Selasa, 30 Mei 2017

Book Anatomy #4: BULAN - Tere Liye [Buku Kedua dari Serial BUMI]




Judul : BULAN
(Buku kedua di Serial Bumi)
Penulis : Tere Liye
Cetakan : Kesepuluh, Agustus 2016
Tebal : 396 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel (Teen Fantasy Fic)
ISBN : 978 – 602 – 03 – 3294 – 9 

Blurb:

Namanya Seli, usianya 15 tahun, kelas sepuluh. Dia sama seperti remaja yang lain. Menyukai hal yang sama, mendengarkan lagu-lagu yang sama, pergi ke gerai fast food, menonton serial drama, film, dan hal-hal yang disukai remaja.

Tetapi ada sebuah rahasia kecil Seli yang tidak pernah diketahui siapa pun. Sesuatu yang dia simpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan dengan tangannya.

Namanya Seli. Dan tangannya bisa mengeluarkan petir.

***









Setelah melewati banyak kejadian dan petualangan yang menegangkan di Klan Bulan, kini Raib, Seli dan Ali telah kembali ke ‘dunia nyata’, Klan Bumi. Petualangan ketiganya di Klan Bulan rupanya telah menguak teori bahwa dunia adalah sebuah dimensi paralel. Dalam satu dunia, berjalan secara bersamaan 4 jenis kehidupan tanpa bersinggungan satu sama lain. Ada Klan Bumi (Mahkluk Terendah), Klan Bulan (Makhluk Bayangan), Klan Matahari (Makhluk Cahaya), dan Klan Bintang (Klan Titik Terjauh).  Semua kehidupan berjalan di atas dunia yang sama, namun berbeda dimensi. Setiap dimensi dibatasi oleh sebuah sekat yang tak kasat mata, yang memisahkan banyak dimensi kehidupan secara sempurna, dan tidak bisa sembarangan dibuka.

Enam bulan berlalu sejak kepulangan mereka dari Klan Bulan, kini Av dan Miss Selena kembali mengajak tiga bersahabat itu untuk pergi ke Klan Matahari—klan dengan peradaban dan teknologi yang lebih maju daripada Klan Bulan. Tujuan utama mereka ke sana adalah untuk bersekutu dengan Klan Matahari guna memerangi kejahatan Tamus dan Si Tanpa Mahkota. Jika Tamus bisa membebaskan Si Tanpa Mahkota dari penjara Bayangan di Bawah Bayangan, maka kemungkinan besar perang dunia parallel akan terjadi. Itulah yang melatarbelakangi Av, Miss Selena, dan Seli, Raib, juga Ali untuk pergi ke Klan Matahari, menawarkan kerjasama.

Rombongan mereka pergi bersama Ily—putra sulung dari Ilo (Ilo adalah orang yang menemukan dan membantu Ra, Seli, dan Ali saat pertama kali mendarat di Klan Bulan). Namun setibanya mereka di sana, yang terjadi sungguh di luar rencana. Ketua Konsil Klan Matahari, Fala-tara-tana IV, justru meminta rombongan Klan Bulan—lebih tepatnya Ra, Seli, Ali, dan Ily—untuk mengikuti Kompetisi Pencarian Bunga Matahari Pertama yang Mekar. Itu adalah kompetisi dengan perjalanan yang berbahaya dan berisiko, namun pada akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti kompetisi itu dan menjadi kontingen kesepuluh, bersaing bersama 9 kontingen lain.

Petualangan mencari bunga matahari pertama yang mekar bukanlah urusan sederhana. Setiap peserta sama-sama memiliki kemungkinan kehilangan nyawa mereka, karena harus bertarung dengan alam liar. Lantas, bagaimanakah nasib Ra, Seli, Ali, dan juga Ily dalam perjalanan kali ini? Dan apa saja yang mereka temui di sepanjang perjalanan?

Sebenarnya, yang perlu dipermasalahkan bukan perkara menang atau kalahnya, namun yang terpenting, apakah pada akhirnya mereka akan kembali dengan selamat?

***

“Kamu tidak membutuhkan kekuatan besar, atau senjata-senjata terbaik untuk menemukan bunga matahari pertama mekar. Kamu cukup memiliki keberanian, kehormatan, ketulusan, dan yang paling penting, mendengarkan alam liar tersebut.”
Hlm. 147

Setelah membaca kisah seru Ra, Seli, dan Ali di buku pertama, BUMI (baca review Bumi di sini), saya memang sudah tidak sabar sekali untuk membaca seperti apa kelanjutannya, yaitu dalam buku BULAN. Awalnya memang saya sudah tahu jika buku ini akan bercerita tentang petulangan ketiga sahabat itu di Klan Matahari. Namun dugaan saya awalnya, ceritanya akan melanjutkan permasalahan yang belum selesai dalam buku BUMI, yakni tentang meminta bantuan dari Klan Matahari untuk memerangi kemungkinan terburuk dari Tamus dan Si Tanpa Mahkota.
Namun rupanya, yang saya dapatkan justru lebih mengasyikkan dan seru dari itu, BULAN hadir dengan kisah yang full adventure. Dan kabar baiknya, buku ini lebih minim deskripsi dari pada BUMI. Jadi sepanjang halaman membaca buku ini, kita tidak akan dipusingkan dengan banyak penjabaran dan sejarah mendasar dari setiap klan. Seperti yang saya harapkan, kita akan dimanjakan oleh aksi seru dan petualangan yang menarik, yang melibatkan empat pemuda tangguh—Ra, Seli, Ali, dan Ily.

Sebelumnya, novel BUMI dan BULAN ini sekilas mengingatkan saya dengan novel HUJAN. Di mana, Hujan mengambil setting futuristic yang sangat kental, yang sebenarnya sangat tidak mudah jika kita logika. Dan, saya menemukan lagi hal serupa di novel BUMI dan BULAN. Dalam kedua novel ini, salah satu ciri yang sangat menonjol adalah setting futuristic-nya yang juga mendominasi. Hal ini terbukti lewat penggambaran teknologi dan peradaban dari kedua klan yang sangat maju. Seperti misal kapsul terbang, alat transportasi otomatis berupa lorong berpindah, bahkan sampai sistem kota bawah tanah yang sangat dikembangkan dengan begitu cerdasnya.

Jujur saja, saya memang sangat menikmati saat membaca buku ini dari awal hingga akhir. Tidak hanya karena intrik petulangannya yang dominan, tapi juga karena karakter tiap tokohnya di sini lebih dipertajam lagi. Yang menjadi favorit tentu saja Ali. Pada beberapa bagian, dia tampak begitu pandai mencairkan suasana dengan celetukannya dan sikapnya yang rela berbuat apa pun meski sebenarnya kemampuan ia terbatas, tidak seperti ketiga temannya. Belum lagi otak geniusnya yang sungguh di luar dugaan. Turut mampu memecahkan banyak persoalan, terlepas dari anggapan bahwa ia adalah si biang kerok yang pemalas. Tapi sungguh, saya salut dan kagum sekali dengan kemampuan Ali di sini—dan saya merasa bercermin saat melihat Ali, hahaha. Sangat tidak mungkin jika pembaca lain menganggap Ali hanya tokoh ‘pelengkap’ semata.

Selain itu, di lembar akhir buku ini, terdapat satu halaman khusus yang bergambarkan peta klan matahari—lebih tepatnya peta atau rute perjalanan yang dilalui setiap kontingen untuk menemukan bunga matahari pertama yang mekar. Hal ini justru sangat memudahkan pembaca untuk mengetahui letak, arah mata angin, dan untuk menghindarkan kita dari berbagai kemungkinan lain yang mungkin membuat kita bingung terhadap arah pergerakan Kontingen Raib. Aroma kompetisi memang sangat terasa di buku ini. Terlebih saat terungkapnya beberapa kelicikan dan kecurangan yang terjadi di dalamnya. Namun di balik itu, saya sangat merasa tersanjung dengan jalinan persahabatan antara keempat sahabat yang didasari oleh rasa tulus tanpa memedulikan ambisi kemenangan sedikit pun ini. Ah, jika saja aturannya setiap kontingen harus memiliki 5 anggota, otomatis saya akan memutuskan untuk bergabung dengan kontingen Raib, hahaha.

Namun, di balik beberapa kelebihan itu, saya merasa ada sesuatu yang ‘miss’ di sini. Dalam buku ini diceritakan jika Seli adalah golongan Klan Matahari, dan ia fasih berbicara dalam bahasa dari klan tersebut. Begitu juga Ily, dia berasal dari Klan Bulan, dan otomatis ia hanya menguasai kemampuan berbahasa dari Klan Bulan. Namun ada satu bagian yang saya rasa merusak fakta tersebut. Pada satu bagian, saat Ily berbicara kepada Ra dalam bahasa Klan Bulan, tiba-tiba saja Seli menyahut pembicaraan Ily dan seolah tahu persis apa yang dibicarakannya. Di sinilah letak kebolongannya, pun di bagian tersebut tidak dijelaskan jika Ra menerjemahkan perkataan Ily sebelumnya. Jadi, apakah Seli mendapat mukjizat dari Negara Api sehingga tiba-tiba ia bisa memahami bahasa Klan Bulan? Hmmm.

Secara keseluruhan, saya lebih bisa menikmati novel ini ketimbang BUMI. Ceritanya yang penuh aksi dan petualangan seru, adalah magnet utama cerita ini. Terlebih dengan penggambaran dan pendeskripsian yang detil, juga mudah dipahami, membuat kita enggan untuk melepaskannya sebelum sampai di akhir cerita. Saya harap, MATAHARI (Baca review Matahari di sini) tidak lepas dari intrik petulangan dan aksi yang seru seperti ini.

Terima kasih!

***

“Jika kamu akhirnya menemukan bunga itu, berhati-hatilah, Nak. Boleh jadi, kebijakan terbaik adalah membiarkannya tetap mekar hingga layu. Dengarkanlah alam liar bicara kepadamu.”

Hlm. 148

***


REVIEW #4 Dalam Rangkaian Project BOOM [Book Anatomy] oleh Bintang @ Ach’s Book Forum dan Nisa @ Resensi Buku Nisa

Kalian juga ikutan BOOM bulan ini dan sudah baca buku yang kita tentukan? Kalau sudah, ayo bikin review-nya dan silakan setor link review kamu di kolom komentar di bawah

Ketentuannya bisa kalian lihat DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar