Minggu, 15 April 2018

[Book Review] BINTANG - Tere Liye





Judul : BINTANG

Penulis : Tere Liye

Cetakan : Pertama

Tahun terbit : 2017

 Tebal : 392 hlm

Pnerbit : Gramedia Pustaka Utama

Kategori : Novel Fantasy

ISBN : 9786020351179


Blurb:

Kami bertiga teman baik. Remaja, murid kelas sebelas. Penampilan kami sama seperti murid SMA lainnya. Tapi kami menyimpan rahasia besar.

Namaku Raib, aku bisa menghilang. Seli, teman semejaku, bisa mengeluarkan petir dari telapak tangannya. Dan Ali, si biang kerok sekaligus si jenius, bisa berubah menjadi beruang raksasa. Kami kemudian bertualang ke dunia parallel yang tidak diketahui banyak orang, yang disebut Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari, dan Klan Bintang. Kami bertemu tokoh-tokoh hebat. Penduduk klan lain.

Ini petualangan keempat kami. Setelah tiga kali berhasil menyelamatkan dunia parallel dari kehancuran besar, kami harus menyaksikan bahwa kamilah yang melepaskan “musuh besar” –nya.

Ini ternyata bukan akhir dari petualangan, ini justru awal dari semuanya…
Buku keempat dari serial ‘BUMI’

***


Setelah kembali dari Klan Bintang, ketiga bersahabat—Ra, Ali, dan Seli—membawa kabar buruk bagi penduduk di seluruh klan. Di dalam pertemuan yang dihadiri oleh banyak tokoh penting dari Klan Bulan dan juga Klan Matahari, ketiganya segera menyampaikan kabar buruk yang mereka bawa dari hasil petualangan mereka di Klan Bintang tersebut.

Sekretaris Dewan Kota ingin meruntuhkan salah satu pasak bumi. Beberapa tahun belakangan, Sekretaris Dewan Kota sengaja menyumbat aliran pasak bumi yang berisi magma panas agar tidak meletus secara bertahap, dan rencananya akan diletuskan dalam sekali letusan besar saat semua magma sudah  terkumpul. Itulah rencananya. Dengan begitu, kehidupan di semua klan akan hancur, dan hanya akan menyisakan Kota Zaramaraz. Para pemilik kekuatan pun dipastikan akan musnah—seperti yang diinginkannya selama ini.

Berangkat dari tujuan ingin menggagalkan rencana Sekretaris Dewan Kota, dan menyelamatkan kehidupan antarklan, maka tibalah Ra, Ali, Seli, Miss Selena, dan beberapa pasukan dari Klan Bulan juga Klan Matahari, di hari di mana mereka akan memulai petualangan menuju tempat peradaban Klan Bintang yang berada di perut bumi. Dengan dibekali pengalaman dan keahlian yang telah teruji di medan tempur, kelengkapan persenjataan, juga susunan strategi yang cukup cerdas, mereka yakin akan memenangkan misi perjalanan kali ini.

Namun sayangnya, petualangan mereka kali ini justru membawa masalah yang jauh lebih besar…

***

It is such an important thing to say at the very beginning that , I love this book title, hahaha. BINTANG, it is very representative my name, of course. That’s why I love it. And I have waited to read this book since long time ago. Dan yah, Alhamdulillah kesampaian juga sekarang. Meski aku harus rela membaca-baca ulang review yang pernah aku tulis tentang ketiga buku sebelumnya—Bumi, Bulan, Matahari—dan mengingat-ingat bagaimana jalan ceritanya, pun tokoh-tokohnya—yang mana tokohnya cukup banyak dan alhasil aku memutuskan untuk langsung saja membaca BINTANG ini daripada harus berpusing dulu mengingat tokoh-tokohnya. Toh, di buku BINTANG ini ceritanya juga cukup informatif. Informatif dalam artian, penulis kembali mengingatkan(?) tokoh-tokoh atau mungkin kepingan kejadian yang pernah ada di buku sebelumnya. And, it was very helpful.

Bagaimana kesan seorang pembaca terhadap sebuah buku baru bisa dirasakan saat selesai membacanya. Tapi tidak untukku kali ini. Baik, terus terang saja. Pertama, aku tidak begitu bisa merasakan aroma adrenalin dan nuansa adventure yang ada di buku ini. Rasanya, semua berjalan biasa saja tanpa ada rasa ketertarikan secara emosional yang kuat. Tidak seperti buku sebelumnya, terutama BULAN. I love that book at all. Bahkan aku merasakan ‘kejanggalan’ itu sejak di pertengahan buku.

Apa mungkin ketiga tokoh utamanya—Ra, Ali, dan Seli—tidak terlalu mengeskplor kekuatan yang ada dalam diri mereka? Aku rasa, tidak juga. Meski fighting scenes di buku ini terbilang dominan, tapi aku merasa apa yang pernah aku rasakan saat membaca buku sebelumnya tidak sama kuatnya saat membaca BINTANG. Kurasa tidak ada scene yang bisa bikin aku misuh-misuh, greget sendiri, atau bahkan ikut simpatik secara emosional dengan jalan ceritanya. Aku rasa ini hanya masalah selera. Inilah realita pembaca yang suka berekpektasi lebih. But overall, Tere Liye did so well for this book.  

Kedua, penggunaan PoV1 yang salah di beberapa bagian. Aku menemukan ini dua kali selama membaca buku-buku Tere Liye. Pertama, di novel PULANG. Dan kedua, di novel ini. Aku tidak tahu, apakah ini memang missed atau gimana, tapi aku yakin ini sebuah kesalahan. Tapi bagaimana mungkin editor juga melewatkannya? Apakah ini memang disengaja? Di sini, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dari tokoh Raib. Otomatis, si pencerita di novel tentu adalah Ra—berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh Ra sendiri. Tapi aku menemukan kejanggalan di beberapa halaman, sebut saja halaman 57 dan 242.

Kita ambil salah satunya di halaman 242. Di bagian itu, Ra yang masih berada di dalam mulut lorong, seolah bisa mengetahui apa yang terjadi ruangan yang ada di depannya. Keberadaan kamera terbang milik Klan Bintang bisa diketahui Ra, saat ia masih berada di dalam kapsul, dan bahkan sebelum kamera pengintai milik Ali mendeteksinya. Hmm, does it make sense?

Selebihnya, novel ini tentu saja bagus. Jika kita bicara tentang kelebihan-kelebihan novel Tere Liye, sepertinya tidak akan ada habisnya ya, hehe. Selain menghibur, novel ini juga memiliki sisi informatif yang dihadirkan lewat sekilas kehidupan ikan paru-paru atau lungfish yang memiliki ‘cara hidup’ luar biasa. Selain itu, jika ditanya, apakah kita bisa membaca novel ini tanpa membaca ketiga novel yang sebelumnya? I say, bisa jadi. Kalau pun kalian hanya membaca novel ini, kalian akan tetap tahu dan paham jalan ceritanya. I mean, kalian tetap akan bisa mengikuti apa yang hendak tokoh-tokohnya lakukan sepanjang cerita. Namun di satu sisi, kalian tidak akan tahu menahu tentang awal petualangan mereka, yang mana itu sangat berkaitan erat dan menjadi jalinan cerita yang tidak bisa terpisahkan. Singkatnya, seperti sebab tanpa akibat.

Overall, novel ini sangat rekomen untuk kalian yang sudah membaca Bumi, Bulan, dan Matahari tentunya. Dan untuk para pembaca pemula di genre fantasy, ini baik untuk kalian. Percayalah.

Cerita berlanjut ke buku kelima, KOMET.

Let’s go trough them till the end, guys!!!

3 komentar:

  1. Bintang, saya belum baca series Tere Liye yang ini. Soalnya masih ragu dengan pilihan jalan cerita fantasi. Selama ini saya menikmati cerita beliau yang kebanyakan drama murni. Tapi, mungkin harus dipaksakan agar tahu seberapa baik Tere Liye mengeksplorasi kemampuan menulisnya di luar drama murni. Hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin jika dilihat secara kasaran, fantasinya tere liye memang terkesan rada aneh atau ga nyambung gitu ya. Tapi baca aja, ini baguss kok. Bener2 nunjukkin kalau beliau multitalent

      Hapus