selain dialog yang harus kita tuliskan, kita juga harus merasakan setiap
penggambaran yang ada di film tersebut.”
4. Jika dibandingkan dengan film-nya, kira-kira ada
atau tidak Kak, penambahan atau mungkin penghapusan beberapa adegan yang Kak
Silvarani lakukan di novelnya ini?
“Kalau penambahan, nggak ada ya. Penghapusan, juga nggak ada.
Pokoknya saya benar-benar mengikuti apa yang ada di skenario film-nya. Paling
cuma kayak gini sih, misalnya kalau di skenario film itu kalau nggak salah,
waktu adegan Cinta ke toko buku, yang melayani Cinta saat itu adalah karyawan
laki-laki. Akhirnya saya ngikutin dan nulis apa yang ada di situ. Tapi ternyata
begitu nonton film-nya, yang melayani Cinta di toko buku saat itu adalah
karyawan perempuan. Tapi saya sudah terlanjur menulisnya karyawan laki-laki
berdasarkan skenario.
Jadi kalau ada orang yang baca novelnya dan bilang: ‘Ini kok
novelnya beda sih, di sini Cinta ngomong sama Mas-Mas, nah di film sama Mbak-Mbak’.
Mungkin bedanya cuma di situ aja sih. Dan di novel itu saya lebih menggambarkan
kata hati setiap tokohnya aja. Kayak misalnya adegan ketika Alya curhat tentang
keluarganya di kamar Cinta, terus teman-teman lain kayak Karmen, Maura, Milly
ada juga di sana. Di adegan itu saya menggambarkan Alya memperhatikan suasana
kamarnya Cinta, dan ia berpikir ‘yah, saya nggak mungkin ya punya kamar selucu
kamarnya Cinta, jangankan kamar yang lucu, memberikan perlindungan terhadap
saya saja, Ayah dan Ibu tidak bisa.’ Nah, jadi saya menggambarkannya seperti
itu.”
5. Di saat yang bersamaan, film AADC 2 pun resmi
tayang di bioskop dan mendapat sambutan yang ‘wah’ dari masyarakat. Nah, bagi
Kak Silvarani sendiri, apakah euphoria AADC 2 ini juga ikut berpengaruh terhadap
novel AADC yang kakak tulis? Terutama dari segi penjualan.
“Of course, banget. Karena Ada Apa Dengan Cinta itu rilisnya
nggak hanya di Indonesia ya, tapi di luar negeri juga. Nah, karena itu akhirnya
para pembaca yang ada di luar Indonesia pun berkeinginan untuk membeli novel
Ada Apa Dengan Cinta. Kemarin itu novel AADC dibeli juga sama pembaca di
Malaysia, pembaca di Brunei. Makanya, saya senang banget. Tapi kadang-kadang
ada juga dari mereka yang minta novelnya beserta TTD saya, nah ongkos kirim dari
Indonesia ke luar negeri kan sedikit mahal, jadi kendalanya ya kayak gitu.
Tapi akhirnya, ada beberapa toko buku di luar negeri seperti di
Malaysia dan Brunei yang menjual buku-buku terbitan Indonesia. Makanya saya
terima kasih banget buat mereka, akhirnya pembaca di luar sana bisa membeli
novel Ada Apa Dengan Cinta dari toko buku tersebut. Terus akhirnya ada juga
dari mereka yang berhubungan sama saya, akhirnya jadi nambah teman deh,
terutama pembaca-pembaca di luar Indonesia.”
6. Ada atau tidak tanggapan dari orang yang
mengatakan: ‘Yah, ini novelnya mah sama ‘plek’ dengan film-nya, nggak ada yang
waw sama sekali’
Nah,
yang begitu ada nggak Kak? Dan gimana tanggapan Kak Sil untuk
ini?
“Wah, pasti ada, Bin. Karena jika setiap karya itu ditelurkan
(ayam kali ah, hahaha), itu pasti ada pujian dan kritikan. Banyak yang
mengkritik juga novel Ada Apa Dengan Cinta ini. Seperti mengatakan bahwa:
‘Terus apa gunanya baca novel kalau sama saja kayak film-nya? Yaudah nonton
film-nya aja.’ Terus ada juga yang bilang: ‘Ini kayaknya cuma buat ada-adaan
aja deh novel AADC-nya, bukan sesuatu yang worth it untuk dimiliki.’ Ada yang
bilang kayak gitu juga, dalam-dalam pokoknya. Tapi kalau saya sih mikirnya,
yang penting niat dari Miles Production, Gramedia, dan saya adalah niat yang
baik. Niatnya adalah untuk berkarya, menawarkan bentuk lain brand Ada Apa
Dengan Cinta yang kalau kemarin adalah film, nah sekarang hadir dalam bentuk
novel.
Kalau misalnya ada orang yang memuji, ya Alhamdulillah, tapi
kalau ada yang mengkritik ya Alhamdulillah juga. Jadi kita punya masukan dan
tahu, ‘oh jadi orang tu ada juga ya yang nggak suka kalau misalnya novelnya
malah sama plek dengan film-nya. Nah sementara kalau malah kita tambah-tambahin
misalnya, atau kita bikin ending lain, nanti orang yang lain lagi ada yang
ngomong: ‘kok ditambah-tambahin sih, jadi jelek’ atau kalau nggak, ‘kok
endingnya beda sih sama film-nya, aneh.’ Nah, orang kan bisa bebas bicara dan
kita terima saja tapi nggak usah terlalu dipikirkan dan dimasukin ke hati,
takutnya nanti kita malah jadi sakit hati terus berhenti berkarya. Jangan
sampai kayak gitu.”
7.
Silakan promosi bukunyaaaaaa…. (mau buku-buku
yang lain juga bolehh, hihi)
“Oke, buat teman-teman pembaca di luar sana yang belum memiliki
novel Ada Apa Dengan Cinta, segera dapatkan di toko buku terdekat atau bisa
juga mention saya di media social. Alhamdulillah, novel Ada Apa Dengan Cinta
sudah tiga kali cetak ulang. Saya terima kasih banget buat pembaca-pembaca yang
sudah beli.
Terus untuk melihat apa saja novel-novel yang pernah saya tulis,
bisa buka Instagram saya di @nadiasilvarani,
atau bisa membuka blog saya di www.silvaranibooks.wordpress.com. Okay terima
kasih sudah ngobrol-ngobrol. See u dan sukses!”
Nah
temans! Itu tadi adalah hasil bincang seruku dengan penulis Ada Apa Dengan
Cinta, Kak Silvarani. Duh, kalian tau nggak sih gimana rasanya bisa interview
bareng penulis AADC? Awesome, hahaha. Hmmmm dempornya nggak papa lah ya,
soalnya Kak Sil maunya pakai voice note,
jadi aku harus berjuang sekuat tenaga buat ngetikin nyalin jawabannya,
hahahaha.
Tapi
seru kan, teman-teman? Selain tahu apa saja yng ada di balik layar pembuatan
novel Ada Apa Dengan Cinta, apa aja sih yang bisa kalian dapat dari interview
singkat di atas? Tulis dan ungkap pendapatmu di kolom komentar bawah ya!
Terima
kasih!
MORE
ABOUT NADIA SILVARANI:
Nadia
Silvarani bisa kalian sapa di akun twitter @Silvarani | Instagram
@nadiasilvarani | email: silvaranibooks@gmail.com
Hai bintang sebelumnya salam kenal ya..
BalasHapusBaru ngeh, ternyata kamu masih SMA ya.. sering juga baca sekilas nama kamu di kolom jawaban blogger buku lain.
Kalau ga di tag di twitter, ga tau nih ada wawancara dengan mba Silvarani, beliau memang ramah ya ternyata..
Menurut saya novelisasinya keren, feel AADCnya dapet banget, rasanya saya terkenang kembali masa-masa saya SMA, disaat film AADC booming dulu.
Halo Ka Annisa, salam kenal juga. Iya, aku masih SMA, hehe.
HapusIya yah, Kak Silvarani orangnya ramah dan menyenangkan, senang bisa kenal dengan beliau. Ya dong, bagus banget novelisasi AADC-nya.
Terlebih aku kurang tahu menahu tentang film AADC, jadi pas pertama kali baca novelisasinya, ini surprise banget buatku :))
yukk mampir ke website kita, ada banyak informasi tentang Smartphone hehe :)
BalasHapusDEMAK KENDAL SEMARANG UNGARAN