Judul : Kabut di Bulan Madu
Penulis : Zainul DK
Cetakan : Pertama
Tahun terbit : 2016
Tebal : ix + 249 hlm
Penerbit : Ellunar Publisher
Kategori : Novel Thriller
ISBN : 978 – 602 – 0805 – 73 – 3 |
Blurb:
Tersangka kasus penembakan di sebuah kafe yang
menewaskan seorang preman adalah Roby. Ia melakukan penembakan itu karena tak
terima kekasihnya, Linda, diganggu. Ia pun berhasil ditangkap oleh Inspektur
Ariel untuk menjalani hukuman penjara. Tidak sanggup melihat sang kekasih
bersedih mengetahui dirinya dijebloskan ke penjara, Roby menyuruh Linda untuk
berlibur menaiki kapal pesiar mewah.
Di sisi lain, ada pasangan yang baru menikah hendak berbulan madu : seorang penyiar berita bahasa Jepang, Helena Lizzana, dan pria keturunan Jepang-Timur Tengah, Ihdina Shirota. Mereka berencana menikmati momen indah itu dengan naik kapal pesiar.
Pasangan muda tersebut berada dalam satu kapal pesiar yang sama dengan Linda. Tak disangka terjadi musibah : kapal pesiar itu menabrak karang dan karam. Dari hasil evakuasi, dinyatakan bahwa hanya ada satu korban jiwa meninggal, yaitu LINDA!
Memperoleh berita nahas ini, Roby tentu saja tidak terima. Menurutnya, ada keanehan yang menyebabkan kekasihnya saja yang menjadi korban. Ia percaya seseorang sengaja membunuh Linda. Ia pun menyusun rencana untuk kabur dari penjara, dan mencari tahu siapa pembunuh sang kekasih. Inspektur Ariel mesti mati-matian mencegahnya!
Di sisi lain, ada pasangan yang baru menikah hendak berbulan madu : seorang penyiar berita bahasa Jepang, Helena Lizzana, dan pria keturunan Jepang-Timur Tengah, Ihdina Shirota. Mereka berencana menikmati momen indah itu dengan naik kapal pesiar.
Pasangan muda tersebut berada dalam satu kapal pesiar yang sama dengan Linda. Tak disangka terjadi musibah : kapal pesiar itu menabrak karang dan karam. Dari hasil evakuasi, dinyatakan bahwa hanya ada satu korban jiwa meninggal, yaitu LINDA!
Memperoleh berita nahas ini, Roby tentu saja tidak terima. Menurutnya, ada keanehan yang menyebabkan kekasihnya saja yang menjadi korban. Ia percaya seseorang sengaja membunuh Linda. Ia pun menyusun rencana untuk kabur dari penjara, dan mencari tahu siapa pembunuh sang kekasih. Inspektur Ariel mesti mati-matian mencegahnya!
***
Setelah
ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penembakan yang menewaskan seorang
preman di Kafe Exposes, Roby kini harus rela untuk menanti masa hukumannya.
Penembakan itu ia lakukan bukan karena tanpa alasan. Melainkan dikarenakan
salah seorang preman yang telah lama menjadi bulan-bulanan warga secara sengaja
menggoda Linda, kekasih Roby. Melihat hal demikian, Roby tentu tidak tinggal
diam. Emosinya memuncak dan akal sehatnya lumpuh seketika. Maka di malam
itulah, satu peluru dari senapan Roby berhasil menewaskan preman tersebut, dan
berhasil pula menjebloskannya ke dalam penjara. Tidak ingin melihat Linda sedih
atas hukuman yang menimpa Roby, laki-laki itu menyuruh kekasihnya untuk
berlibur dengan menggunakan kapal pesiar.
Di
satu sisi, sepasang kekasih juga tengah merencanakan bulan madu mereka. Helena
Lizana—seorang news anchor Jeya
TV—dan Ihdina Shirota. Sama seperti Linda, mereka juga berniat untuk berbulan madu
dengan menaiki kapal pesiar. Maka di hari itulah, kapal pesiar yang mereka
naiki telah berlayar. Baik Helena maupun Ihdina tidak mengenal Linda, begitu
pun sebaliknya. Namun semua keadaan berubah ketika kapal pesiar itu mengalami
kecelakaan dan secara paksa menjatuhkan beberapa penumpangnya ke tengah laut. Dari
beberapa penumpang yang tercebur dan mencoba untuk menyelamatkan diri di laut,
terlihat dua sosok perempuan yang juga tengah bersusah payah untuk menyelamatkan
diri. Satunya memakai jaket pelampung—Helena, dan satunya lagi tidak—Linda.
Meski sebelumnya mereka tidak saling mengenal, namun musibah itu secara
langsung mempertemukan keduanya. Namun bukan pertemuan yang manis. Karena esok
harinya dikabarkan bahwa dari semua penumpang yang ada, hanya satu yang tewas.
Yaitu, Linda—kekasih Roby. Satu-satunya penumpang yang tidak memakai jaket
pelampung.
Mendengar
hal tersebut, emosi Roby langsung tak keruan. Sedih, marah, kesal, menyesal,
semua bercampur aduk jadi satu. Menurutnya, kematian Linda terbilang sangat
tidak wajar. Karena selain hanya dia yang tidak selamat, juga ditemukan sebuah
kalung berinisial H di lengan kekasihnya itu. Misterius. Kalung siapakah itu,
apakah pembunuh Linda adalah seseorang yang berinisial H?
Di
satu sisi, Helena Lizana merasa bersyukur karena ia bisa selamat. Namun di sisi
lain, ia juga merasa dihantui perasaan bersalah yang besar. Tewasnya Linda,
satu-satunya penumpang yang tidak memakai jaket pelampung, membuat dirinya
was-was akan kemungkinan buruk yang bisa saja terjadi. Pertanyaannya, mengapa
Helena bisa merasa bersalah dan khawatir sedemikian rupa? Apa pula hubungan
antara dirinya dengan kematian Linda?
Meski
Helena berusaha sekuat mungkin untuk menutupi semuanya, namun beda halnya
dengan Roby. Kematian nahas yang menimpa kekasihnya lagi-lagi menumpulkan akal
sehatnya. Ia telah menyusun strategi untuk kabur dari penjara dan balas dendam
terhadap kematian Linda. Roby berjanji, ia akan mengungkap semuanya dan
menemukan si pembunuh itu.
***
“Luka
di badan seiring waktu dapat sembuh, tapi luka di hati oleh perkataan kasar,
hanya waktu dan kerelaan yang kuasa menghapusnya.”
Hlm. 200
Kabut
di Bulan Madu adalah sebuah novel debut dari penulis. Mengusung thriller
sebagai genre utama ceritanya, aku sangat mengapresiasi karena penulis berani
mengambil jalan yang berbeda. Di tengah menjamurnya novel-novel romance dan
percintaan, Zainul DK rupanya tidak ikut terpengaruh di dalamnya. Karena
terbukti ia berani menerbitkan buku pertamanya yang tak lain adalah sebuah
cerita thriller. Namun meski begitu, tidak berarti bahwa di novel ini tidak ada
unsur romance-nya. Tetap ada, hanya saja kita berbicara tentang genre utama
ceritanya, yang mana adalah thriller. Sebuah genre yang sudah lama tidak aku
baca. Dan tentunya yang sangat aku sukai.
Ok,
kita masuk untuk pembahasan buku ini. Dimulai dari kekurangan atau
kelemahannya. Secara keseluruhan, memang banyak sekali kekurangan yang aku
temukan. Pertama, kita bicara tentang sepasang suami istri yang baru saja
berbulan madu, yakni Helena dan Ihdina. Menurutku, chemistry antar keduanya kurang, terlalu dipaksakan, dan lebay. Ya,
cara Ihdina mengungkapkan cintanya dengan menggunakan bait-bait puisi itu membuatku
geli. Sosok Ihdina di sini bagiku tidak begitu realistis. Dan cara Idhina
menyebut Helena, begitu pula sebaliknya, bisa dibilang agak lebay: my concertina, belahan hatiku, pangeran
hatiku. Eeerr, nggak habis pikir saja sih. But
it’s okelah, mungkin ini karena mereka baru aja nikah. Belum ngerasain
pahit manisnya kehidupan rumah tangga.
Kedua,
aku sebenarnya penasaran dengan Iptu Ariel. Dia sebenarnya orang mana sih?
Ngomongnya pakai ‘you’ segala. Mana
nggak konsisten lagi. Di salah satu bagian buku, ia menyebutkan bahwa kata ‘you’ ia gunakan untuk berbicara dengan
para bajingan, tapi di beberapa tempat, saat Iptu Ariel bicara dengan orang
lain—sesama aparat—pun, ia juga banyak menggunakan kata ‘you’. Ketiga, aku agak risih dengan adanya kalimat berhuruf kapital
yang berlebihan. Ok, mungkin ini dilakukan penulis untuk mempertegas, atau
menguatkan kesan dari kalimat tersebut. Seperti ungkapan marah, kesal, atau
sesuatu yang mengejutkan. Tapi semakin ke belakang, aku rasa kok makin banyak
ya? Sebenarnya pun, tidak perlu banyak huruf kapital gitu, karena dengan
menggunakan tanda seru (!) saja sebenarnya sudah cukup. Bahkan ada beberapa
kalimat yang sebenarnya diucapkan dalam intonasi datar (bukan untuk ungkapan
marah, kekesalahan, dsb) tapi menggunakan huruf kapital.
Keempat,
ada beberapa bagian cerita yang menurutku tidak penting, dan lebih baik dibuang
saja. Seperti saat Iptu Ariel bertemu ibu-ibu di rumah sakit, dan tiba-tiba ibu
itu minta usulan nama untuk bayinya dari Iptu Ariel, juga tentang adegan di gym
yang membahas soal otot. Maksudku, ini tidak berpengaruh sedikit pun dengan
jalan cerita. Dari pada membuat ribet, lebih baik dihapus saja. Toh cerita
tetap berjalan dengan baik tanpa adanya adegan-adegan itu. Kelima, kesalahan
penempatan jokes, dan jokes yang garing. Kesalahan penempatan
jokes ada pada saat Iptu Ariel menginterogasi Linda. Padahal saya sudah
membangun suasana setegang mungkin, eh tiba-tiba kacau gara-gara ada selipan
jokes ‘Jangan Ada Dusta di Antara Kita’
yang anehnya terlontar dari mulut Iptu Ariel. Hal tersebut seketika membuatku
jadi merasa aneh, dan ngomong: ini bener
nih? Kemudian, ada pula beberapa jokes yang garing, seperti beda Superman
dan Suparman.
Nah
itu tadi adalah beberapa kelemahan dari novel ini versiku. Sekarang kita lanjut
ke kelebihan bukunya. Pertama, meski dari awal ke pertengahan alurnya agak
lambat dan membosankan, namun ketika masuk pertengahan menuju akhir, ceritanya
seru dan menarik untuk diikuti. Aku cukup bisa masuk dengan ceritanya dan
seakan ikut merasakan seperti apa suasana yang ada di dalamnya. Terlebih saat
Roby mulai melncarkan aksi balas dendamnya, suka sekali. Aku tidak menyangka
kalau eksekusi akhirnya akan berlangsung seperti ini. Kedua, twist-nya yang
sangat bagus. Dari awal, aku tidak menduga sedikit pun bahwa ceritanya akan
berakhir dengan twist yang bagus seperti ini. Tapi namanya memang novel
thriller, pasti tidak lengkap rasanya jika tidak ada twist.
Ketiga,
aku cukup suka saat mengetahui kalau unsur romance di buku ini tidak begitu
kental, karena memang yang aku cari adalah thriller yang benar-benar thriller.
Meski tidak sepenuhnya merasa puas, namun aku sangat apresiasi, karena setidaknya
unsur thriller memiliki tempat yang lebih banyak di sini. Juga apresiasi untuk sikap
penulis yang berani tampil beda di tengah hiruk pikuknya cerita romance.
Keempat, penamaan tokohnya unik. Ada Ihdian Shirota yang mengingatkanku dengan
sepenggal ayat dari surah Al Fatihah, dan ada pula Jan Damuda yang apabila
diubah pemenggalan katanya akan bermakna lain, haha. If you know what I mean.
Secara
keseluruhan, aku cukup suka dengan novel debut dari Mas Zainul DK ini. Berharap
ke depannya tetap akan berkarya dan harapannya sih main-main lagi di genre
thriller lagi, hehe. Tiga bintang
aku sematkan untuk Kabut di Bulan Madu.
Terima
kasih!
***
“Jangan
terbuai oleh kilauan, karena belum tentu itu emas. Wajah dan fisik bisa menipu,
sama halnya dengan kilauan yang memperdayai mata. Bila tertipu fisik, kadang cinta
nggak elok lagi.”
Hlm. 151
Wah, jadi penasaran :D
BalasHapusMenarik sekali, sangat menarik sekali
BalasHapus