Selasa, 18 Oktober 2016

[Book Review] Sincerely Yours - Tia Widiana



Judul : Sincerely Yours
Penulis : Tia Widiana
Tahun terbit : 2015
Tebal : 246 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel (Amore)
ISBN : 978 – 602 – 03 – 2050 -2


Blurb :

Sebagai penulis novel thriller, orang kerap menyangka isi kepala Inge hanya seputar urusan pembunuhan. Terlebih lagi sikapnya yang pendiam dan lebih banyak mengurung diri di kamar.

Namun di mata Alan, Inge semanis penulis romance. Inge teman yang menyenangkan dalam segala hal. Alan dengan mudah dapat membayangkan Inge menjadi perempuan yang ingin ia nikahi, bukan Ruby… perempuan yang selama ini berstatus kekasih Alan.

Alan mewakili segala yang Inge inginkan dalam hidup. Kecuali satu hal… Inge tidak ingin mengulangi hal yang membuat hatinya terluka bertahun-tahun. Inge tidak mau Alan meninggalkan Ruby demi bersama dirinya.

Sebagai penulis, Inge selalu tahu bagaimana cerita yang ditulisnya akan berakhir. Tapi untuk kali ini, Inge tidak tahu bagaimana akhir kisahnya dengan Alan….

***

“Sebagai penulis misteri, aku sudah mengeluarkan segala pikiran gelapku dalam buku, sehingga tidak ada lagi yang tersisa.”
Hlm. 43

Seorang pekerja sekaligus pemilik Lindung Tentram—sebuah kantor teknisi yang menyediakan jasa pelayanan urusan rumah tangga—yang bernama Alan, sedang tergeletak tak berdaya di sofa rumah Nanda. Adalah Bu Brata penyebabnya. Ketika Alan sedang memperbaiki kabinet dapur di rumah tersebut,tiba-tiba ia mengeluh sakit kepala. Melihat hal demikian, Bu Brata segera sigap dan  memberikan sebuah tabung obat yang diyakini berisi aspirin, tapi rupanya bukan. Tabung obat itu berisi Esilgan. Alhasil, menjadi seperti inilah keadaan Alan sekarang. Kondisinya tak jauh berbeda dengan orang yang banyak menenggak minuman beralkohol. Teler.

Demi menjaga figur sebagai tetangga yang baik, Inge bersedia membantu Nanda dengan membawa Alan ke rumahnya. Setidaknya, saat Bu Brata pulang dari berbelanja nanti, ia tidak bingung mengapa Alan masih berada di rumahnya, dan dengan kondisi yang mengenaskan pula. Sore itu, hingga pagi harinya, Alan tertidur pulas di sofa rumah Inge. Bayangkan, kurang baik apa Inge? Mau menerima orang asing tidur semalam penuh di rumahnya.

Insiden ‘tidur semalam’ itu rupanya mampu mengubah hubungan Inge dan Alan yang awalnya masih merasa asing, menjadi semakin dekat. Berawal dari saling berbagi makanan, bahkan pakaian, Alan bisa dibilang menaruh perhatian tersendiri terhadap Inge. Begitu pula Inge. Lihatlah, betapa ia merasa kesepian setiap kali Alan beranjak pulang dari rumahnya.

Semakin berjalannya waktu, hubungan Alan-Inge tak hanya sebatas makan siang bersama saja, melainkan lebih. Inge bahkan sering kali mengunjungi Alan ke kantornya, yang juga merangkap sebagai rumah. Menghabiskan waktu untuk menulis naskah, bahkan hingga terlarut di sana. Pekerjaannya sebagai penulis novel, memang membuat Inge secara tak sadar banyak menghabiskan waktu untuk tepekur di depan layar komputer dan menulis cerita.

Namun sungguh disayangkan, hal tak terduga justru terjadi saat mereka mulai menemukan kenyamanan. Karena tidak memiliki antisipasi apa pun, Inge bingung harus berbuat apa ketika seorang wanita cantik hadir dalam hubungan keduanya. Dialah Ruby. Seorang pengacara cantik, pandai, dan berpenampilan menarik yang rupanya masih berstatus sebagai kekasih Ruby.

Akankah kisah Alan dan Inge akan berakhir dengan indah sesuai harapan? Atau justru seperti novel-novel thriller yang Inge tulis, yang selalu berakhir kejam dan menyakitkan?

***

“Aku hampir lupa betapa menyenangkannya berada di dekatmu.”
Hlm. 94

“Hidup terlalu pendek kalau hanya dihabiskan untuk menderita dan menyesal. Apa salah mengejar kebahagiaan?
Hlm. 166

Sebagai seorang penulis yang berhasil mempublikasikan karyanya lewat sebuah lomba, Tia Widiani bisa dibilang memiliki writing skill yang cukup bagus. Sincerely Yours, buku tulisannya yang berlabel ‘AMORE’ terbitan Gramedia ini bisa dibilang tidak kalah saing dengan novel berlabel sama lainnya, terutama dari segi cerita.

Novel Sincerely Yours mengangkat kehidupan tokoh utamanya—Inge—yang berprofesi sebagai seorang penulis. Namun aku rasa, kenyataan ini tidak terlalu diperkuat oleh Kak Tia Widiana. Dengan ketebalan hampir mencapai 250 halaman, bisa dibilang Sincerely Yours hanya terfokus pada dua konflik utamanya, yaitu mengenai Ibu Inge dan kisah cinta Inge bersama Alan. Sisi profesi dari tokoh utamanya (penulis) hanya dapat aku nikmati sekilas saja tanpa detil yang lebih lanjut. Lebih tepatnya ketika memasuki pertengahan sampai akhir cerita. Bahkan pada bab-bab awal aku sempat dibuat tidak ingat bahwa Inge ini adalah seorang penulis. Namun, aku seolah tersadar dan kembali mulai menyesuaikan jalan ceritanya ketika memasuki pertengahan. Beberapa rutinitas kepenulisan mulai dimasukkan ke dalam cerita. Mulai dari macam-macam/tipe penulis, percakapan singkat Inge dengan editornya, dan kegiatan menulisnya itu sendiri. Selebihnya, aku rasa baik Inge, mau pun tokoh yang lain lebih banyak menyinggung tentang buku-buku penulis lain. Seperti halnya  Ika Natassa yang sempat menjadi topik obrolan antara Inge dan Ghani.

Selain itu, aku sempat merasa tertipu dengan prolog-nya, yang bercerita tentang kasus pembunuhan. Saat mulai membandingkan prolog dengan sinopsis bukunya, aku tak menemukan sedikit pun kecocokan dari keduanya. Bagaimana mungkin kasus pembunuhan bisa memiliki keterkaitan dengan kisah hidup Inge? Namun, begitu aku mulai membaca bukunya, aku seolah tersadarkan bahwa prolog tersebut merupakan cuplikan singkat novel thriller yang Inge tulis. Saat mengetahuinya, aku pun sempat merutuki diriku sendiri karena terlalu mengabaikan kalimat pembuka di sinopsisnya yang bertulis: Sebagai penulis novel thriller, orang kerap menyangka isi kepala Inge hanya seputar urusan pembunuhan. Dari situ, aku mulai paham dan tidak mempertanyakan lagi keterkaitan antara isi cerita dan prolognya. Jadi buat teman-teman yang baca buku ini, jangan bingung dulu kenapa prolognya tidak sesuai dengan segi ceritanya, ya.

Kemudian, meski mengangkat dua konflik utama yang berbeda, namun hal tersebut tidak membuat alur buku ini terasa berat dan ruwat. Konflik Inge dengan Ibu kandungnya, berhasil mengungkap betapa kelamnya hidup Inge di masa kecil, bahkan sampai ia beranjak dewasa. Hal ini pun bisa terlihat ketika Inge sudah dewasa, hidup dengan menjadi seorang penulis, dan memiliki rumah sendiri, Kondisi rumahnya yang diceritakan tidak begitu tertata rapi, dan seakan tidak terlalu diurus, begitu mencerminkan bagaimana dulunya ia juga tidak mendapat perhatian dari Ibunya. Juga novel-novelnya yang selalu bercerita tentang sesuatu yang menyeramkan, turut menunjukkan bagaimana ia tidak mendapat sesuatu yang bersifat membahagiakan, seperti halnya kasih sayang.

Kemudian, konflik berikutnya yang bercerita tentang hubungannya dengan Alan, semakin mengundang rasa penasaran pembaca dengan bagaimana cerita ini akan berakhir. Kehadiran Ruby dan Meta pun berhasil memainkan perannya dengan baik sehingga konfliknya tidak terkesan datar dan hambar. Lalu, kehadiran tokoh lain seperti Ghani rupanya tidak hanya sebagai angin lalu saja, melainkan juga berhasil menjadi salah satu pendorong bagi Inge untuk menyelesaikan konfliknya. Pun dengan tokoh Hera—editor Inge—yang sama-sama memudahkan Inge untuk menemui jalan keluar dari permasalahannya.

Selain itu, latar distrik bisnis dan kompleks perumahan di buku ini berhasil digambarkan dengan cukup baik. Beberapa detilnya, seperti kompleks perumahan yang umumnya dihuni oleh pasangan berusia lanjut, gaya rumah yang cenderung sama, dan area pertokoan/kios yang selalu berjejer di sepanjang  jalan. Namun sayangnya, Gunung Pancar yang sebenarnya menjadi background utama dari semua pemandangan tadi, tidak terlalu ditonjolkan. Sebenarnya, kalau saja hal yang satu ini ditonjolkan, pasti akan menambah kesan asri di wilayah yang cenderung termakan modernisasi ini. Selain itu, awal pertemuan dan hubungan Alan-Inge bisa dibilang cukup unik juga konyol. Dari sekadar memberikan tumpangan tidur, sampai menjalin kedekatan. Ada pula satu-dua jokes yang cukup menghibur di beberapa kutipan dialog maupun narasinya, yang semakin memperkuat bahwa cerita di buku ini sangat ringan untuk dibaca.

Beberapa kejadian kurang logis sempat aku rasakan di novel ini. Seperti halnya karakter Meta yang kerap kali berubah. Pada satu adegan, lewat dialog antar tokoh, dijelaskan sekali bahwa Meta tidak lagi memiliki kecemburuan saat Alan menjelaskan padanya bahwa ia sudah memiliki seseorang. Namun keadaan seketika berubah saat ia melihat kebersamaan Inge dan Alan, Meta tidak ingin melepaskan pria itu. Tak selang berapa lama, di satu hari yang sama, Meta terlihat begitu ikhlas membiarkan Alan bersama Inge. Ewh, aku rasa karakter Meta ini perlu dipertegas kembali agar pembaca (termasuk aku) tidak mempermasalahkan hal ini lagi.

Nah, itu tadi adalah resensi singkat dariku untuk buku Sincerely Yours karangan Tia Widiana. Bagi kalian pecinta novel ‘amore’, sangat disayangkan sekali jika melewatkan buku ini. Dan bagi yang sudah punya bukunya, selamat membaca, ya!

Terima kasih!

***

“Bagaimanapun, sulit menyayangi orang lain kalau kau masih membenci dirimu sendiri.”
Hlm. 115

“Hanya karena berjauhan, tidak berarti dia melupakanmu. Distances make the heart grows fonder.”
Hlm. 161


2 komentar:

  1. Ini yang saya maksud, banyak novel yang mengangkat profesi penulis yang tidak membeberkan proses melahirkan bukunya, seakan-akan hanya tempelan saja. Sayang sekali bukan, padahal pembaca bisa belajar menulis dari situ. Hehehe. Tapi, kayaknya seru mengikuti konflik mengenai orang ketiga itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, sayang banget kan? Tapi terlepas dari itu, buku ini ceritanya bagus kok, Mas. Sebagai orang yang baru pertama baca amore, buku ini jelas ga ngecewain :D

      Hapus