Judul : BINTANG Penulis : Tere Liye Cetakan : Pertama Tahun terbit : 2017 Tebal : 392 hlm Pnerbit : Gramedia Pustaka Utama Kategori : Novel Fantasy ISBN : 9786020351179 |
Blurb:
Kami
bertiga teman baik. Remaja, murid kelas sebelas. Penampilan kami sama seperti
murid SMA lainnya. Tapi kami menyimpan rahasia besar.
Namaku
Raib, aku bisa menghilang. Seli, teman semejaku, bisa mengeluarkan petir dari
telapak tangannya. Dan Ali, si biang kerok sekaligus si jenius, bisa berubah
menjadi beruang raksasa. Kami kemudian bertualang ke dunia parallel yang tidak
diketahui banyak orang, yang disebut Klan Bumi, Klan Bulan, Klan Matahari, dan
Klan Bintang. Kami bertemu tokoh-tokoh hebat. Penduduk klan lain.
Ini
petualangan keempat kami. Setelah tiga kali berhasil menyelamatkan dunia
parallel dari kehancuran besar, kami harus menyaksikan bahwa kamilah yang
melepaskan “musuh besar” –nya.
Ini
ternyata bukan akhir dari petualangan, ini justru awal dari semuanya…
Buku keempat dari serial ‘BUMI’
***
Setelah
kembali dari Klan Bintang, ketiga bersahabat—Ra, Ali, dan Seli—membawa kabar
buruk bagi penduduk di seluruh klan. Di dalam pertemuan yang dihadiri oleh banyak
tokoh penting dari Klan Bulan dan juga Klan Matahari, ketiganya segera menyampaikan
kabar buruk yang mereka bawa dari hasil petualangan mereka di Klan Bintang
tersebut.
Sekretaris
Dewan Kota ingin meruntuhkan salah satu pasak bumi. Beberapa tahun belakangan,
Sekretaris Dewan Kota sengaja menyumbat aliran pasak bumi yang berisi magma
panas agar tidak meletus secara bertahap, dan rencananya akan diletuskan dalam
sekali letusan besar saat semua magma sudah
terkumpul. Itulah rencananya. Dengan begitu, kehidupan di semua klan
akan hancur, dan hanya akan menyisakan Kota Zaramaraz. Para pemilik kekuatan
pun dipastikan akan musnah—seperti yang diinginkannya selama ini.
Berangkat
dari tujuan ingin menggagalkan rencana Sekretaris Dewan Kota, dan menyelamatkan
kehidupan antarklan, maka tibalah Ra, Ali, Seli, Miss Selena, dan beberapa
pasukan dari Klan Bulan juga Klan Matahari, di hari di mana mereka akan memulai
petualangan menuju tempat peradaban Klan Bintang yang berada di perut bumi.
Dengan dibekali pengalaman dan keahlian yang telah teruji di medan tempur,
kelengkapan persenjataan, juga susunan strategi yang cukup cerdas, mereka yakin
akan memenangkan misi perjalanan kali ini.
Namun
sayangnya, petualangan mereka kali ini justru membawa masalah yang jauh lebih
besar…
***
It is such an important thing to say at the
very beginning that , I love this book title, hahaha. BINTANG, it is very representative my name, of
course. That’s why I love it. And I have waited to read this book since long
time ago. Dan yah, Alhamdulillah kesampaian juga sekarang. Meski aku harus
rela membaca-baca ulang review yang pernah aku tulis tentang ketiga buku
sebelumnya—Bumi, Bulan, Matahari—dan mengingat-ingat bagaimana jalan ceritanya,
pun tokoh-tokohnya—yang mana tokohnya cukup banyak dan alhasil aku memutuskan
untuk langsung saja membaca BINTANG ini daripada harus berpusing dulu mengingat
tokoh-tokohnya. Toh, di buku BINTANG ini ceritanya juga cukup informatif.
Informatif dalam artian, penulis kembali mengingatkan(?)
tokoh-tokoh atau mungkin kepingan kejadian yang pernah ada di buku sebelumnya. And, it was very helpful.
Bagaimana
kesan seorang pembaca terhadap sebuah buku baru bisa dirasakan saat selesai
membacanya. Tapi tidak untukku kali ini. Baik, terus terang saja. Pertama, aku
tidak begitu bisa merasakan aroma adrenalin dan nuansa adventure yang ada di buku ini. Rasanya, semua berjalan biasa saja
tanpa ada rasa ketertarikan secara emosional yang kuat. Tidak seperti buku
sebelumnya, terutama BULAN. I love that
book at all. Bahkan aku merasakan ‘kejanggalan’ itu sejak di pertengahan
buku.
Apa
mungkin ketiga tokoh utamanya—Ra, Ali, dan Seli—tidak terlalu mengeskplor
kekuatan yang ada dalam diri mereka? Aku rasa, tidak juga. Meski fighting scenes di buku ini terbilang
dominan, tapi aku merasa apa yang pernah aku rasakan saat membaca buku
sebelumnya tidak sama kuatnya saat membaca BINTANG. Kurasa tidak ada scene yang bisa bikin aku misuh-misuh,
greget sendiri, atau bahkan ikut simpatik secara emosional dengan jalan
ceritanya. Aku rasa ini hanya masalah selera. Inilah realita pembaca yang suka
berekpektasi lebih. But overall, Tere
Liye did so well for this book.
Kedua,
penggunaan PoV1 yang salah di beberapa bagian. Aku menemukan ini dua kali
selama membaca buku-buku Tere Liye. Pertama, di novel PULANG. Dan kedua, di
novel ini. Aku tidak tahu, apakah ini memang missed atau gimana, tapi aku yakin ini sebuah kesalahan. Tapi
bagaimana mungkin editor juga melewatkannya? Apakah ini memang disengaja? Di
sini, penulis menggunakan sudut pandang orang pertama dari tokoh Raib.
Otomatis, si pencerita di novel tentu adalah Ra—berdasarkan apa yang dilihat,
didengar, dan dirasakan oleh Ra sendiri. Tapi aku menemukan kejanggalan di
beberapa halaman, sebut saja halaman 57 dan 242.
Kita
ambil salah satunya di halaman 242. Di bagian itu, Ra yang masih berada di
dalam mulut lorong, seolah bisa mengetahui apa yang terjadi ruangan yang ada di
depannya. Keberadaan kamera terbang milik Klan Bintang bisa diketahui Ra, saat
ia masih berada di dalam kapsul, dan bahkan sebelum kamera pengintai milik Ali
mendeteksinya. Hmm, does it make sense?
Selebihnya,
novel ini tentu saja bagus. Jika kita bicara tentang kelebihan-kelebihan novel
Tere Liye, sepertinya tidak akan ada habisnya ya, hehe. Selain menghibur, novel
ini juga memiliki sisi informatif yang dihadirkan lewat sekilas kehidupan ikan
paru-paru atau lungfish yang memiliki
‘cara hidup’ luar biasa. Selain itu, jika ditanya, apakah kita bisa membaca
novel ini tanpa membaca ketiga novel yang sebelumnya? I say, bisa jadi. Kalau pun kalian hanya membaca novel ini, kalian
akan tetap tahu dan paham jalan ceritanya. I
mean, kalian tetap akan bisa mengikuti apa yang hendak tokoh-tokohnya
lakukan sepanjang cerita. Namun di satu sisi, kalian tidak akan tahu menahu
tentang awal petualangan mereka, yang mana itu sangat berkaitan erat dan
menjadi jalinan cerita yang tidak bisa terpisahkan. Singkatnya, seperti sebab
tanpa akibat.
Overall,
novel ini sangat rekomen untuk kalian yang sudah membaca Bumi, Bulan, dan
Matahari tentunya. Dan untuk para pembaca pemula di genre fantasy, ini baik
untuk kalian. Percayalah.
Cerita
berlanjut ke buku kelima, KOMET.
Let’s go trough them till the
end, guys!!!
Bintang, saya belum baca series Tere Liye yang ini. Soalnya masih ragu dengan pilihan jalan cerita fantasi. Selama ini saya menikmati cerita beliau yang kebanyakan drama murni. Tapi, mungkin harus dipaksakan agar tahu seberapa baik Tere Liye mengeksplorasi kemampuan menulisnya di luar drama murni. Hehe
BalasHapusMungkin jika dilihat secara kasaran, fantasinya tere liye memang terkesan rada aneh atau ga nyambung gitu ya. Tapi baca aja, ini baguss kok. Bener2 nunjukkin kalau beliau multitalent
Hapusok punya
BalasHapus