Minggu, 30 April 2017

[Book Anatomy] #3: Me Before You - Jojo Moyes: Hidup Enggan, Mati Pilihan




Judul : Me Before You
Penulis : Jojo Moyes
Penerjemah : Tanti Lesmana
Cetakan : Kedua, 2016
Tebal : 655 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel
Format : Paperback
ISBN : 978 – 602 – 03 – 3246 – 8 

Blurb:

Lou Clark tahu banyak hal. Dia tahu berapa langkah jarak antara halte bus dan rumahnya. Dia tahu dia suka sekali bekerja di kedai kopi The Buttered Bun, dan dia tahu mungkin dia tidak begitu mencintai pacarnya, Patrick.

Tetapi Lou tidak tahu bahwa dia akan kehilangan pekerjaannya, dan peristiwa apa saja yang akan menyusul kemudian.
Setelah mengalami kecelakaan, Will Traynor tahu dia sudah tidak berminat lagi untuk melanjutkan hidupnya. Dunianya kini menyusut dan tak ada lagi suka cita. Dan dia tahu betul,bagaimana mesti menghentikannya. 

Namun Will tidak tahu bahwa sebentar lagi Lou akan masuk ke dunianya dengan membawa warna-warni ceria. Mereka berdua sama-sama tidak menyadari, betapa mereka akan membawa perubahan besar ke dalam kehidupan satu sama lain.

***



-       SINOPSIS:

Louisa Clark baru saja berhenti dari pekerjaannya di The Buttered Bund—sebuah kafe milik sahabatnya, Frank. Keadaan yang sangat mendesak saat itu, membuat Frank harus bertolak ke negara asalnya dan menutup kafenya tersebut. Hidup Lou menjadi tidak terurus seteah itu, terutama dari segi finansial. Namun, karena ia adalah satu-satunya orang di keluarganya yang harus bekerja dan menjamin kondisi keuangan—Ayah Lou baru saja diberhentikan dari pekerjaannya, dan Ibu Lou hanya sebagai Ibu Rumah Tangga—maka Lou harus memutar otak untuk mendapat pekerjaan baru. Terlebih saat adiknya, Treena, mengalami insiden hamil di luar nikah dan harus mengurus seorang anak.

Lewat Syed, Lou meminta untuk dicarikan pekerjaan baru. Tidak menunggu waktu lama bagi Lou untuk mendapat tawaran. Ia akan dipekerjakan sebagai seorang perawat untuk seseorang yang sedang menderita quadriplegia. Awalnya Lou tidak cukup yakin untuk mengambil tawaran ini, karena yang terlintas di pikirannya adalah saat ia membersihkan bokong si pasien dan mengurus segala keperluan yang jauh dari kepiawaiannya.

Namun Mrs Traynor—orang yang menawari Lou, sekaligus Ibu dari pemuda penderita quadriplegia—memastikan jika itu semua tidak akan terjadi, karena dia akan ditemani oleh seorang perawat pribadi harian yang sudah lama bekerja di sana. Pertemuan Lou dengan William Traynor tidak cukup baik. Kalau saja Lou tahu jika calon pasien yang bakal diurusnya akan semenyebalkan ini, tentu dia akan menolak mentah tawaran itu. Namun, apa yang bisa diperbuatnya? Dia dan keluarganya sedang dalam kondisi finansial yang buruk.

Enam bulan kontrak yang ditawarkan Mrs Traynor untuk Lou. Dalam jangka waktu tersebut, Lou tidak yakin ia bisa merawat Will dengan tanpa perasaan kesal. Laki-laki itu, meski hanya bisa duduk di kursi roda dan berbaring di kasur, rupanya sangat menyebalkan setiap saat. Terlebih saat kondisi tubuhnya sangat tidak bisa diprediksikan, kadang membaik, bahkan memburuk. Dan dalam jangka waktu enam bulan tersebut, ada satu hal yang Lou sesali. Adalah saat ia menguping pembicaraan antara Mrs Traynor dan Georgina—adik Will. Tidak butuh waktu lama bagi Lou untuk mencerna setiap perkataan mereka. Dan setelahnya, Lou benar-benar merasa marah sekaligus menyesal kenapa ia bisa terlibat dengan semua itu.

Sebenarnya, rencana besar apa yang tengah dipersiapkan oleh keluarga Traynor? Apakah ini menyangkut kelangsungan hidup Will? Dan kenapa, Louisa Clark menyebut dirinya terlibat dengan semua itu?



  • REVIEW:
ME BEFORE YOU menjadi buku ketiga yang saya dan Kak Nisa Rahmah baca sekaligus review dalam rubrik bulanan kami, Book Anatomy (BOOM) *selengkapnya tentang BOOM bisa dibaca DI SINI*. Sebenarnya buku ini sudah kami jadwalkan untuk dibaca dan di-review bulan lalu, namun karena kesibukan kami, jadi kami terpaksa untuk memundurkan jadwalnya di bulan keempat ini. ME BEFORE YOU, bercerita tentang seorang pemuda yang harus menjalani hidupnya di atas kursi roda karena kecelakaan, novel karangan Jojo Moyes ini banyak mengajarkan nilai kehidupan yang sangat berarti.

Pada bab-bab awal, cerita disuguhkan dengan cara yang mengasyikkan. Diawali oleh sebuah prolog yang menyajikan peristiwa saat Will Traynor mengalami kecelakaan hingga akhirnya harus menderita penyakit yang disebut quadriplegia. Kemudian, masuk pada bab 1, pembaca akan dibawa menyelami kehidupan tokoh utamanya—Louisa Clark—yang sedang dalam masa-masa sulit. Namun uniknya, saya merasa bahwa penulis di sini lebih senang untuk bermain asyik dalam menceritakannya. Seperti misal, lewat dialog antar tokoh, pembaca dikenalkan dengan Lou tentang karakternya yang cuek, rada ngawur, dan mungkin juga terlalu asal bicara. Sehingga tak segan-segannya ia bertanya apakah dirinya akan dipekerjakan untuk mengelap bokong orang.

*Baca juga BOOM: ‘Me Before You’ di blog Nisa Rahmah*

Selain itu, ada pula beberapa adegan yang melibatkan Lou, yang dikemas secara humor. Seperti saat Lou sedang melakukan interview kerja, tapi harus menanggung malu karena tiba-tiba rok yang dipakainya sobek sampai ke paha. Kesan yang saya dapatkan memang cukup seru. Langkah ini sangat tepat sekali apabila penulis ingin tetap membuat pembacanya nyaman dan terus membaca halaman demi halaman, tanpa merasakan kebosanan. Terlebih novel ini sangat tebal. Jadi, yang namanya bosan memang sangat rentan sekali terjadi.

Dari segi terjemahan bahasa, novel ini dikemas dengan sangat baik. Bahasa yang dipakai tidak membingungkan dan sangat mudah dicerna. Saya yang pada dasarnya selalu was-was dalam membaca karya terjemahan, namun di Me Before You ini saya justru merasakan hal yang sebaliknya. Bukan tipe bacaan yang berat dari segi konten, tapi secara fisik, buku ini berat. Benar, kan? Enam ratus halaman loh! Selain itu, saya ingin memberi saran untuk penggunaan kata sapaan seperti ‘kau, kamu’ yang ada di novel ini. Memang rasanya wajar, namun saya merasa aneh saja saat kata-kata seperti ‘kau, kamu’ ini digunakan untuk berbicara dengan orang tua/orang yang lebih dewasa. Mungkin setidaknya bisa diperhalus lagi, seperti misal menyebut nama atau memanggil dengan sebutan yang pantas. Bagi kita orang Timur, kata seperti itu cenderung kurang sopan, apabila digunakan kepada orang yang berusia jauh di atas kita. Dalam novel ini sendiri, yang mewakili adegan tersebut adalah ketika Georgina—adik Will—berbicara kepada Ibunya, Camilla Traynor.

Seperti yang sudah saya bilang di atas, novel ini banyak mengajarkan tentang nilai kehidupan. Seketika saya menyimpulkan bahwa, 600 halaman novel ini, meski pada pertengahan sempat membuat saya bosan karena tidak cepat selesai—mungkin ini disebabkan karena kecepatan membaca saya akhir-akhir ini cukup lambat—namun secara keseluruhan isi novel ini sungguh tidak sia-sia. Dalam arti, porsi ceritanya tidak terkesan dilebih-lebihkan atau ditambah-tambahi. Justru saya merasa bahwa ini pas. Dari kisah hidup Lou, kita bisa belajar banyak hal, seperti sikap ambisiusnya yang tinggi, sikap tabah, tulus dan rela menolong, serta banyaknya pengorbanan yang ia lakukan terhadap keluarganya, dan Will. Dalam realita, saya jarang menjumpai perempuan seperti Lou. Namun saya yakin, perempuan seperti Lou bukanlah fiktif. Banyak sekali Lou Lou lain di luar sana, percayalah.

Dari kehidupan Will sendiri, saya pribadi turut belajar banyak hal. Saat kehidupan kita sudah tak berarti, dan Semesta tidak memungkinan kita untuk melakukan banyak hal yang kita sukai, janganlah secara cepat putus asa. Karena, jauh dari kehidupan indah kita yang terbuang, masih banya sekali orang-orang tersayang yang setia menemani kita. Namun dalam hidup Will, meski hal-hal seperti tadi tak bisa sedikit pun memotivasinya agar tetap hidup, tapi kisah di balik itulah yang menjadi pelajaran penting. Tentang orang –orang yang selalu ada bersamanya. Tentang perjuangan hidupnya yang tidak mudah. Dan, tentang sikap mengahargai keputusan yang terkadang harus mengorbankan perasaan. Novel ini memang menorehkan kisah yang sangat mendalam bagi saya. Saya salut dengan Lou karena perjuangan yang ia lakukan terhadap Will terasa begitu tulus, meski pertemuan mereka bukanlah pertemuan yang berlangsung dalam waktu lama.


Louisa Clark dan Willian Traynor dalam film 'Me Before You' 

Chemistry yang terjalin antara Will dan Lou pun terasa sangat mengalir, tanpa disadari, dan berjalan dengan sangat manis. Keduanya sama-sama memiliki motivasi untuk saling mengubah diri satu sama lain, hingga pada akhirnya kebersamaan mereka membuatnya terjerat dalam ikatan yang lebih erat. Akhir cerita ini memang tidak seperti yang saya harapkan, namun saya cukup lega karena sepanjang 600 halaman novel ini, sikap penerimaan dan perubahan itu benar-benar terjadi dengan cara yang sangat indah—dan mungkin juga membuat kita terpaksa menitikkan air mata. Entah itu air mata kebahagiaan, atau mungkin juga air mata kesedihan.

***

REVIEW #3 Dalam Rangkaian Project BOOM [Book Anatomy] oleh Bintang @ Ach’s Book Forum dan Nisa @ Resensi Buku Nisa


Kalian juga ikutan BOOM bulan ini dan sudah baca buku yang kita tentukan? Kalau sudah, ayo bikin review-nya dan silakan setor link review kamu di blog kak Nisa Rahmah DI SINI

Ketentuannya bisa kalian lihat DI SINI

***

SUDAH SIAP UNTUK #BOOM BULAN DEPAN?


Dan ini dia buku yang akan kita bahas di BOOM bulan Mei nanti. Pasti kalian bertanya-tanya, kenapa sih kita sengaja pilih 3 buku untuk bulan ini? Ya, pertama, karena memang buku ini berupa seri, jadi kalau dibaca dalam waktu yang berdekatan pasti  ceritanya akan lebih nyambung. Kedua, sebagai ganti kita bulan Maret lalu, yang sengaja absen BOOM, jadi kita langsung pilih 3 buku yang berupa seri untuk bulan ini.


Nah, kalau kalian punya dan sedang ingin membaca Seri Bumi sama seperti kami, yuk siapin bukunya. Kita baca mulai sekarang, dan kami tunggu review-nya sampai akhir bulan nanti! Kita kupas ‘Bumi, Bulan, dan Matahari’ bersama-sama! See u!

3 komentar:

  1. Wah kebetulan banget nih aku lagi baca seri ini, jadi bisa ikutan BOOM bulan Mei... Lancar terus buat BOOM nya yaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Senangnya bisa ikut bareng kita hehe, semangat juga kk Put!

      Hapus
  2. Buku ini cukup membekas untukku. Penasaran Bintang nangis bombay nggak ya saat baca buku ini? hehehe. Say yes untuk buku-buku tebal >500 hlm :D

    BalasHapus