Judul: ARTERIO Penulis: Sangaji Munkian Tahun terbit: 2017 Tebal: 405 hlm Penerbit: BITREAD Publishing Kategori: Novel Fantasy |
Blurb:
Seseorang yang menekuni bidang medis umumnya
berperangai ramah, penyabar dan punya kepedulian yang tinggi untuk menolong
mereka yang terluka, tetapi itu tidak berlaku bagi Zag Waringga, dia tipikal
pemarah, emosian juga pendendam, alih-alih menciptakan ramuan yang menyembuhkan
dia malah menciptakan racun paling mematikan. Lain halnya dengan Nawacita, dia
adalah sosok yang begitu perhatian, penuh belas kasihan namun kelampau naif,
padahal dia memiliki potensi istimewa yang selangka bintang jatuh, yakni
merasakan detak jantung beserta aliran darah secara terperinci.
Arteri(o) akan mendenyutkan sebuah kisah yang
berangkat dari pertanyaan : apakah tempat yang kini kau tempati sudah tepat?
Bagaimana jika itu tidak sesuai dengan karakter dan tujuan hidupmu? Apakah petuah di mana pun kau ditempatkan Tuhan selalu punya alasan, perlu direvisi?
Bagaimana jika itu tidak sesuai dengan karakter dan tujuan hidupmu? Apakah petuah di mana pun kau ditempatkan Tuhan selalu punya alasan, perlu direvisi?
Arteri(o) sebagai pembuluh yang mengalirkan
darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh, akan mengajakmu ke dunia yang lain
dari pada yang lain, kisah yang meletupkan fantasi, aksi, konspirasi juga tentu
saja romansa yang tepat menghujam jantungmu.
"Aku ingin menjadi arteri sang pembuluh, yang bersama degup terjujurmu mengarungi setiap ruas jaringan tanpa sekalipun berpikir melewatkan"
"Aku ingin menjadi arteri sang pembuluh, yang bersama degup terjujurmu mengarungi setiap ruas jaringan tanpa sekalipun berpikir melewatkan"
***
Zag
Waringga sedang berada di aula Akademi Arterio saat terdengar sebuah dentuman
keras dari ujung Kota Purwa. Dentuman keras yang tidak diketahui darimana
asalnya itu seketika membuat langit mendadak berubah menjadi ungu. Rumor
mengatakan bahwa ada musuh yang ingin menyerang negeri. Mereka adalah Para
Jaharu, kaum bar-bar yang suka merampas kota dan menghancurkan peradabannya
untuk dikuasai.
Tapi,
tunggu. Bukankah itu semua hanya rumor? Para Jaharu sudah tidak pernah terlihat
sejak lama. Itu hanya rumor, kabar burung. Jadi tidak ada yang perlu
dikawatirkan.
Namun
Zag Waringga, remaja 18 tahun yang terkenal ‘berbeda’ ini, percaya bahwa Para
Jaharu jahanam itu akan kembali. Zag menyimpan dendam kesumat pada Kaum Jaharu.
Ayahnya, yang seorang Zewira, mati ditangan pemimpin Jaharu, Joe Ozlem, 13
tahun yang lalu.
Zag
kecewa harus masuk Arterio. Dia ingin masuk Zewira, seperti ayahnya. Menjadi
pahlawan perang. Dia tidak ingin jadi penyembuh, dia ingin membunuh. Membunuh
Joe Ozlem dan Para Jaharu. Di saat teman-temannya yang lain sedang sibuk
meracik ramuan penyembuh, namun beda dengan Zag. Ia sibuk dengan ramuan-ramuan
mematikan seperti peningkat rabun mata, pelemah jantung, dan ramuan tidak wajar
lainnya.
Memang,
apa yang selalu nampak di mata tidak akan selalu sama dengan apa yang terjadi
sesungguhnya. Karena, hal yang sesungguhnya selalu tak kasat mata. Sama halnya
dengan Zag. Titelnya sebagai murid Akademi Arterio hanyalah alibi yang ia
gunakan untuk merahasiakan misinya yang rupanya bukan sebagai seorang
penyembuh, melainkan pembunuh…
***
Ini
adalah kali kedua aku membaca buku yang ditulis oleh Mas Sangaji Munkian.
Sebenarnya, sudah cukup lama aku menantikan buku kedua dari penulis ini,
setelah sudah sekitar dua tahun lalu ia memulai debut kepenulisannya lewat
novel MANEKEN. Sempat pula diberi bocoran dari penulis tentang novel keduanya
ini. Cukup terkejut sebenarnya. Novel ini bisa dibilang dua kali lebih tebal
dari buku pertama. Dengan padatnya kesibukan penulis sebagai seorang Banker,
ini bisa dibilang prestasi yang luar biasa. Dan itulah alasan kenapa jarak waktu
terbit antara buku pertama dengan buku kedua ini cukup lama. Everyone knows, job is the main one.
Jika
ditilik dari segi tema, ARTERIO ini bisa dibilang cukup sama dengan novel
MANEKEN. Masih seputar dunia fantasy. Hanya saja, aku merasa unsur fantasy yang
ada di buku ini dikemas lebih ‘ekstrim’ dan ‘masuk’ dengan genre aku. Bukan
berarti aku menyukai genre fantasy. Kalian tahu lah, fantasy terkadang
membuatku ‘gagal paham’ karena imajinasi yang sungguh di luar batas anganku,
hahaha. That’s why I always try to avoid
that kind of genre. Tapi aku tidak menemukan kesulitan demikian di buku
ini.
Pertama,
aku sangat suka dengan penokohan dan karakter Zag. Sosoknya yang dingin, dan
berbeda, berhasil menjadikannya sebagai tokoh dengan karakter yang sangat kuat
di sepanjang cerita. Terlebih, dengan perangainya yang dipenuhi kesumat dendam,
membuatku berekspektasi lebih sepanjang cerita. Aku, yang notabene penggemar
thriller dan cerita semacam itu, seketika merasa relate dengan alur ceritanya. Terlebih, penulis juga menyuguhkan
beberapa adegan action yang cukup
berdarah-darah. Sungguh, novel ini tidak mencederai ekspektasiku.
Kemudian,
dunia fantasy yang dibangun oleh penulis terasa sangat visual saat kita
membacanya. Kita tahu bahwa, salah satu kesulitan yang dialami penulis saat
menulis cerita adalah bagaimana menyampaikan cerita itu kepada pembaca. Tidak hanya
tentang bagaimana alur/kronologi ceritanya, tapi juga unsur-unsur lain di
dalamnya seperti ‘panggung utama’ ceritanya. Terlebih lagi ini fantasy. Dunia
khayalan. Dunia imajinasi. Dunia yang otak kita ciptakan sendiri berdasarkan
cerita dari orang lain/tulisan yang kita baca. Singkatnya, yang tidak pernah
kita lihat oleh mata secara langsung. Namun, dengan didukung oleh penggunaan
dan pemilihan kata yang tepat, juga dengan teknik penyampaian yang ‘tidak lebay’,
membuat ARTERIO ini mudah dipahami, terutama bagi pembaca pemula genre fantasy.
Berbicara
soal penggunaan dan pemilihan kata/diksi, Mas Sangaji did something very good di novelnya ini. Kata-katanya manis,
merangkai menjadi kalimat yang indah, namun tidak lebay. Cukup puitis, tapi
tidak bikin ngantuk. Tipikal novel yang sangat cocok dibaca oleh para perempuan
yang suka mencari kata-kata manis untuk di-publish
ke media sosial, hehe. Aku rasa, kemampuan menulis Mas Sangaji semakin
berkembang lebih baik jika dibanding sebelumnya. Who’s wanna be like him?
Lalu,
dengan membaca novel ini, aku dibuat berpikir ulang tentang pekerjaan dokter.
Yah, tanpa disadari atau tidak, buku ini mungkin akan membuat banyak orang
berpikir; apakah di luar sana, orang-orang yang sedang menempuh pendidikan di
dunia medis, terutama yang fokus di profesi dokter, ada yang memiliki perangai
sama dengan Zag? Sungguh, meski buku ini fantasy, namun uniknya aku justru
mencoba untuk membawa ceritanya ke dalam kehidupan nyata. Sangat menarik.
Satu
hal lagi yang perlu diacungi jempol adalah twist
yang diselipkan di beberapa halaman terakhir. Saat cerita berakhir pada
bagian Zag dan Nawacita menuntaskan misinya, aku pikir jika memang itulah akhir
ceritanya. Lalu, kehidupan akan berjalan biasa tanpa memungkinkan adanya
konflik lain yang muncul setelahnya. Namun rupanya aku harus dibuat takjub
(lagi dan lagi) karena novel ini menyimpan letupan twist yang sangat tidak diduga-duga. It was great!
And overall, this book deserves
to get 4 stars!
***
Halo,
guys! Seperti yang sudah kalian ketahui sebelumnya. Bersamaan dengan BlogTour
ini, akan ada juga Giveaway yang akan segera aku buka. Sedikit bocoran saja,
untuk di blogku sendiri, selain salah satu dari kalian akan mendapat 1 EKS
NOVEL ARTERIO gratis dari penulis, aku juga akan membagikan satu hadiah
menarik untuk satu orang beruntung lainnya. Jadi, total akan ada dua pemenang
terpilih. Menarik, bukan?
Lantas,
seperti apa caranya, dan apa hadiahnya?
Cek selengkapnya di bawah ini! 👇
Novel pertamanya yang Maneken belum baca. Jadi tidak tahu semenarik apa buku keduanya ini. Dan kenapa diterbitkan oleh penerbit yang sepertinya masih minor? Oh ya kovernya menurut saya tidak menarik karena gabungan gambar dan tulisannya belum pas. Mungkin buku berikutnya akan lebih diperhatikan pemilihan kovernya
BalasHapusHai Adin salam kenal, terima kasih sudah membaca review dari Mas Bintang.
HapusKita memang tidak akan tahu semenarik apa suatu buku bila tidak menyelaminya sendiri, sebab kesan dari sebuah buku lahir ketika kita tuntas membacanya. Oh ya, menyoal penerbit untuk Arterio, saya ingin punya keleluasaan dalam menulisnya, dan lagi genre yang saya hadirkan cukup asing bagi para yang mana penerbit mayo kerap berpatokan dengan keinginan pasar, sementara saya ingin menulis karya ini dengan jujur sehingga penerbit ini saya pilih. Mengenai desain cover semua memang menyengaja, ada filosofi tertentu.