Rabu, 30 Desember 2015

Kriiing Kriiing Penulis: Nia Sutardi


Halooo teman pembaca semua!

Kemarin, Alhamdulillah aku berkesempatan untuk melakukan interview by email dengan salah satu penulis lokal. Beliau adalah penulis novel ‘Engkau Cahaya Hatiku’, terbitan Media Pressindo. Siapa lagi kalau bukan Mbak Nia Sutardi.

Mbak Nia Sutardi. Hehe, posenya lucu ya.. :D

Ada banyak sekali pelajaran yang bisa aku ketahui, mulai dari proses pembuatan buku ECH dan info lain tentang dunia menulis. Ok, Langsung saja ya, ini adalah bincang-bincang singkat kami berdua:



Assalamu'alaikum Mbak Nia, apa kabarnya?

“Waalaikumsalam Bintang.. Alhamdulillah baik :). Kamu sendiri apakabar?” 

Alhamdulillah baik dan sehat Mbak. Wah senang sekali bisa melakukan interview ini, hehe. Bagaimana kalau kita langsung saja Mbak?

“Alhamdulillah yaa... Iya silakann Bintang “

Ok, Langsung saja ya Mbak. Seperti apa nih perasaannya setelah tahu bahwa buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’ sudah terbit dan mulai terdistribusikan ke seluruh Indonesia?

“Alhamdulillah.. Perasaan waktu itu sih seneng, spechless, ga menyangka juga. Apa yaa.. Seperti sedang bermimpi aja tiba2 ada nama saya di sebuah buku, di mana buku itu hasil karya sendiri dan tersebar di toko buku seluruh indonesia, hehee :). Apa yang pernah saya cita-citakan yaitu sebagai penulis, yang awalnya saya berpikir sepertinya nggak mungkin, tapi ternyata bisa mungkin berkat kerja keras dan selalu usaha. Hehee..

Bisa Mbak Nia jelaskan tidak buku ini menceritakan tentang apa, sedikit saja. Barangkali ada beberapa pembaca yang belum tahu :D

“Sebelum saya cerita sedikit, ini novel teenlit islami ya.. Saat itu editorku sedang mencari sebuah naskah islami namun bercerita tentang kehidupan remaja. Tanpa ambil pusing dan bergerak cepat, saya bisa tentukan tema dan isinya.
Simpelnya.. Ini bercerita tentang kehidupan seorang remaja yang kurang perhatian dan kasih sayang dri keluarga terdekatnya, yaitu kakaknya. Karena notabene nya, remaja tersebut hanya tinggal bersama kakaknya dan kedua orangtuanya sudah lama meninggal. Sampai akhirnya dia melakukan kesalahan fatal dan berujung diberikan hukuman. :D”

Kalau boleh tahu, pengerjaan buku ini terjadi dalam kurun waktu berapa lama? Dan, apa saja kendalanya?

“Totally saya nulis buku ini selama satu bulan berikut self edit yang saya kerjakan. Karena memang saat itu editor saya minta naskah ini selesai dalam satu bulan. Kalau soal kendala, alhamdulillahnya sih saat itu ga ada kendala, hehee..  Semangat menulis juga masih semangat '45, hehe.. Ehm, kendala kecil paling soal setting lokasi. Karena settingnya di pesantren, jadi saya harus tau betul bagaimana keadaan dan lingkungan pesantren itu sendiri. Caranya saya banyak baca, cari tau via google, dan youtube kehidupan pesantren itu gimana, lalu bertanya sama teman yang kebetulan pernah menjalani pesantren. Alhamdulillah semua terbantu, dan saya bisa lancar menuliskan soal setting di pesantren. Hehe... :)”

Di buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’, awalnya aku sangat menyukai tokoh Fatimah yang lemah lembut dan santun, tapi kenapa pada menjelang akhir tiba-tiba karakternya berubah drastis? Apa Mbak Nia tidak takut apabila ini disebut sebagai ketidak konsistenan karakter suatu tokoh?

“Yap.. Tokoh Fatimah ini memang saya ciptakan dengan karakter super baik, santun, ramah dll. Hanya saja, tokoh Fatimah tidak banyak part yang saya ceritakan kalau dalam kebaikannya, dia sering kali iri hati dan mudah dendam. Mungkin terlihatnya tidak konsisten, tapi buat saya tidak masalah. Selama para pembaca masih menikmati alurnya, saya ikut senang ^_^. Namun jika tidak, saya menerima segala kritik dan saran. Selama itu mendukung untuk tulisan saya yang lain, hehe ;)”

Jika berkesempatan untuk menulis buku selanjutnya, apakah Mbak Nia masih ingin bermain di genre yang sama atau mencoba sesuatu yang baru?

“Ehm.. Karena saya suka banyak belajar, penginnya sih nulis di genre apa saja yaa.. Hehe. Tapi ga masalah kalau nanti ada kesempatan nulis genre teenlit islami lagi. Tapi.. Yang paling saya inginkan sih untuk selanjutnya, nulis di genre komedi romantis. Hehe... I hope so, semoga next tercapai, amin”

Pesan apa yang ingin Mbak Nia sampaikan di buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’ ini?

“Pesan yang ingin aku sampaikan sih simpel aja. Dunia remaja itu memang dunianya waktu bermain, mengenal banyak orang, membuat kesalahan dan mengenal lawan jenis. Saya menarik kesimpulan di ECH adalah ikhlas. Ya, apapun itu bentuknya, permasalahan apapun yang kita hadapi, baik mendapat hukuman, difitnah, dibohongi teman dll, kunci utamanya adalah ikhlas. Lewat tokoh Ara, saya ingin menyampaikan pesan ikhlas. Karena ga semua remaja bisa ikhlas menerima hukuman atau difitnah sekalipun. Tapi kalau kita ikhlas, menurut saya semua tidak akan jadi beban”
“Oya ikhlas di sini juga bukan berarti kita tidak membela diri. Jika memang masih di jalur yang benar, silakan diperjuangkan kebenaran itu, seperti Ara yang hampir hopless karena ga ada yang percaya soal dirinya yang hanya difitnah”

Dalam membaca buku, terkadang banyak orang yang mendapat kesan dari ending/akhir ceritanya. Lantas, ending cerita yang berkesan menurut Mbak Nia itu seperti apa?

“Ending yang berkesan itu, yang tidak menggantung. Jika memang tokohnya ingin diberikan sad ending, berikan, namun jika ingin diberikan happy ending, silakan diberi happy ending. Karena jika ending menggantung, ga semua pembaca suka menebak apalagi menerka2 ending itu sendiri. Dan berujung bikin penasaran, dan tentunya komen pembaca yang kecewa akan berkata, "yah, udah nih gini aja?". Menurut aku sih seperti itu. Hehee...”

Ada tidak penulis atau sastrawan lokal yang menjadi inspiriasi Mbak Nia selama ini dalam menulis? Dan, apa yang Mbak Nia suka dari beliau?

“Saya suka Aan Mansyur. Tulisan beliau khusunya puisi bagus dan indah. Saya bahkan bermimpi untuk membuat buku yang isinya puisi semua, sama seperti beliau. Lalu saya suka Dewi Lestari, ah kalau yang ini beliau ga diragukan lagi soal tulisan. Semua yang Dewi Lestari tulis, saya suka. Selalu banyak makna dan filosofi ditiap tulisan Dee. Belum lagi karya2 Dee yang selalu di filmkan. Soo, aku berharap karyaku bisa seperti mereka. Amin”

Pertanyaan yang terpenting, meninggalkan keseluruhan isi buku, aku ingin bertanya. Di Indonesia, mungkin minat baca banyak orang terutama remaja masih kurang. Lantas, bagaimana cara meningkatkan minat baca tersebut?


 Soal minat baca... Kalau saya yang sebagai penulis atau mungkin penulis lain, berusaha untuk berinovasi dalam cerita, agar cerita yang kita sajikan tidak monoton untuk dibaca. Lalu rendahnya minat juga biasanya karena harga2 buku yang tidak terjangkau untuk sekelas pelajar atau mahasiswa. Mungkin kalau buku2 nya bisa sedikit lebih murah, minat pembaca juga akan bertambah. Lalu biasanya lagi, karena kurangnya ketertarikan pada buku, juga bisa jd pemicu minat baca menurut. Ada baiknya, kalau saya sih penginnya selalu ada promo buku murah. Jd biar minat baca menaik lagi. Hehe”     

Dan, yang terakhir.  Sebelum menulis buku ECH kan Mbak Nia juga sudah pernah menulis buku. Boleh dong diperkenalkan kepada kita semua. Lumayan jadi ajang promosi juga, hihihi..

“Hahaa... Bisa sajaa...
Buku pertama saya itu sih masuknya buku kompilasi ya. Waktu itu salah satu penerbit mengadakan lomba nulis tentang kisah jomblo, salah satunya ada naskah saya dan alhamdulillah naskah saya terpilih. Judul bukunya Curhat Jomblo Minta Jodoh, terbitan PING (Diva Press thn 2014). Di sana ada sekitar 80 kisah para jomblo yang curhat. Entah beneran jomblo atau mengaku jomblo. Hahaa... *ups ^_^ “

Terima kasih ya Mbak Nia atas bincang-bincangnya hari ini, semoga bisa bermanfaat untuk kita semua.

Terima kasih atas waktunya Mbak, selamat berlibur, hehe

 

“Iyaa.. Sama sama ya Bintang sdh berkenan ngobrol sama aku, berasa penulis tenar aja. Hehehee Amin. Okee selamat berlibur juga..”
Wassalam
Nia Sutardi

***

Nahh, gimana gaes?
Seru, dan banyak info yang bisa didapat kan? Heheh. Semoga interview di atas bisa menjadi manfaat untuk kita semua.

Oh ya, buat kalian yang penasaran dengan buku ‘Engkau Cahaya Hatiku’ karangan Nia Sutardi di atas, bisa baca dulu review-nya dengan klik LINK INI

Untuk Mbak Nia Sutardi, terima kasih atas waktunya, dan ditunggu buku berikutnya.

Terima kasih!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar