Sabtu, 20 Agustus 2016

[Book Review] A Very Yuppy Wedding - Ika Natassa



Judul : A Very Yuppy Wedding
Penulis : Ika Natassa
Cetakan : Kedua, Januari 2008
Tebal : 288 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel Metropop
ISBN : 978 – 979 – 22 – 3181 – 6 


Blurb:

The life of a business banker is 24/7, dan bagi Andrea, banker muda yang tengah meniti tangga karier di salah satu bank terbesar di Indonesia, rasanya ada 8 hari dalam seminggu. Power lunch, designer suit, golf di Bintan, dinner dengan nasabah, kunjungan ke proyek debitur, sampai tumpukan analisis feasibility calon nasabah, she eats them all. Namun di usianya yang meninjak 29 tahun, Andrea mungkin harus mengubah prioritasnya, karena sekarang ada Adjie, the most eligible bachelor in banking yang akan segera menikahinya. So she should be smiling, right?

Not really. Tidak di saat ia harus memilih antara jabatan baru dan pernikahan, menghadapi wedding planner yang demanding, calon mertua yang perfeksionis, target bank yang mencekik, dan ancaman denda 500 juta jika ia melanggar kontrak kerjanya. Dan tidak ada Manolo Blahnik atau Zara atau Braun Buffel yang bisa memaksanya tersenyum di saat ia mulai mempertanyakan apakah semua pengorbanan karier yang telah ia berikan untuk Adjie tidak sia-sia, ketika ia menghadapi kenyataan bahwa tunangan sempurnanya mungkin berselingkuh dengan rekan kerjanya sendiri.

Welcome to the world of Andrea Siregar, the woman with the most rational job on the planet as she is making the most irrational decisions in her own personal life.

***

“Katanya mau nikah sama dia, tapi nggak berani jujur sama dia, nggak berani denger pendapatnya. Mau jadi apa pernikahan lo nanti, kalau untuk hal-hal begini saja elo harus bohong?
Hlm. 158

Bekerja dalam satu Bank yang sama, mau tak mau membuat Andrea dan Adjie harus merahasiakan tentang hubungan mereka. Perdana—sebuah Bank tempat mereka bekerja—memang memiliki aturan yaitu: sesama pegawai dilarang untuk menjalin hubungan, pacaran, bahkan menikah. Jika aturan tersebut dilanggar, maka yang bersangkutan akan dikenai denda sebesar 500 juta. Jadi sebisa mungkin, Andrea dan Adjie sama-sama tutup mulut dan tidak menunjukkan kemesraan di tempat kerja mereka. Bahkan saat Ajeng masuk menjadi rekan kerja Adjie yang baru.

Adjie memang tampan, tak heran apabila banyak perempuan yang suka curi-curi pandang atau bahkan berterus terang bahwa mereka menyukai Adjie. Sama halnya dengan Ajeng. Siang itu, saat lunch bersama Andrea dan Tania, secara gamblang Ajeng bilang bahwa ia menyimpan perhatian khusus terhadap Adjie. Otomatis, Andrea yang mendengar pengakuan Ajeng saat itu langsung naik pitam. Tapi apa boleh buat? Jika Andrea marah dan bilang bahwa Adjie adalah kekasihnya, itu berarti sama saja ia membocorkan rahasia besarnya kepada orang seluruh kantor, dan ujung-ujungnya ia kena denda. Apalagi Ajeng anak baru, belum bisa dipercaya.

Meski menjalani backstreet, tapi rupanya hubungan ‘gelap’ Adjie-Andrea masih tetap tetap berjalan. Bahkan, baik Adjie mau pun Andrea sudah saling sowan ke keluarga masing-masing. Seperti halnya pada malam itu, mereka tengah berada dalam kemeriahan suasana pesta pernikahan Praka, sepupu Adjie. Hal ini sekaligus menjadi momen pertama bagi Andrea untuk mengenal lebih jauh tentang keluarga besar Adjie. Tapi sayang sekali, Andrea tidak menyadari bahwa malam itu adalah skenario terburuk dalam hidupnya. Saat Ibu Adjie mengajaknya untuk berkenalan dengan sahabat lamanya, Andrea seketika merasa lemas. Rupanya, sahabat lama Ibu Adjie tersebut adalah Bu Karen—Bos Andrea dan Adjie di Perdana.

Setelah bersusah payah merahasiakan hubungannya dengan Adjie selama ini, kenapa semuanya harus terbongkar dengan cara seperti ini? Andrea seketika merasa nasibnya sedang berada di ujung tanduk, begitu pula dengan Adjie. Ia tidak mengira sedikit pun akan kehadiran Bu Karen di pesta pernikahan sepupunya. Lantas, bagaimanakah kelanjutan hubungan Adjie dan Andrea setelah menghadap di meja Bu Karen hari Senin nanti?

Pada akhirnya, satu keputusan besar harus diambil. Seperti apakah keputusan itu?

***

“Pernikahan itu bukan cuma buat menghalalkan hubungan seks, Dre, tapi untuk menyatukan pandangan dan pemikiran, serta saling melengkapi.”
Hlm. 158

“Kalau elo nggak cinta sebesar itu, nggak mungkin elo melakukan semuanya untuk dia.”
Hlm. 261

A Very Yuppy Wedding adalah buku kedua Ika Natassa yang aku baca. Tetap suka sih dengan cara bercerita si penulis, tapi aku rasa Critical Eleven masih belum bisa tergeser. Baik, yang pertama, jika dilihat dari sei premis atau pun ide dasar cerita, A Very Yuppy Wedding tergolong buku yang berangkat dari pondasi yang sangat sederhana. Kurang lebih tentang backstreet dengan segala konflik yang sering terjadi di dalamnya. Tapi melalui tangan penulis yang hebat, ide cerita sederhana ini berhasil dihadirkan dengan begitu menarik disertai nuansa metropopnya yang sangat kental. Selain itu, apa saja keistimewaan dan mungkin juga kekurangan yang dimiliki buku ini?

Pertama, dunia kerja menjadi background kehidupan para tokohnya—dunia banking dan perbankan. Yang perlu diacungi jempol, dunia kerja yang coba diangkat penulis tidak terkesan tempelan atau sekilas saja, melainkan berhasil dimasukkan secara menyeluruh dan dieksplor dengan utuh. Mengingat Kak Ika sendiri juga berasal dari lingkungan tersebut. Sedikit banyak membuat kita tahu tentang rutinitas orang bank. Dan mungkin juga akan membuat banyak orang berpikir ulang, terutama bagi mereka yang ingin masuk ke dunia banking. Kenapa begitu? Karena selain sisi positif yang coba penulis deskripsikan dari menjadi seorang pegawai bank, ada juga beberapa ketidaknyamanan yang coba penulis utarakan. Seperti lembur yang tak beraturan, rapat/meeting sampai dini hari, pencapaian target, dan lain-lain. Aku sangat suka sekali Kak Ika Natassa mengusung dunia kerja banking di bukunya ini.

Kedua, seperti yang aku bilang tadi, nuansa metropop di buku ini sungguh terasa sekali. Selain didukung dari dunia banking yang dieksplor secara besar-besaran, melainkan juga dari gaya hidup atau lifestyle para tokohnya. Misal, rutinitas ala masyarakat metropolitan seperti hobi berbelanja ke mall, lunch/dinner di restoran, beberapa jenis massage/perawatan yang sangat identik dengan wanita metropolis, dan segala hal yang berhubungan dengan modernisasi kehidupan di sana-sini. Selain itu, penulis juga memasukkan western culture yang sebenarnya aku nggak suka. Yah, seperti yang sudah aku bilang di review Kepada Gema, bahwa aku tidak suka dengan kebiasaan budaya barat yang menyebutkan tentang wanita perokok. Aku jadi berpikir, apakah semua wanita metropolis seperti itu?

Ketiga, permainan konflik di buku ini sangat asyik untuk diikuti. Beberapa adegan berhasil mengaduk emosi pembacanya. Didukung dengan alur maju dan diselingi beberapa flashback,  A Very Yuppy Wedding sangat mudah diikuti dari awal sampai akhir cerita. Kekonsistenan karakter pada tiap tokoh juga ada dalam buku ini. Adjie dan Andrea dengan sifat keras kepala mereka, tak jarang kerap membuat pembaca geram atau kesal. Kadang tidak habis pikir tentang jalan pikiran mereka. Sama-sama mencintai tapi suka saling menyalahkan. Benar-benar rumit konfliknya, tapi memang itu yang disukai pembaca, terutama aku.

Selain kelebihan, ada juga kekurangan, atau mungkin ketidakpuasan yang aku dapatkan dari buku ini. Pertama, keberadaan tokoh Ajeng. Di ending, aku sempat bingung: Ajeng ke mana perginya? Seolah hilang begitu saja. Padahal di awal si Ajeng ini dianggap sebagai batu sandungan dari hubungan Adjie dan Andrea. Kemudian, saat penulis melakukan flashback tentang pertemuan pertama antara Andrea dan Radit, aku kok merasa aneh ya? Iya, aneh aja, baru pertama ketemu, dan di tempat itu pula, tapi Radit udah ngajak dinner dan nembak Andrea saat dinner di hari yang sama dengan pertemuan mereka itu. Jika dipikir secara realita, sangat tidak logis sekali. Kenapa kita bisa memercayai, bahkan mencintai orang yang baru kita kenal dalam waktu kurang dari 24 jam?

Secara keseluruhan, buku ini tergolong buku bagus yang wajib masuk ke dalam koleksi rak kamu. Siapa yang tak kenal Ika Natassa? Coba cek rak buku temanmu, pasti satu atau dua buku atas nama Ika Natassa bertengger di sana. So, kamu pasti nggak mau kalah kan? Selamat membaca!

Terima kasih!

***

“…izinkan aku memperbaiki semuanya, demi kamu. Aku… ya aku tahu dulu kesalahanku banyak, Dre. Tapi aku sudah berubah. Sejahat-jahatnya dulu aku mempermalukan kamu, aku nggak akan pernah lagi membuat kamu menangis seperti sekarang. “
Hlm. 271

“Sebelum aku bertemu Yoko, aku dan dia belumlah manusia utuh. Pernah dengar mitos yang menyatakan bahwa manusia itu dilahirkan hanya separuh jiwa, dan separuhnya lagi ada di langit, di surga, atau di sisi lain jagad raya ini, atau dalam bayangan cermin. Aku dan Yoko adalah dua bagian dari separuh yang telah bersatu.”

-John Lennon-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar