Judul : Girls in The Dark
Penulis : Akiyoshi Rikako
Penerjemah : Andry Setiawan
Cetakan : Kelima, 2016
Tebal : 278 hlm
Penerbit : Haru
Kategori : Novel J-Lit
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 31 – 4 |
Blurb:
Apa yang ingin
disampaikan oleh gadis itu...?
Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily.
Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu.
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi....
Kau... pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily.
Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu.
Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi....
Kau... pernah berpikir ingin membunuh seseorang?
***
“Kalau kesialan seseorang itu adalah madu yang
manis, rahasia seseorang itu adalah rempah-rempah berkualitas tinggi. Rahasia
akan menjadikan kehidupan orang yang mengetahuinya menjadi harum dan memberikan
rasa yang penuh akan cita rasa.”
Bagaimana bisa, Itsumi Shiraishi, seorang ketua
Klub Sastra, yang memiliki pesona menawan dan bahkan menjadi primadona di
sekolahnya, mati terbunuh? Entahlah, kematian Itsumi belum diketahui benar apa
sebabnya. Apakah itu pembunuhan, atau mungkin bunuh diri? Tidak ada seorang pun
yang tahu.
Namun, kelima anggota Klub Sastra yang tersisa,
menjadi salah satu pihak yang dituding dalam
kasus kematian Itsumi. Rumor itulah yang selama hampir sepekan ini menjadi
perbincangan banyak gadis di sekolah putri Santa Maria.
Maka, dalam sebuah pertemuan rutin akhir semester
yang diberi nama yami-nabe,
Sayuri—yang menggantikan Itsumi sebagai ketua Klub Sastra—menyusun sebuah
rangakaian acara yang berbeda dari
biasanya. Malam itu, selain menikmati hidangan yang telah tersaji,
setiap anggota juga akan membacakan naskah tulisan mereka masing-masing, yang berisi
tentang analisis penyebab kematian Itsumi. Tentunya, dengan sudut pandang
mereka masing-masing.
Namun sayangnya, setelah semua naskah selesai
dibacakan, kematian Itsumi belum juga ditemukan sebab pastinya. Karena,
sesungguhnya, pembunuh Itsumi adalah….
***
Manusia adalah
mahluk yang mengejar barang yang tidak bisa dia dapatkan; baik itu cinta,
kekuatan,maupun status sosial. Namun, sosok manusia yang mengejar semua itu
dengan sepenuh hati, terlihat sangat bodoh, tapi di saat bersamaan, juga
terlihat menyentuh. Kemudian kita juga mengejar pria; orang yang tulus menawan,
karena kita tahu bahwa orang seperti itu hanyalah ilusi dan tidak nyata.
Girls in The Dark menjadi buku kedua yang aku dan
Kak Nisa bahas dalam rubrik bulanan kami—BOOM (Book Anatomy). Selengkapnya
tentang BOOM bisa dibaca DI SINI. Bulan lalu, saat sudah menyelesaikan Apa Pun
Selain Hujan sebagai buku pertama dalam BOOM kami, aku dan Kak Nisa kembali
berdiskusi untuk menentukan buku apa yang akan kami baca di bulan Februari
nanti. Dan aku merekomendasikan Girls in The Dark ini. Selain karena Kak Nisa
memang belum baca bukunya, juga karena aku ingin kembali pada genre favoritku;
thriller dan misteri. So, setelah sekian lama list bacaanku dipenuhi dengan
buku-buku romance, akhirnya aku bisa kembali merasakan nuansa tegang ala novel
thriller lewat Girls in The Dark ini.
Dalam dunia perbukuan, nama Akiyoshi Rikako
mungkin sudah tak asing lagi. Penulis Jepang yang terkenal dengan novel-novel
thriller-nya yang boombastis ini berhasil mendapat banyak pembaca di Indonesia.
So, karena aku juga termasuk salah satu pecinta thriller, dan mendengar nama
Akiyoshi yang selalu dipuja-puja—oleh para penggemarnya—automatically aku langsung memutuskan untuk memasukkan buku ini ke wishlist bacaanku. Dan setelah sekian
lama, akhirnya bulan ini aku bisa membacanya. Sebuah buku yang tak kalah
fenomenal dari popularitas penulisnya sendiri.
GIRLS IN THE DARK. Mengambil ide cerita tentang
pembunuhan seorang siswi yang bernama Itsumi. Ketua Klub Sastra. Putri dari
pemilik yayasan sekolah. Dan primadona banyak orang tentunya. Dengan menggunakan bunga lily sebagai klu
utamanya, pembaca akan diajak untuk menganalisa dan mengambil setidaknya
satu-dua dugaan yang mengarahkan kita kepada siapa pembunuh yang sebenarnya. Aku
akui, cara penulis menyampaikan cerita di sini memang unik. Dengan menggunakan
sudut pandang dari ENAM TOKOH yang berbeda, iya enam, kita akan diajak untuk
mengambil kesimpulan dari cara pikir mereka masing-masing. Satu bab, berisi
satu naskah penuh yang ditulis oleh setiap tokoh—seperti yang sudah kubilang
tadi, isi naskah tersebut yaitu tentang analisa siapa pembunuh Itsumi. Tapi
sebelum itu, aku akan bercerita dulu tentang apa yang membuatku kurang nyaman
selama membaca buku ini.
Pertama, aku bukan tipe pembaca yang bisa
langsung hapal dengan nama banyak tokoh. Apalagi tokoh orang Jepang yang
namanya cenderung susah untuk diingat. Di buku ini, semua tokoh menggunakan
nama lengkap. Seperti Itsumi Shiraisi, Koga Sonoko, Kominami Akane, dan
lain-lain. Yang membuatku susah menghapal setiap tokohnya, adalah karena
penyebutan nama mereka yang kerap kali berubah-ubah. Seperti misal, Kominami
Akane. Pada satu halaman, ia dipanggil Kominami, dan di halaman lain, ia
dipanggil Akane. So, karena aku bukan tipe pembaca yang mudah mengingat nama
tokoh begitu saja, jadi aku sering buka halaman Daftar Isi, yang mana di sana
terdapat nama-nama lengkap para tokoh.
Kedua, penceritaan lewat keenam sudut pandang
yang berbeda, memang membuat alur ceritanya terkesan lambat sekali. Apalagi,
cerita seakan berputar-putar tanpa kita tahu cerita tersebut akan dibawa ke arah
mana. Kemudian, cara ini pun, meski unik, juga membuatku kurang bisa merasakan
nuansa tegang dalam ceritanya. Setiap naskah isinya memang panjang, dan fasenya
hampir sama—diawali dengan cerita perkenalan antara si tokoh dengan Itsumi,
lalu kemudian berteman, dan akhirnya merujuk pada peristiwa pembunuhan. Dan
kesimpulan akhir dari setiap naskah mereka pun selalu sama, membingungkan. Celah
untuk mengetahui siapa pembunuh aslinya seakan tertutup rapat karena
naskah-naskah ini sangat mempermainkan kita. Jadi, sudut pandang yang berbeda
dari keenam siswi ini, kurang bisa membuatku merasakan nuansa ketegangannya.
Tapi meski begitu, aku tidak sedikit pun kehilangan rasa penasaranku terhadap
akhir cerita ini. Dan, rasa penasaran yang teramat besar itulah yang pada
akhirnya menggiringku pada akhir ceritanya.
Setelah membaca buku ini, aku rasa titel sebagai
‘pecinta novel thriller’ tidaklah pantas disematkan lagi padaku. Karena apa? Karena
memang, aku kurang pintar dalam menemukan ending cerita yang ‘sebenarnya’.
Menjelang ending, memang ada sebuah twist yang mengejutkan. Dan kupikir, cerita
akan berhenti di situ saja sampai ending-nya. Tapi, siapa sangka akan ada twist
lagi setelah itu? Dan kalian tahu apa hebatnya? Aku tidak sedikit pun menyadari
tentang adanya twist tersebut. Lalu, saat menutup buku ini, aku merasa sesuatu
yang aneh, apakah benar ending-nya hanya sebatas itu? Dan ternyata… TARAAAAAA!!!
Aku mengumpat saat itu juga, dan aku marah-marah pada diriku sendiri saat
mengetahui ending yang sebenarnya. Dan
oh ya, aku juga ingin berterima kasih kepada kak Putri yang sudah membantuku
untuk menemukan ending ‘tersembunyi’ cerita ini. Hwow, Akiyoshi Rikako memang
seorang penipu ulung!
Kesimpulan akhir, dua ratus lima puluh halaman
awal buku ini—yang membuatku hampir bosan tadi—berhasil termaafkan lewat bab
terakhirnya. Sungguh tidak menyangka sekali kalau Girls in The Dark menyimpan
BOOM yang sangat mematikan ini pada bagian akhirnya. Dan aku sangat salut
kepada penerjemah yang juga berhasil menyampaikan cerita ini dengan sangat
baik, meski ada satu-dua kalimat yang kurang bisa aku pahami. Tapi balik lagi,
itu semua termaafkan oleh ending-nya yang bener-bener…. BOOM!
Oh ya, aku penasaran juga nih sama review dari
Kak Nisa—partner BOOM aku—untuk novel ini. Kira-kira, dia suka sama sepertiku
nggak ya? Yuk kita lihat review dari Kak Nisa DI SINI.
Terima kasih!
***
REVIEW
#2 Dalam Rangkaian Project BOOM [Book
Anatomy] oleh Bintang @ Ach’s Book Forum dan Nisa @ Resensi Buku Nisa
Kalian juga ikutan BOOM bulan ini dan sudah baca
buku yang kita tentukan? Kalau sudah, ayo bikin review-nya dan silakan setor
link review kamu di blog kak Nisa Rahmah DI SINI
Ketentuannya bisa kalian lihat DI SINI
***
SUDAH SIAP UNTUK #BOOM BULAN DEPAN?
Dan ini dia buku yang akan kita bahas di BOOM bulan
Maret nanti. Yey! Ayo ikutan ya! Kita kupas ‘Me Before You – Jojo Moyes’
bersama-sama! See u!
Hahaha harus disebut dong, berjasa banget soalnya hahaha.
BalasHapusOh iyakah? Dewasa? Haha gapapalah, saya jalan 19 kok, hehe
Saya sudah baca yang Holy Mother.. dan saya merasa misterrinya belum segarang penulis luar negeri (bule). Jadi belum memprioritaskan baca dulu.. hehe. Wah, bukunya belum punya yang Jojo Moyes. Belum bisa ikutan lagi hehe
BalasHapusTapi sejauh ini, buku dari Akiyoshi ini termasuk salah satu buku thriller terbagus yang saya baca sih Mas, hehe.
HapusWah semoga next bisa ikutan ya :D
Wahh aku baru tau tentang BOOM ini, seru ya :) Dan jadi penasaran sama girls in the dark ini... sering baca reviewnya tapi belum kesampaian baca bukunya :) I love crazy twist!!
BalasHapusTerima kasih Kak Astrid sudah mampir ke sini, senang sekali. Ayo kak baca, ini buku bagus banget. Recommended for everyone who love crazy twist, like us!
Hapus