Rabu, 15 Februari 2017

[Book Review] Mozaik - Ita Susanto




Judul : Mozaik
Penulis : Ita Susanto
Tahun terbit : 2016
Cetakan : Pertama
Tebal : 198 hlm
Penerbit : Bhuana Sastra
Kategori : Novel
ISBN : 978 – 602 – 394 – 183 – 4 

Blurb:

Membangun mahligai pernikahan ibarat menyusun sebuah mozaik. Dua insan
manusia adalah kepingan-kepingannya. Mereka berbeda, tetapi menyatu atas
nama cinta yang suci. Namun, akankah mozaik itu akan tetap utuh jika ada
orang ketiga?

***

Nia dan David sudah lama menikah. Mereka juga sudah dikaruniai satu orang anak, yaitu Sonya. Hampir sepuluh tahun mereka berumah tangga, hampir tidak ada masalah yang cukup serius yang terjadi. Semuanya terlihat baik-baik saja, dan baik Nina atau pun David tetap harmonis sepasang suami istri.

Hingga, menjelang tahun kesepuluh usia pernikahan mereka, masalah itu datang. David, yang notabene adalah sosok anak yang dibesarkan oleh kasih sayang seorang ayah, dan berlatarbelakang militer pula, membuatnya tumbuh sebagai anak yang keras, dan tidak mengenal kasih sayang dalam arti yang sesungguhnya. Baginya, memberikan kasih sayang adalah dengan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, bukan kasih sayang seperti itu yang diinginkan Nia. Bukan dengan kerja keras terus menerus dan kelewat serius seperti itu, namun dengan memberi sedikit waktu luang untuk keluarga dan saling bercengkerama satu sama lain. Sayangnya, itu semua tidak terjadi.


Nia juga merindukan momen-momen mesra berdua dengan David. Dia rindu belai mesra dan dekapan hangat dari suaminya tersebut. Namun yang Nia dapat justru ketidaknyamanan. Ia merasa David tidak lagi bisa memuaskan kebutuhan psikologis-nya. Hal itulah yang menjadi alasan terbesar Nina untuk berpaling kepada laki-laki lain. Sudah satu bulan lebih Nia menjalin hubungan secara diam-diam dengan laki-laki itu. Kevin, teman masa kecilnya. Selama ini, mereka berkomunikasi hanya sebatas pesan singkat. Namun, sebuah kesempatan membawa mereka pada sebuah pertemuan.

Pertemuan itulah yang mengawali segalanya. Tentang Nia yang tidak dapat membendung kebutuhan psikologis-nya, dan tentang Kevin yang telah lama memendam cinta terhadap Nia. Namun di balik kesenangan itu, sebuah masalah besar tengah menanti mereka….

***

“…perasaan mencintai dan dicintai itu tidak lepas dari arti cinta itu sendiri. Cinta itu perasaan yang indah. Cinta itu anugerah dari Tuhan. Tapi cinta itu nggak boleh keluar dari pribadi-Nya yang suci. Kalau penyaluran cinta itu nggak sesuai dengan hakikat kesucian itu sendiri, itu bukan cinta. Itu nafsu.”
Hlm. 148

Mozaik menjadi novel pertama dari Mba Ita Susanto yang aku baca. Langsung saja, dilihat dari segi tema, novel ini memang mengusung tema yang sangat melekat pada kehidupan sosial, terutama rumah tangga, yaitu perselingkuhan. Berdasarkan apa yang aku lihat, dan apa yang selama ini banyak terjadi di lingkunganku, perselingkuhan banyak disebabkan oleh karena sifat bawaan dari pasangan itu sendiri. Karakter mereka yang sejak awal terbentuk dalam lingkungan kurang baik, akan memengaruhi sikap dan perilaku mereka ke depannya. Salah satunya sikap mereka dalam berkehidupan rumah tangga. Suka bergonta-ganti pasangan, mencari kepuasan duniawi semata, hingga akhirnya memancing permasalahan dalam kehidupan rumah tangga mereka.

Faktor kedua adalah karena kurang adanya komunikasi yang baik antara suami istri. Seperti misal di novel Mozaik ini, faktor dasar yang membuat tokoh utamanya—Nia—melakukan perselingkuhan adalah karena kurang adanya komunikasi yang baik tadi. Nia dan David sama-sama tidak pernah berbagi tentang bagaimana perasaan mereka satu sama lain, terutama tentang sesuatu yang sangat intim, yang sudah menjadi kebutuhan mereka. Hal itulah yang kemudian membuat Nia terbuai untuk mencari laki-laki lain demi memenuhi ‘kepuasannya’.

“Jangan kamu korbankan bahtera rumah tanggamu demi hasrat dan nafsu belaka. Terlalu mahal harga yang harus kamu bayar, Nia.”
Hlm. 76

Untuk tokohnya sendiri, memang sangat membuat pembaca—termasuk aku—masuk ke dalam cerita bersama karakter mereka yang dibangun dengan sangat manusiawi. Semua tokohnya terkesan hidup dan menggerakan cerita dengan begitu baik. Terutama Nia, di satu sisi, aku jengkel dengan sikapnya yang dengan tega menduakan anak dan suaminya, namun di satu sisi, aku juga bisa memahami alasan dia kenapa sampai melakukan hal terlarang tersebut. Namun meski begitu, entah kenapa aku belum merasa ada sesuatu yang ‘wah’ yang bisa membuatku terkesan terhadap buku ini. Mungkin ini karena cara penyampaian cerita yang dilakukan penulis sangat mononton dan membuatnya terasa seperti sinetron.  

Di luar ekspektasi, buku ini cukup menguras emosi pembacanya. Terlebih saat penulis membawa kita pada adegan-adegan menyayat hati yang terjadi pada bagian menjelang ending. Di situ, nuansa cerita terasa sangat hidup sekali dan membawa suasana yang ada dalam buku tersalurkan pada benak pembaca. It was great!

Pergolakan batin dari tokoh utama juga sudah digali dengan lumayan baik. Hal inilah, yang membuatku sangat bisa memahami alasan dari apa yang telah dilakukan Nia, terlepas dari sisi negatif yang menyertainya. Untuk penyelesaian konfliknya sendiri, memang sebenarnya sudah bisa ditebak, tapi satu hal yang menarik, banyak sekali pelajaran hidup—terutama tentang kehidupan rumah tangga—yang bisa kita petik. Tentang pentingnya komunikasi, dan tentang takdirNya yang tidak bisa kita ubah. Sejauh apa pun kita melarikan diri dari takdir tersebut, kita tetap akan berdiri pada garis yang sama. Yakni, garis kehidupan yang sudah IA tentukan.

Secara keseluruhan, Mozaik ini adalah sebuah novel domestic drama yang sangat berbobot. Terutama dari segi moral value-nya. Kalian, pasangan suami istri, atau yang akan menikah, hendaklah baca ini, dan yang terpenting, jagalah komunikasi sebaik mungkin dengan pasangan kalian.

***

 “Kita memang berdosa, tapi perasaan ini terlalu indah untuk diabaikan begitu saja. Cintaku kepadamu itu seperti candu.”

Hlm. 130

2 komentar: