Judul : Holy Mother
Penulis : Akiyoshi Rikako
Tahun terbit : 2016
Tebal : 284 hlm
Penerbit : Haru
Kategori : J-Lit
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 96 – 3
|
Blurb:
Terjadi pembunuhan mengerikan terhadap seorang
anak laki-laki di kota tempat Honami tinggal. Korban bahkan diperkosa setelah
dibunuh.
Berita itu membuat Honami mengkhawatirkan keselamatan putri satu-satunya yang dia miliki. Pihak kepolisian bahkan tidak bisa dia percayai.
Apa yang akan dia lakukan untuk melindungi putri tunggalnya itu?
Berita itu membuat Honami mengkhawatirkan keselamatan putri satu-satunya yang dia miliki. Pihak kepolisian bahkan tidak bisa dia percayai.
Apa yang akan dia lakukan untuk melindungi putri tunggalnya itu?
***
Sebuah
pembunuhan sadis terjadi di kota tempat Honami tinggal. Korbannya adalah anak
laki-laki. Ironisnya, saat ditemukan pertama kali, kondisi mayat dari anak
laki-laki itu sangat mengenaskan. Telanjang, dan alat kelaminnya terpotong. Namun
anehnya, si pembunuh tidak meninggalkan jejak apa pun di tubuh korban. Hal ini
membuat tim forensik kesusahan untuk mengungkap siapa pembunuhnya.
Honami,
seorang Ibu muda dari putri cantik bernama Kaoru, merasa khawatir akan
keselamatan anak tunggalnya itu. Terlebih, tak lama setelah itu, muncul lagi
korban berikutnya. Tidak berbeda jauh. Seorang anak laki-laki dengan kelamin
terpotong, dan yang mengejutkan, kesepuluh jari tangannya juga ikut terpotong.
Melihat
kondisi yang kian mengkhawatirkan, Honami berkali-kali menghubungi kepolisian untuk
memastikan apakah pembunuh itu sudah berhasil ditemukan atau belum. Namun, karena
usaha dari tim kepolisian tidak juga membuahkan hasil, maka Honami berniat
untuk mencari sendiri siapa pembunuhnya. Hal itu ia lakukan semata-mata untuk
melindungi putri semata wayangnya.
Apakah
Honami akan berhasil, atau mungkin anaknya lah yang akan menjadi korban
berikutnya?
***
Holy
Mother adalah buku ketiga dari Akiyoshi yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia. Namun, aku membaca buku ini setelah Scheduled Suicide
Day—jadi bisa dibilang ini menjadi buku keempat dari penulis yang kubaca.
Mengekori
kesuksesan dari dua buku sebelumnya, Holy Mother hadir dengan cerita yang tidak
jauh berbeda. Pembunuhan. Yang membedakan di sini adalah, tokoh dan lingkungan
yang dihadirkan bukan lagi seputar remaja atau sekolah, yang mana selama ini
menjadi ciri khas penulis.
Dengan
menghadirkan tokoh dan gaya bercerita yang dewasa, Holy Mother rupanya tetap
tidak bisa lepas dari identitas Akiyoshi Rikako yang nyentrik. Mengundang
penasaran, memancing dugaan-dugaan, dan bahkan meledakkan tamparan-tamparan,
yang akhirnya menimbulkan banyak umpatan, hahaha.
Sebelumnya,
tentu aku sudah cukup sering mendengar gaung dari novel satu ini di kalangan
pecinta buku, terutama dari goodreads.
Uraian yang positif dan penuh pujian membuatku kembali berekspektasi tinggi
setelah sebelumnya sempat merasa down
grade dengan SSD—Scheduled Suicide Day.
Seperti
halnya novel thriller pada umumnya, satu permasalahan utama yang membuat
pembaca menekuni ceritanya sampai akhir adalah untuk mencari tahu tentang siapa
pembunuhnya. Kedua, atas motif atau dasar apa dia melakukan itu. Namun—aku tidak
tahu ini bisa disebut sebagai kabar baik atau buruk—di buku ini, kita akan
diberitahu tentang siapa pembunuhnya sejak awal cerita.
Tapi
aku sudah cukup tahu bagaimana permainan Akiyoshi Rikako. Oke, penulis mungkin
memang sudah mengarahkan kita ke bagian tentang siapa pembunuhnya. Tapi meski
begitu, aku tidak bisa percaya begitu saja. Aku tetap menjaga asumsi awalku, bahwa
Akiyoshi adalah seorang penipu yang lihai. Tidak mungkin akan semudah ini.
Dan
begitu tiba di akhir cerita, penulis sukses membuatku termenung. Sangat di luar
pikiran, bahkan ini lebih gila dari kemungkinan-kemungkinan liar yang
sebelumnya sudah aku pikirkan. Karena merasa tidak terima, aku coba untuk
kembali membolak-balik halaman demi halaman, berusaha menemukan satu-dua potong
kejadian, dan menyusunnya menjadi satu. Miris, cerita sedemikian rumitnya
itu, bahkan tidak ada plothole sama
sekali.
Padahal
saat itu aku sangat berharap agar bisa menemukan plothole yang mungkin bisa aku
gunakan sebagai bahan untuk mematahkan cerita beserta twist yang sudah dibuat
penulis. Tapi yah, Akiyoshi memang terlalu sempurna untuk dicari cela
kesalahannya. Aku tidak habis pikir, berapa lama dia menyusun konsep cerita
seperti ini, dengan tanpa meninggalkan satu pun celah untuk dicari
kesalahannya.
Seketika,
novel ini mengingatkanku dengan salah satu novel thriller terbaik karya penulis
Ruwi Meita, Misteri Patung Garam. Di mana, dalam novel tersebut, secara
samar namun jelas, kita juga ditunjukkan
tentang siapa pembunuhnya. I don’t want to tell you more about how the
story was. Yang jelas, satu hal yang perlu kalian garisbawahi, Holy Mother
sama seperti Misteri Patung Garam, sebuah novel tentang permainan tipu daya
identitas.
Last but not least, specially
for the writer, thank you for inviting me to enter your game. It was not a
common game, I know. The game that you created was not like any other game. It was not fun, really. But, don’t know why, I
always excited for your next ‘crazy’ game.
You did good! Send much loveee!!!
Yang SSD malah saya belum baca. Entah kenapa yang buku ini pun saya tidak terlalu terkesan. Mungkin karena deskripsinya panjang dan pembunuhannya tidak detail dalam kesadisannya.
BalasHapusAku malah terkesan banget daripada SSD
Hapusok punya
BalasHapus