Kamis, 10 Maret 2016

[Book Review] The Stolen Years - Ba Yue Chang An



Judul : The Stolen Years
Penulis : Ba Yue Chang An
Penerjemah : Jeanni Hidayat
Cetakan : Pertama, Januari 2016
Tebal : 348 hlm
Penerbit : Haru
Kategori : M-Novel (Novel Mandarin)
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 66 – 6
Bisa dibeli di : bukupedia.com 



Blurb:

Benarkah waktu dapat mengikis perasaan cinta?

Hal terakhir yang diingat He Man adalah ia sedang berbulan madu dengan suaminya, Xie Yu. Namun, tiba-tiba gadis itu terbangun di rumah sakit dan sudah bercerai. He Man mengalami amnesia dan lupa akan lima tahun terkahirnya.

Ia tidak mengerti mengapa ia bisa bercerai dari Xie Yu padahal mereka saling mencintai. Ia tidak mengerti mengapa sahabatnya sekarang malah menjadi musuhnya. Ia tidak mengerti mengapa seakan semua orang membencinya.

Ketika He Man berusaha mengumpulkan kembali kenangan dan ingatannya, Ia mulai menemukan hal-hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya.

***


“Seberapa besarkah kemampuan manusia untuk dapat menerima suatu kenyataan hidup? Hanya orang yang pernah terluka begitu parahnya yang akan bisa mengerti. Asalkan masih hidup, kita pasti bisa melalui apa pun yang akan terjadi selanjutnya.”

Hlm. 48

He Man dan Xie Yu adalah pasangan berbahagia yang baru saja menikah. Keduanya juga tengah menjalankan agenda bulan madu mereka. Di sebuah jalan di tepi pantai yang indah, keduanya sama-sama menaiki sepeda motor dengan begitu mesranya. Dengan manja, He Man meminta Xie Yu untuk menciumnya.

“Xie Yu sudah tidak tahan lagi dengan paksaan He Man. Pria itu menoleh ke belakang lalu mencium He Man dengan cepat. Sebelah tangan He Man memegang perekam video, ingin mengabadikan momen itu.”

Hlm. 25

Namun sayangnya, adegan bercium mesra di atas sepeda motor itu harus berujung petaka. Ditambah dengan suasana malam yang gelap, sepeda motor yang dikendarai Xie Yu oleng dan  kehilangan kendali lalu menabrak sebuah pohon besar di tepi jalan. Itu adalah satu dari sekian petaka yang terjadi dalam hidup He Man. Sebuah petaka yang lebih besar terjadi beberapa tahun kemudian.

He Man terbangun dari komanya dan mendapati dirinya sedang berada di rumah sakit. Dengan sedikit kesadaran yang terkumpul, ia terus meneriakkan nama suaminya, Xie Yu. Namun, sosok yang dipanggilnya tersebut tidak muncul juga. Seorang perempuan yang sedikit lebih tua darinya justru muncul sesaat setelah He Man berteriak. Perempuan itu adalah He Qi, kakak He Man. Sesaat setelah itu, petaka lain datang ke kehidupan He Man.

He Man sangat terkejut dengan pernyataan yang sudah dituturkan oleh kakaknya. Bagaimana bisa dia bercerai dengan Xie Yu? Padahal, sudah jelas, baru kemarin mereka melaksanakan bulan madu. Dan, tidak ada masalah sama sekali antara mereka. Lantas bagaimana ia bisa berpisah dengan suami yang dicintainya tersebut? Rupanya, dokter menyatakan hal lain yang lebih mengejutkan. He Man mengalami amnesia jangka pendek. Hal ini disebabkan bukan karena kecelakan saat bulan madu lima tahun lalu, melainkan kecelakaan mobil. Dan ia kehilangan ingatannya selama lima tahun terakhir. He Man hanya mampu mengingat kejadian lima tahun lalu dimana ia sedang berbulan madu bersama Xie Yu. Tak heran apabila ia terus memanggil nama suaminya tersebut meski sebenarnya mereka sudah resmi bercerai. Fakta lain yang lebih mengejutkan, kini sahabatnya—Xiao Huan—juga telah bermusuhan dengannya. He Man sama sekali tak ingat apa yang menyebabkan semua itu terjadi. Dan ia sama sekali tak tau apa yang telah dia lakukan selama lima tahun terakhir, tepatnya setelah kecelakaan saat berbulan madunya dengan Xie Yu.

Dokter menyarankan, He Man harus kerap berkomunikasi dengan keluarga, rekan, dan kerabat demi memulihkan ingatannya secara perlahan. Namun, apa daya? Kini He Man sudah tak memiliki siapa-siapa lagi. Lantas, bagaimanakah cara He Man untuk memulihkan kembali ingatannya? Apakah dia berhasil mengumpulkan keping demi keping kejadian yang sudah dialaminya selama lima tahun terakhir? Semua kejadian yang telah menjadi sumber semua petaka ini?

***

Membaca novel mandarin terjemahan adalah sebuah pengalaman pertama bagiku. Sebenarnya, saat membaca novel terjemahan—baik itu mandarin, jepang atau mana pun—selalu ada kekhawatiran yang aku rasakan. Salah satunya adalah khawatir jika tidak bisa memahami jalan ceritanya. Belajar dari pengalaman sebelumnya, novel terjemahan terkadang susah untuk dipahami dari segi bahasanya. Terlalu muluk dan ribet. Membuat kita kadang putus asa saat membacanya karena tak mengerti ke mana arah penulis bercerita. Hal tersebut awalnya juga sempat aku rasakan sebelum membaca novel The Stolen Years ini. Namun, rupanya kekhawatiranku tersebut hanya angin lalu saja. Mulai membaca buku ini dari bab pertama hingga seterusnya, aku bisa dengan mudah untuk menyesuaikan jalan ceritanya. Gaya bercerita penulis juga terbilang sederhana, dan membuat pembaca dengan mudah mengalir besama arus ceritanya yang menarik. So, aku pun sangat menikmati setiap ceritanya.

Tapi sebenarnya, saat pertama kali melihat cover buku ini, jujur aku merasa kurang begitu tertarik untuk membaca ceritanya. Nggak tau kenapa, rasanya kurang sreg aja gitu. Namun, sepertinya benar jika kita jangan menilai buku dari tampilan luarnya. Dan alhasil, ekspektasiku terhadap buku ini yang awalnya biasa saja, jadi berbanding terbalik setelah aku mulai membaca ceritanya. Mungkin, suatu saat dalam membeli buku, aku tidak lagi menjadikan cover sebagai prioritas utama. Karena pada dasarnya yang kita butuh saat membaca sebuah buku adalah ceritanya, bukan covernya.

Oh iya, kemarin aku juga baru tahu kalau cerita di buku ini sudah difilmkan. Kemarin sempat nonton cuplikannya di YouTube. Gak sampai selesai sih, soalnya nggak ada subtitle-nya. Hahaha.


He Man dan Xie Yu di adegan film The Stolen Years (2013)

Pertama, aku ingin berbicara tentang kepuasan yang tidak aku dapat dari buku ini terlebih dahulu. Berhubung ini buku mandarin, tapi aku tidak banyak menemukan sesuatu yang khas berbau mandarin di novel ini. Mungkin jika ditonjolkan lewat nama-nama tokoh akan sangat terasa unsur mandarinnya. Namun, yang aku inginkan sebenarnya bukan itu saja, melainkan lebih. Seperti saja, mungkin bisa mengangkat unsur budaya, adat atau istilah-istilah lain dalam bahasa mandarin. Sebenarnya ini karena keingintahuanku tentang mandarin saja sih. Jadi, bisa dibilang jika ini hanya masalah selera saja. Namun, aku tidak ingin kecewa dengan buku ini hanya karena masalah sepele tersebut. Di lain sisi, aku sangat menyukai buku ini.

Selanjutnya, dari segi cerita yang diangkat penulis, aku sudah sangat suka. Begitu membaca sinopsis yang ada di bagian belakang buku, aku langsung dibuat penasaran dengan cerita kehidupan He Man yang mengundang banyak tanya. Terutama tentang memori kehidupan lima tahun terakhirnya yang hilang karena amnesia / hilang ingatan. Pada bagian awal bab, aku dibuat merasa nyaman dengan tingkah laku kocak nan romantis antara He Man dan Xie Yu. Kadang kedekatan mereka yang begitu intens suka menimbulkan keirian untukku. Hahaha. Jadi sangat sulit dibayangkan kenapa kedua pasangan ini bisa bercerai. Terlebih, usia pernikahan mereka baru 5 tahun. Sungguh penuh tanda tanya besar kenapa itu semua bisa terjadi. Namun di lain sisi, itu merupakan salah satu poin plus dari novel ini; berhasil menimbulkan rasa penasaran yang berlebih bagi pembaca.

Selain itu, penggunaan sudut pandang orang ketiga yang dilakukan oleh penulis juga benar-benar dimanfaatkan dengan baik. Dalam arti, penulis tidak hanya menggunakan 1 tokoh saja dalam mengekpresikan sudut pandang tersebut. Namun juga dari tokoh lain. Hal ini sangat menjadi poin plus untuk ‘The Stolen Years’. Dengan begitu, pembaca bisa dengan mudah tahu seperti apa pandangan setiap tokoh terhadap konflik-konflik yang terjadi. Selain itu, dengan sudut pandang beberapa tokoh tersebut, satu per satu masalah mulai terungkap. Di sini penulis juga tidak langsung membocorkan keseluruhan masalahnya dalam satu adegan, namun dilakukan secara perlahan dan bertahap. Dengan begitu, seiring kita membaca lembar demi lembarnya, akan tersaji satu per satu surpise yang tidak disangka sebelumnya. Surprise ini banyak bertebaran dari awal hingga akhir cerita. Membuat kita enggan untuk berhenti membacanya. Istilah lainnya, ibarat teroris, dia tidak meledakkan bom besar dalam satu waktu yang bersamaan. Namun, secara sedikit demi sedikit, satu per satu bom dalam waktu yang bertahap, hingga pada puncaknya barulah ia menyalakan bom yang paling besar. ‘The Stolen Years’ penuh dengan surprise yang berdentuman dan meledak-ledak.

Untuk emosi sudah tidak diragukan lagi. Dengan mudah, aku terlibat emosi bersama tokoh dan konflik yang dihadapinya. Oh iya, perlu diketahui, dalam membaca ‘The Stolen Years’ ini, aku benar-benar memposisikan diriku sebagai  He Man. Merasakan semua kesedihan dan kekecewaan yang dihadapinya, sehingga feel yang aku dapat juga lebih terasa dan ngena banget. Saat itu, aku benar-benar menganggap diriku berada di posisi He Man.

Tentang penokohan, semua tokoh di sini mempunyai peranan yang cukup penting. Terutama Xie Yu dan Xiao Huan. Lewat penuturan dari kedua tokoh ini, He Man bisa menemukan kembali beberapa memori ingatannya 5 tahun lalu yang sempat hilang. Meski ingatannya tidak pulih secara keseluruhan, namun lewat kedua tokoh ini, semua rasa penasaran terhadap apa yang terjadi 5 tahun lalu bisa terjawab dengan jelas. Selain itu, pada awalnya saat mengetahui Xie Yu dan He Man bercerai, aku sempat menyalahkan Xie Yu. Sebab, di awal disebutkan kalau Xie Yu lah yang bersalah dan menyebabkan perceraian tersebut. Namun, semakin ke belakang, pandangan aku terhadap Xie Yu mulai berubah. Menurutku, sebenarnya dia merupakan sosok yang penuh simpati dan peduli. Dan dalam membantu He Man untuk memulihkan ingatannya, ia enggan untuk mengungkit-ungkit kejadian masa lalu. Itu karena ia takut jika He Man akan terluka. Hmmm.. dan apa yang terjadi setelah itu, sungguh tidak terduga sebelumnya. Unpredictable!

Untuk endingnya benar-benar tidak terduga. Dibilang seneng, enggak. Dibilang sedih juga enggak. Soalnya ini benar-benar di luar apa yang aku perkirakan. Meleset jauh malahan. Dan, sepertinya yang aku bilang di atas tadi, buku ini memang penuh dengan surprise.

Pokoknya, secara keseluruhan aku sangat menyukai buku ini. Ceritanya bagus. Alurnya juga seru, konfliknya pun tak kalah seru. Baru kali ini aku mendapat kepuasan dari novel terjemahan. Jadi tidak ragu untuk mencoba buku terjemahan lain lagi, terutama yang diterbitkan oleh Haru. Uhuy! Tetap menerbitkan buku-buku yang nggak kalah keren!

Terima kasih!

***

“Cinta kalah melawan sakit, juga kalah melawan kematian. Namun, cinta akan selamanya hidup di dalam ingatan manusia, akan menancapkan akarnya dengan kuat di dalam otak manusia. Selalu menunggu kehadiran kekasih yang dicintainya.”


Hlm. 339

4 komentar:

  1. Surprise-surprise nya penasaran mau tahu. belum baca soalnya..

    BalasHapus
  2. Novel-novel terbitan Haru itu enak banget di baca, penerjemahnya bikin novel luar mudah dipahami menurutku. :)

    BalasHapus