Sabtu, 14 Mei 2016

[Book Review] Kepada Gema - Diego Christian



Judul : Kepada Gema
Penulis : Diego Christian
Tahun terbit : 2016
Tebal : 216 hlm
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kategori : Novel Metropop
ISBN : 978 – 602 – 03 – 2523 – 1

Bisa dibeli di : bukupedia.com


Blurb:

Di tengah menghadapi jam kerja tak berperasaan dan menjalani hubungan jarak jauh dengan Jesse, kekasihnya yang kuliah di Belanda, Atisha harus mencari jalan keluar dari mimpi-mimpi buruk yang selalu membuatnya terbangun di tengah malam. Mimpi buruk yang terus membawanya pulang ke kenangan-kenangan pahit.

Seolah semuanya itu belum cukup, Gema, pemuda yang pernah Atisah cintai, tiba-tiba muncul di kantornya sebagai pembawa acara baru. Kehadiran Gema mengingatkannya pada kebahagiaan sekaligus patah hati yang hingga kini masih terasa pahit, juga pada masa lalu yang dulu menjadi penyebab Gema meninggalkannya.

Gema berhasil memasuki kehidupannya kembali. Tapi Atisah berjanji takkan mengkhianati Jesse, juga takkan mengizinkan Gema menyakiti hatinya lagi.

Namun, bagaimana ketika hubungannya dengan Jesse mulai mengalami masalah?  Bagaimana jika Gema membukakan sebuah fakta menyakitkan tentang kekasihnya itu? Dan bagaimana jika… berdamai dengan masa lalu adalah satu-satunya jalan keluar untuk Atisha?

***


“Kita bisa mengubah diri dengan berada di sekeliling orang positif. Lo bisa ninggalin orang-orang yang karakter dan sifatnya nggak bisa lo ubah.”
Hlm. 101

“Waktu nggak bisa diputar balik, lo tahu itu. Kita nggak akan bisa sama-sama kayak dulu lagi. Gue nggak mau melihat ke belakang. Dan gue mau lo melakukan hal yang sama. Gue, lo, kita, masa lalu.”
Hlm. 102

We can’t run from the past, and we can’t stop to looking back!

Setiap orang memiliki masa lalu masing-masing. Entah itu baik, atau buruk sekalipun. Seperti apapun bentuk masa lalu tersebut, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menerimanya. Tapi, tak jarang, apa yang terjadi di masa lalu justru menjadi momok yang menakutkan bagi kita beberapa tahun ke depan. Kurang lebih, seperti itulah problematika yang kini tengah dihadapi Atisha. Kenangan pahitnya yang terjadi di usia remaja, rupanya berdampak cukup besar pada kelangsungan hidupnya sekarang.

Atisha—seorang creative assistant di sebuah stasiun televisi— selalu terbangun di tengah malam karena mimpi buruk. Seolah tidak cukup, Atisha juga harus merelakan kekasihnya pergi sesaat setelah tahu tentang cerita masa lalunya. Namun baiknya, kini Atisha kembali memiliki seorang kekasih yang bisa menghargai dan menerima masa lalunya. Lelaki itu adalah Jesse. Keduanya menjalani Long Distance Relationship (LDR). Ya, hubungan jarak  jauh. Jesse yang harus menuntaskan pendidikannya di Belanda, mau tak mau harus membuat hubungan mereka terpisah oleh jarak.

Namun, hubungan Atisha dan Jesse mulai dipertanyakan saat Gema—seorang laki-laki yang pernah menjalin hubungan dengan Atisha—kembali muncul di kehidupan Atisha dengan menjadi seorang news anchor di kantornya. Dengan bantuan Shalina, Gema mulai melakukan pendekatan kembali dengan Atisha. Cerita semakin rumit tatkala sebuah fakta mengejutkan tentang Jesse terungkap ke permukaan. Sebuah fakta menyakitkan yang selama ini terlupakan begitu saja.

Setiap cerita pastilah berujung dan memiliki muara…

Pertanyaanya… bagaimanakah cerita KEPADA GEMA ini akan bermuara?

***

“Ketika lo merasa berkorban untuk seseorang atas nama cinta, saat itulah perasaan cinta lo akan hilang sedikit demi sedikit.”
Hlm. 123

“Karena selama matahari masih terbit di sana, selama gue belum berhenti mencari lo, gue tahu, gue akan selalu punya harapan, dan kepastian, untuk menemukan lo.”
Hlm. 150

Waw, pertama kali membaca buku karya Bang Diego, aku langsung suka dengan cara penulisannya. Easy to read and fresh! Kepada Gema ini sebenarnya aku dapatkan karena memenangkan voucher buku dari Kak Azmi, makasih ya Kak. Kenapa aku memilih buku ini untuk dibeli? Yang lebih utama sih dari covernya. Keren, dan saat aku mulai membaca ceritanya, rupanya juga cukup filosofis.

Membaca Kepada Gema membuat kita masuk ke dunia pertelevisian lewat pekerjaan yang dilakoni oleh tokoh-tokohnya, terutama Atisha. Cara penulis mendeskripsikan tentang seluk beluk dunia pertelevisian terbilang sangatlah detail. Terbesit di pikiranku, mungkin penulis pernah terlibat di dalamnya kali ya? Jika tidak, itu berarti riset yang dilakukan penulis memang sangatlah baik. Tidak hanya deskripsinya yang jelas, namun di lain sisi kita sebagai pembaca juga tahu tentang apa saja realitas, istilah asing, dan berbagai wawasan tentang dunia pertelevisian. Sebenarnya, lepas dari semua itu, pada dasarnya aku emang sudah suka sih dengan pemilihan profesi tokoh-tokohnya ini. Entah kenapa dunia pertelevisian selalu menjadi daya tarik bagiku sejak dulu. Mungkin, keren aja kali ya? Hehe.

Selain pada pemilihan profesi pada tokohnya yang detail, letak kelebihan Kepada Gema juga ada pada kecerdasan penulis dalam mengatur konsep cerita. Di bab awal, penulis memberikan secuil kisah masa lalu yang dialami oleh Atisha. Tapi itu semua belum cukup. Karena rupanya di ending, penulis justru menghadirkan satu fakta mengejutkan yang tidak terduga sebelumnya. Fakta ini lebih mengejutkan lagi saat kita tahu bahwa itu ada kaitannya dengan masa lalu Atisha. Membuat kita sebagai pembaca mencoba berpikir ulang dan membuat dugaan kita terhadap ceritanya menjadi berbanding terbalik. Benar-benar eksekusi yang keren! Penulis memang pandai menyembunyikannya, aku aja nggak kepikiran sama sekali dari awal.

Selain diakhiri dengan twist-nya yang keren, ending Kepada Gema menjadi lebih berkesan saat penulis memilih Pantai Pandawa sebagai settingnya. Hmm.. aku memang suka dengan panorama yang ada di Pantai Pandawa, jadi tidak susah bagiku untuk mendeskripsikan bagaimana keadaan di sana. Hal inilah yang menjadi alasan kenapa aku suka dengan pemilihan setting di endingya. Eh, penasaran nggak sih dengan pantai Pandawa? Aku kasih gambarnya saja ya…


PANTAI PANDAWA, BALI 1.

Source:  Click here!



PANTAI PANDAWA, BALI 2.

Source: Click here!


Namun, di balik kelebihan itu, ada juga beberapa hal yang membuat aku risih. Ini hanya pendapatku sih. Pertama, tentang western culture yang diselipkan di buku ini. Sebenarnya, aku tidak mempermasalahkan jika budaya barat dimasukkan ke cerita Indonesia, tapi tidak semua. Ada beberapa budaya barat yang kurang aku suka jika dimasukkan ke dalam cerita. Seperti misal: perempuan perokok. Jujur, aku nggak suka dengan culture yang satu ini. Aku menjadi risih saat mengetahui hal itu ada di buku ini. Selain itu, ada beberapa tokoh yang sebenarnya tidak begitu penting. Aku rasa kemunculan satu/dua tokoh ini akan memiliki keterkaitan di bab selanjutnya, atau setidaknya masih dipertahankan di beberapa part, tapi ternyata tidak. Kalaupun dihilangkan, pasti juga tidak bermasalah karena tidak akan mengubah jalan cerita.

And then, ada satu pertanyaanku yang tak terjawab lewat buku ini. Yaitu fakta tentang Jesse yang menurutku kurang jelas. Cukup kecewa sih, karena aku tidak mendapat kepuasan dari rasa penasaranku. Jadi nggak jelas dan ngegantung gitu, huhuu. Tapi tidak apa-apalah, itu semua bisa termaafkan lewat ekseskusi di endingnya yang bagus banget. Mungkin, aku tidak akan kapok untuk membaca buku karya Bang Diego yang lain, hehe.

Oh iya, aku rasa penggunaan PoV3 ini sebenarnya bisa lebih dikembangkan lagi oleh penulis. Seperti sedikit flashback ke belakang mengenai cerita masa lalu Gema dan Atisha, juga tentang Jesse. Sumpah, aku masih awam banget dengan kehidupan Jesse.

Sebagai penutup, persembahan 4 jempol untuk Gema dan kawan-kawan…


Terima kasih!

***

“Kadang-kadang hal paling indah di dunia itu justru yang nggak kelihatan. Itu sebabnya kita selalu tutup mata waktu mencium seseorang dan waktu kita bermimpi.”
Hlm. 152

“Lo tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah perpisahan? Kenyataan bahwa lo akan menemukan di yang berbeda saat perjumpaan berikutnya. Itu yang sealu gue takutkan.”

Hlm. 153

Tidak ada komentar:

Posting Komentar