Sabtu, 19 November 2016

[Book Review] Wonder Fall - Elektra Queen



Judul : Wonderfall
Penulis : Elektra Queen
Tahun terbit : Juli 2016
Tebal : 328 hlm
Penerbit : Twigora
Kategori : Novel
ISBN : 978 – 602 – 70362 – 6 – 0  

Blurb:

SHE SAID...
Amelie Rashad memilih untuk menggigit lidahnya kuat-kuat ketimbang mengakui kalau debaran hebat jantungnya disebabkan oleh Zach Barata. Dia lebih suka melihat Zach sebagai atasan galak dan perfeksionis ketimbang sosok hangat yang juga begitu mudah akrab dengan putri semata wayangnya. 

HE SAID...
Hanya tinggal menunggu waktu saja hingga Amelie menyusup dalam ruang pribadi, menggedor keras-keras pintu hatinya. Alih-alih menyerah, sikap menentang perempuan itu membuat Zach bertambah penasaran. Ketika mengetahui status orangtua tunggal Amelie, ketertarikan itu kemudian menyublim menjadi rasa hormat.

IS IT LOVE?
Percik-percik perasaan di antara mereka kedua nyata adanya dan tak satu pun mampu menyangkalnya. Namun, ketika Zach siap untuk membuka hatinya, dia malah mendapati perhatian perempuan itu terbelah karena rencana perjodohan dengan kembaran mendiang suaminya. Sudikah Zach bersaing dengan laki-laki yang mengingatkan Amelie pada sosok dari masa lalunya? Atau, sebaiknya dia membiarkan saja hubungan mereka kembali seperti semula, selayaknya atasan dengan asistennya?

***

Pagi itu, Amelie Rashad—seorang janda beranak satu—dibuat terkejut oleh tawaran dari atasannya di Departemen Administrasi dan Keuangan, Jonas. Lelaki itu memberi tawaran kepada Amelie untuk menjadi asisten sementara Zachary Barata—seorang pimpinan di Departemen Personalia dan Umum. Sebenarnya, bukan karena bidang yang berbeda tersebut yang membuat Amelie enggan menerima tawaran Jonas, tapi lebih karena gosip tak mengenakkan tentang Zach yang beredar selama ini. Lelaki itu dikenal sebagai figur atasan yang kaku, tempramen, dan tak ramah terhadap bawahannya. Buktinya, beberapa orang yang pernah menjadi asisten sementara Zach selalu mengundurkan diri bahkan dalam waktu kurang dari satu bulan. Dan sekarang, Amelie yang akan berada di posisi itu? Membayangkannya saja, dada Amelie rasanya seperti terhimpit bongkahan batu besar. Sesak.

Alhasil, karena tidak ada jalan keluar lain, dan tidak ingin membuat Pak Jonas kecewa, maka di sinilah Amelie sekarang berada. Satu ruangan, dan hanya berdua dengan Zach, pun meja mereka saling berhadapan. Dan ternyata benar saja, Zach adalah sosok yang dingin, wajahnya selalu tertekuk, bahkan untuk berbicara dengan Amelie pun dia seperti membutuhkan banyak tenaga. Beberapa hari Amelie bekerja sebagai asisten sementara Zach, hubungan keduanya tak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Namun, entah ada keajaiban apa, tiba-tiba hari itu Amelie menemukan sisi lain dari sosok Zach yang dikenalnya selama ini. Hal itu ia sadari ketika seorang balita laki-laki dengan tiba-tiba masuk ke ruangan Zach dan langsung menghambur ke pelukannya. Mulai hari itu, Amelie tidak lagi melihat sosok Zach yang dingin seperti biasanya, namun lebih kepada sosok yang penuh rasa kasih sayang.

Seiring berubahnya sifat Zach kepadanya, hubungan Amelie dengan lelaki itu pun terasa makin cair. Zach tak segan untuk sekadar bercanda dengan Amelie dan memintanya untuk membelikan makan siang. Kedekatan antara atasan dan bawahan yang semakin hari semakin melebihi batas wajar itu, tak ayal ikut menumbuhkan rasa ketertarikan antar keduanya. Hal itu Zach wujudkan dengan beberapa kali mengajak Amelie makan malam romantis. Namun, di saat kedekatan antar keduanya semakin intens, Amelie harus dihadapkan pada satu pilihan runyam. Mantan mertua Amelie memintanya untuk menjalin hubungan dengan Otto, kembaran mendiang Ryan, suami Amelie yang sudah meninggal.

Lantas, apakah yang terjadi ketika cinta dan pilihan datang dalam satu waktu yang bersamaan? Akankah Amelie sanggup melewatinya dan memilih pilihan yang tepat?

***

“Andai para lajang di luar sana tahu, seperti apa kehidupan yang menunggu mereka setelah punya anak, kurasa akan ada banyak orang yang berpikir ulang untuk buru-buru menikah. Sayang, dalam hidup tidak ada tombol rewind.
Hlm. 8

WonderFall adalah buku pertama dari Elektra Queen yang aku baca. Sosok penulis misterius yang sampai sekarang pun tetap membuatku penasaran dengan identitas aslinya. Terlebih, Elektra Queen pernah memberikan satu statement yang menyatakan bahwa ia pernah menulis novel sebelum WonderFall. Bedanya, ia menggunakan identitas lain di novelnya (yang tetap saja rahasia) itu. Baik, daripada kita memusingkan persoalan tentang identitas penulis yang masih menyisakan tanda tanya besar, lebih baik kita membahas segala isi dari buku yang menjuarai kompetisi menulis Sweet and Spicy Romance di tahun 2015 ini.

Sebelumnya, perlu diketahui bahwa aku menyimpan ekspektasi yang lumayan tingi saat pertama kali mengetahui berita tentang akan diterbitkannya buku ini. Selain karena menjuarai kompetisi menulis yang diadakan Twigora, juga karena antusiasme dan sambutan dari pembaca lain yang cukup baik. Selain itu, saya juga sempat kepincut dengan kata ‘sweet and spicy’ yang digadang-gadang menjadi bumbu utama cerita ini. Bayanganku saat itu, aku akan menemukan sebuah kisah cinta yang tidak hanya manis, tapi juga cenderung vulgar, dan agak ‘nakal’. Hmmm, if you know what I mean. Tapi ternyata buku ini tidak mengusung kedua jenis cerita tadi secara bersamaan, dan hanya salah satu, yakni sweet. Kategori sweet seperti ini sudah menjadi ‘lagu lama’ buatku. Tak ayal, hal tersebut membuatku tidak menemukan sesuatu yang benar-benar ‘wah’ atau pun yang mengundang rasa penasaran berlebih. Padahal jika dilihat dari kavernya yang cukup menggairahkan (maaf jika saya menggunakan bahasa ini), mungkin kebanyakan dari kita akan berekspektasi bahwa ceritanya tidak jauh dari kesan spicy.

Office Romance menjadi genre utama cerita ini. Meski memilih kisah cinta antara atasan dan bawahan yang menurutku sudah cukup mainstream. Terlepas dari ekspektasiku yang sempat terpatahkan tadi, di lain sisi, kisah cinta antara atasan-bawahan ini tidak membuatku bosan sedikit pun. Aku justru suka bagaimana cara penulis mengembangkan interaksi antara Amelie dan Zach yang awalnya kaku menjadi lebih baik dan baik lagi. Keberadaan beberapa tokoh seperti Lionel dan Elsa sangat berperan penting dalam menggerakkan komunikasi Amelie-Zach ke arah yang lebih baik. Juga aku sangat suka ketika kemunculan tokoh Lionel berhasil mengungkap seperti apa jati diri dan kepribadian Zach yang sesungguhnya, yang kemudian mampu memutarbalikkan gosip tentang dinginnya sikap Zach. Untuk perempuan-perempuan yang sering terbawa baper, mungkin buku ini cocok kalian baca. Tokoh Zach benar-benar kriteria kalian sekali. Dingin, tapi memiliki sisi lain yang tentu akan membuat kalian meleleh.

Selain itu, kemunculan tokoh Otto dan Mama mertua Amelie juga semakin membuat konflik ceritanya terasa kian berwarna dan menarik untuk diikuti. Namun aku rasa ada satu adegan yang perlu penulis tambahkan. Yakni pembicaraan Amelie dan Mama mertuanya tentang keputusan Amelie untuk menikahi Otto atau tidak. Di sini, penulis hanya menyajikan hasil jadinya, yaitu saat Mama mertua Amelie mengikhlaskan keputusan Amelie. Bagaimana kedua tokoh ini berargumen dan berdebat sebelumnya tidak dimasukkan, padahal menurutku itu adegan yang cukup penting. Karena bagiku agak aneh saja ketika tahu-tahu Mama mertua Amelie ikhlas gitu aja dengan keputusan Amelie, padahal sebelumnya ia gencar sekali dalam memaksa Amelie untuk bersedia menikahi Otto.

Oh ya, selain itu aku sempat mempertanyakan tentang keberadaan tokoh Inge. Perempuan yang menyukai Zach. Saat pertama muncul di awal, aku sempat mengira kalau tokoh ini akan banyak ambil peran di ceritanya, salah satunya menjadi batu sandungan dalam hubungan Zach-Amelie. Tapi ternyata tidak. Pas di awal menuju pertengahan sampai akhir cerita, Inge dihilangkan begitu saja. Lebih baik dari awal penulis tidak usah memasukkan tokoh Inge, daripada tidak terpakai dan keberadaannya terkesan percuma gitu.

Di balik beberapa ketidakpuasanku terhadap buku ini di atas, aku cukup senang bisa membaca WonderFall. Tokoh utamanya yang diceritakan sebagai seorang janda sangat hidup sekali di cerita ini. Hal ini dikarenakan penulis turut mengusung realita tentang kehidupan seorang janda yang benar-benar sangat realistis. Tentang gosip dan argumen negatif yang selalu menyertainya, tentang kerja kerasnya dalam menghidupi keluarga seorang diri, dan  juga tentang sikapnya yang tidak mudah terbuka dengan banyak laki-laki. Selain itu, kisah masa lalu Ryan—suami Amelie—yang sudah meninggal turut diselipkan di beberapa bagian cerita. Hal ini membuat kita secara terang-terangan memandang Amelie sebagai sosok perempuan yang rapuh, tapi juga kuat di sisi lain. Aku suka sekali dengan tokoh perempuan seperti ini. Benar-benar membawa pengaruh positif bagi kita yang membacanya.  

Semoga keberadaan tokoh Amelie dan segala realita hidup yang menyertainya bisa menjadi sebuah gertakan kepada kita untuk tidak selalu memandang negatif status janda, dan lebih menghargai lagi keberadaan perempuan. Dan, novel ini cocok dibaca untuk kalian yang haus tentang bagaimana cara menghargai orang yang seharusnya.

Terima kasih!

***

“Suka atau tidak, sebagian besar masyarakat kita masih beranggapan kalau janda itu adalah status nyaris hina yang dianggap sebagai ancaman. Yang orang tahu para janda cenderung suka mengganggu lelaki lain, baik yang masih sendiri atau sudah punya pasangan. Kesepian adalah alasan utama yang dipercayai.”

Hlm. 107

4 komentar:

  1. Saya nyari-nyari rating buku ini menurut kamu dan kayaknya nggak ada ya? Seperti yang saya katakan direview saya, buku ini tidak menimbulkan kesan yang mendalam. Saya disuguhi kisah janda dan penulis memang bertujuan meluruskan mengenai citra negatif terhadap perempuan yang berstatus janda. Banyak juga sih yang menurutku kurang tergali di buku ini. hehehe :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di goodreads saya beri 3 bintang, Mas. Iya, buku ini juga tidak meninggalkan kesan apa pun setelah saya membacanya :D

      Hapus
  2. Tema bukunya janda or Jan Da? Jd ingat detektif FBI dr Amerika itu 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Janda Mas, hehe. Bukan Jan Damuda, wkwkwk

      Hapus