Rabu, 25 Januari 2017

[Book Anatomy] #1: Apa Pun Selain Hujan - Orizuka



Judul : Apa Pun Selain Hujan
Penulis : Orizuka
Tahun terbit : 2016
Cetakan : Pertama
Tebal : 287 hlm
Penerbit : GagasMedia
Kategori : Novel
ISBN : 979 – 780 – 850 – 5 


Blurb:

Wira membenci hujan. Hujan mengingatkannya akan sebuah memori buruk, menyakitinya....
 
Agar bisa terus melangkah, Wira meninggalkan semuanya. Ia meninggalkan kota tempat tinggalnya. Meninggalkan mimpi terbesarnya. Bahkan, meninggalkan perempuan yang disayanginya.

Namun, seberapa pun jauh langkah Wira meninggalkan mimpi, mimpi itu justru semakin mendekat. Saat ia sedang berusaha keras melupakan masa lalu, saat itulah ia bertemu Kayla. 

Pertemuan itu mengubah segalanya. 

Sebuah novel tentang melepaskan mimpi di bawah hujan. Tentang cinta yang diam-diam tumbuh bersama luka. Juga tentang memaafkan diri sendiri.

***


“Kamu juga punya kuasa untuk memercayai dirimu sendiri, juga orang-orang yang benar-benar sayang dan peduli padamu. Kalau kamu selalu percaya omongan orang lain, kamu tidak akan bisa bahagia.”
Hlm. 254

Wirawan Gunadi, mahasiswa Fakultas Teknik di Universitas Brawijaya, memiliki pengalaman buruk dengan hujan. Hal ini menyangkut kesalahan yang sempat ia perbuat di masa lalu terhadap sahabat karibnya, Faiz. Hujan dan taekwondo adalah dua hal yang sangat mengusik hidupnya setelah kejadian memilukan itu. Kesalahan dan rasa penyesalan besar itulah yang membuat Wira, pergi jauh-jauh dari Jakarta setelah lulus SMA dan melanjutkan hidup sebagai mahasiswa di Malang, tinggal serumah bersama neneknya. 

Dalam bayang-bayang masa lalu yang menyelimutinya, Wira bertemu Kayla. Seorang mahasiswi cantik Fakultas Kedokteran Hewan. Gadis yang belakangan ia ketahui sebagai taekwondoin itu ternyata membawa perubahan besar dalam hidup Wira. Keduanya menjadi lebih dekat setelah insiden yang terjadi di pinggir jalan M.T Haryono. Dan Sarang, kucing kampung yang tidak sengaja mempertemukan mereka untuk kedua kalinya itu rupanya juga membawa dampak baik bagi kedekatan Wira dan Kayla.

Tidak hanya itu, perubahan-perubahan lain juga terjadi dalam hidup Wira setelah Kayla benar-benar masuk ke kehidupannya. Gadis itu yang menariknya kembali ke masa lalu, memperkenalkan lagi kepada Wira tentang dunia yang telah lama ia tinggal, taekwondo. Gadis itu pula yang kembali mempertemukannya dengan Nadine—perempuan yang selama ini selalu membuat Wira merasa menyesal dengan apa yang ia lakukan. Dan Kayla pula yang menuntunnya kembali ke jalan terang yang Wira rindukan.  

Tidak hanya Kayla, kehadiran Nadine dan pengakuan mengejutkan dari orangtuanya juga berhasil mengubah cara pandang Wira selama ini yang rupanya hanya sebuah kesalahpahaman. Bersama mereka, Wira berniat untuk menuntaskan semuanya. Ya, semuanya. Tentang masa lalu dan kesalahan-kesalahannya. Tentang Faiz dan taekwondo. Juga, tentang hujan.

Sampai Wira mampu memaafkan dirinya sendiri. Sampai Wira menemukan kebenaran dan kelegaan yang menyejukkan hatinya. Juga sampai hujan tidak lagi menyakitkan baginya… 

***

“Aku mohon, Kay. Apa pun selain hujan.”
Hlm. 217

“Dosa terbesarku adalah selama ini aku sengaja melupakannya karena dia mengingatkanku sama semua penderitaan yang kujalani setelah dia meninggal. Dosa terbesarku adalah menganggap penderitaanku sendiri jauh lebih penting dan lebih hebat daripada kenyataan kalau dia sudh meninggal.”
Hlm. 242


Mungkin, aku bisa disebut pluviophile—orang yang menyukai hujan. Entah kenapa, aku seolah merasa ada sebuah kenyamanan yang terselip di antara ribuan tetes air hujan. Meneduhkan hati sekali. Rasa sukaku tersebut tidak hanya tercurah kepada hujan dalam bentuk aslinya saja, namun juga hujan dalam bentuk lain. Misalnya saja, cerita yang berkaitan dengan hujan.

Seperti halnya buku ini, Apa Pun selain Hujan. Sebenarnya aku tidak begitu tertarik untuk membaca buku dari Orizuka—yang konon bagus dan banyak digemari itu. Alasan terbesarnya karena takut kalau misal aku baca, aku jadi pengin baca bukunya yang lain, sementara kondisi finansial sangat tidak mendukung, hahaha. Namun pandanganku berbeda setelah mengetahui akan terbitnya buku ini. Dua hal yang membuatku sangat ingin memiliki buku ini. Pertama, karena penasaran dengan nama Orizuka yang begitu dieluh-elukan banyak pembaca selama ini. Kedua, karena hujan. Ya, ceritanya tentang hujan. Sebelum buku ini, memang sudah ada beberapa buku tentang hujan yang sudah kubaca. Seperti Hujan – Tere Liye, London: Angel, Walking After You, dan Angel in The Rain – Windry Ramadhina. Sebenarnya masih ada banyak buku tentang hujan di luar sana, namun entah kenapa aku lebih memilih Apa Pun Selain Hujan untuk dibaca. Terbawa euphoria, mungkin.

Apa Pun Selain Hujan, selain memuaskan rasa tertarikku terhadap hujan, juga mampu memenuhi ekspektasi terkait elemen-elemen dan suasana yang ditawarkan dalam novelnya. Jika menilik dari covernya, aku langsung berasumsi bahwa buku ini akan banyak menyoroti perjalanan hidup tokoh utamanya yang cenderung muram dan menyedihkan. Dan ternyata memang itulah yang aku dapat di buku ini. Tokoh utamanya seorang pria, berkepribadian tertutup dan agak sedikit mellow. Penjabaran karakternya—entah lewat ungkapan perasaannya atau interaksinya dengan lingkungan sekitar—sangat mendukung dengan suasana yang dihadirkan.

Nuansa sendu dan muram yang dihadirkan turut mendukung dalam hal  penyampaian cerita dan konflik dengan sangat baik, dan ikut menyulut  emosi pembaca. Meski sebenarnya, secara emosional, aku tidak begitu merasa terikat, namun aku yakin, banyak pembaca di luar sana yang ikut merasa—berdasarkan istilah jaman sekarang—baper dengan kehidupan Wira. Dan yang perlu aku acungi jempol, Orizuka tidak membuat feel dalam ceritanya terkesan nanggung meski dibawakan lewat tokoh utama laki-laki—yang pada umumnya kaku dan kurang peka terhadap perasaan. Semua disampaikan dengan baik sekali. Orizuka did it good!

Kemudian, jika untuk penggambaran secara fisik, aku lebih menyukai detail yang ada pada diri Kayla. Manis dan memiliki gingsul berupa taring di sisi kanan dan kiri giginya, spontan mengingatkanku dengan Nabilah JKT 48. Sepanjang halaman, bayang-bayang Nabila sebagai Kayla tidak bisa lepas dari imajinasiku. Untuk sifatnya sendiri, aku akui memang sangat remaja. Tentang keceriannya, kespontanitasnya, dan gaya bicaranya, berhasil membentuk karakter Kayla yang mudah dikenal. Meski di beberapa bagian Kayla ini terlihat lebih dewasa dibanding Wira.

Untuk riset terkait setting dan suasana, lagi-lagi memang bagus. Sangat realistis. Aku tidak membicarakan tentang struktur bangunan atau tata letak yang ada di Universitas Brawijaya atau pun Kota Malang sendiri, melainkan dengan gaya bicara ala anak Jawa Timuran yang begitu kental di sini. Teman-teman Wira yang mayoritas orang lokal, sangat mencerminkan bagaimana keseharian dan cara berkomunikasi mereka yang sangat wajar. Jenis bahasa Jawa kasar, namun banyak orang lebih menyebutnya boso Suroboyoan. Tapi, untunglah di beberapa kutipan dialog tidak disebutkan kata-kata kasar seperti  j*****. Karena jika kita udah bicara tentang bahasa Jawa Timuran, pasti tidak lepas dari kata-kata kasar seperti itu.

Apa Pun Selain Hujan adalah sebuah cerita tentang bagaimana seharusnya kita menyikapi masa lalu. Tentang trauma, rasa bersalah, penyesalan, dan ketakutan yang kita rasakan di masa depan, bukanlah dampak dari kesalahan yang kita perbuat itu sendiri. Melainkan adalah dampak karena kita terlalu memedulikan hati kita yang meracau tentang berbagai hal menyakitan, yang seolah menyudutkan kita. Karena kita terlalu peduli dengan omongan orang lain yang belum tentu kebenarannya, dan karena kita tidak bisa memaafkan diri sendiri, juga memeluk semua kesalahan-kesalahan itu…

Terima kasih!

“..semua orang pernah berbuat kesalahan. Kalian harus belajar memaafkan diri kalian sendiri.”
Hlm. 268

***

REVIEW #1 Dalam Rangkaian Project BOOM [Book Anatomy] oleh Bintang @ Ach’s Book Forum dan Nisa @ Resensi Buku Nisa


Kalian juga ikutan BOOM bulan ini dan sudah baca buku yang kita tentukan? Kalau sudah, ayo bikin review-nya dan silakan setor link review kamu di kolom komentar  di bawah .

Ketentuannya bisa kalian lihat DI SINI

***

SUDAH SIAP UNTUK #BOOM BULAN DEPAN?

Dan ini dia buku yang akan kita bahas di BOOM bulan Februari nanti. Yey!


Girls in The Dark by Akiyoshi Rikako
Segera siapkan bukunya, mari seru-seruan bersama kami di BOOM!



2 komentar:

  1. Nama Orizuka memang sudah lekat dengan karyanya yang sederhana, gaya bahasa yang lancar dan konflik yang biasa, namun dikemas jadi menghanyutkan. Saya baru baca beberapa judul saja karyanya dan memang menarik.

    Boom yang saya kira akan ada artikel tentang pembahasan kalian berdua tentang novel ini. Bulan depan entah bisa ikutan atau enggak, soalnya blm punya bukunya. Bulan depan sdh ada wish list buku yang akan dibeli.. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haerus saya akui, saya pun jadi ketagihan untuk baca buku dari Orizuka lagi, semoga kesampaian.

      Semoga lain waktu bisa ikutan bareng kami ya Mas dalam #BOOM

      Hapus