Senin, 24 April 2017

[Book Review] Imaji Terindah - Sitta Karina




Judul : Imaji Terindah 
(Serial Keluarga Hanafiah #1.5)
Penulis : Sitta Karina
Tahun terbit : 2016, Desember
Cetakan : Pertama
Tebal : 290 hlm
Penerbit : Literati
Kategori : Novel
Format : Paperback
ISBN : 978 – 602 – 8740 – 60 – 9 


Blurb:

“Jangan jatuh cinta kalau nggak berani sakit hati.”

Tertantang ucapan putra rekan bisnis keluarganya pada sebuah jamuan makan malam, Chris Hanafiah memulai permainan untuk memastikan dirinya tidak seperti yang pemuda itu katakan.

Dan Kianti Srihadi—Aki—adalah sosok ceria yang tepat untuk proyek kecilnya ini.

Saat Chris yakin semua akan berjalan sesuai rencana, kejutan demi kejutan, termasuk rahasia Aki, menyapanya. Membuat hari-hari Chris tak lagi sama hingga menghadapkannya pada sesuatu yang paling tidak ia antisipasi selama ini, yakni perasaannya sendiri.

***






“Be the bestfriend you promised her, the kind she always needs.”
Hlm. 142


   -       REVIEW:

Jika saya benar, maka Imaji Terindah yang telah saya baca ini merupakan sebuah novel re-packaged atau sebuah versi baru dari novel yang sudah terbit sebelumnya. Imaji Terindah sendiri tergabung dalam seri keluarga Hanafiah yang terbit setelah Lukisan Hujan—dan saya belum membaca satu pun buku dari seri ini sampai akhirnya Imaji Terindah ada di tangan saya. Imaji Terindah karya Sitta Karina ini pertama kali terbit pada tahun 2005, dengan tampilan sampul seperti berikut:


Dan mungkin, karena melihat respon pasar yang sangat positif untuk novel ini, maka pada akhir 2016 lalu, bersama Penerbit Literati, Sitta Karina kembali menerbitkan buku ini, dengan tampilan baru tentunya—saya sudah menyertakan tampilan kaver barunya di bagian atas. Saya sendiri tidak tahu persis apa perbedaan antara kedua versi dari novel ini. Yang jelas, di versi terbarunya ini, Imaji Terindah dilengkapi dengan selembar ilustrasi yang saya alihfungsikan sebagai bookmark—umm, atau memang itu ya fungsinya?

“Di antara hari-hari gue yang penuh hukuman, elo ibarat hukuman yang layak gue dapatkan.”
Hlm. 139

Imaji Terindah, bercerita tentang salah seorang putra dari keluarga Hanafiah, yaitu Chris. Diceritakan, Chris adalah sosok pemuda yang tidak lepas dari segala atribut kemewahan. Hal ini ditunjang oleh lingkungan keluarga mau pun pergaulannya sehari-hari. Karakternya sendiri di sini, lebih pro terhadap teman sepergaulannya daripada dengan acara-acara keluarga yang berhubungan dengan bisnis Hanafiah. Hingga pada satu kesempatan, ia dipertemukan dengan Kei—salah seorang anak keluarga Kaminari yang kebetulan ikut serta dalam acara makan malam di kediaman Chris. Pertemuan keduanya tidak meninggalkan kesan baik, namun sebaliknya. Anehnya, apa yang sempat dikatakan Kei terhadapnya, membuat Chris merasa tertantang dan mulai menjalankan misinya.

“Jangan jatuh cinta kalau nggak berani sakit hati.”
-Kaminari Kei-

Misi tersebut membawa ia bertemu dengan Kianti, atau yang biasa dipanggil Aki—siswi baru di sekolah yang berhasil memikat perhatiannya. Namun, semakin Chris mendekatinya, rupanya hal-hal di luar dugaan mulai muncul ke permukaan. Termasuk tentang apa yang dirahasiakan Aki selama ini, dan tentang masa lalunya. Kenyataan lain yang memahitkan juga harus Chris terima, bahwa persahabatannya dengan Alde dan Rimbi menjadi korban dari hubungannya dengan Aki. Belum lagi ditambah dengan hal-hal membingungkan tentang Kei. Tentang kemampuannya yang tak terduga, dan tentang ikatan tak kasat mata yang rupanya memiliki keterkaitan dengan Aki.

Begitulah sedikit gambaran cerita di novel Imaji Terindah. Pada dasarnya, novel ini memang dikategorikan sebagai novel remaja atau teenlit. Tokoh-tokoh di dalamnya pun berstatus sebagai siwa/i sekolah menengah atas. Dan sungguh tepat sekali karena memang saya, juga merupakan seorang siswa SMA—tapi tidak untuk jangka waktu yang lama lagi. Jadi, saat mengetahui hal tersebut, saya sudah berpikiran bahwa; ah ya, ini ceritanya pasti easy to read banget, dan mungkin, cocok juga dengan usiaku. Memang, untuk ukuran novel teenlit, cerita dan konflik yang diangkat di sini cukup ringan. Hanya saja, saya tidak menemukan kekhasan dari sebuah novel remaja. Saya merasa, novel ini berbeda. Terutama dari segi pemilihan dialog antar tokoh yang kurang terasa kesan remajanya. Saya tidak banyak menemukan kekhasan anak remaja, seperti banyolan-banyolan konyol mereka, mau pun cara mereka berbicara yang biasanya rada ngelantur dan banyak guyonnya. Penggunaan kalimat sapaan yang umum di kalangan anak remaja seperti ‘lo-gue’ pun juga minim, meski sebenarnya ada. Entahlah, saya merasa semua tokoh di di sini dibuat terlalu ‘serius’.

Saat penulis membangun chemistry antara Chris dengan Aki, muncul sebuah konflik, yaitu datang dari Alde dan Rimbi, yang menilai bahwa Chris tidak lagi mementingkan waktu untuk sahabatnya—terutama Rimbi—setelah mengenal Aki. Di sini saya merasa bingung, sebenarnya status Chris dan Rimbi itu sebagai apa? Sahabat? Gebetan? Pacar? Kalau sahabat, kenapa Rimbi selalu merasa cemburu dengan Aki? Jadi menurut saya, peran Rimbi di sini perlu sekali ditegaskan sejak awal. Karena di awal, penulis sering menyebut-nyebut ‘sahabat’, sementara di lain sisi, banyak bagian yang menunjukkan bahwa status Rimbi dalam hidup Chris lebih dari itu. Dan oh ya, saya juga merasa aneh saja saat Chris tiba-tiba melayangkan ciumannya ke bibir Aki, saat berada di tempat umum yang ramai pula? Hwow, saya tidak bisa membayangkan sepenuhnya bagaimana itu bisa terjadi.

“The similarity between time and girl: only take a while to enjoy it.”
Hlm. 141

Terlepas dari itu semua, saya sangat suka sekali dengan hubungan Chris dan Aki. Hadirnya Aki, dan dengan segala kelemahan yang ada pada dirinya, berhasil membuat karakter Chris yang cenderung cuek menjadi lebih peka, perhatian, dan lembut. Kekuatan chemistry dari kedua tokoh ini sangat kuat saya rasakan terutama saat Aki sedang berada dalam kondisi terpuruknya. Bagaimana Chris menolongnya, memberinya semangat, mau pun menghiburnya, sangat mencerminkan sekali bahwa ia sangat penuh kepedulian. Begitu juga Aki, sosok gadis yang polos dan awalnya sangat malu-malu untuk menyadari perasaannya ini, memiliki sisi yang tegar dan kuat, mengingat segala cobaan hidup yang ia tanggung selama ini. Terlebih lagi, menjelang akhir yang menurut saya itu sungguh menguras emosi. Dan oh, saya rasa tidak ada kisah lain yang lebih manis dari para remaja, selain Chris dan Aki ini.

Adegan favorit saya adalah saat Chris menolong Aki yang sedang terkunci dalam gudang di sebuah gedung tak terpakai yang ada di sekolah. Ah, itu benar-benar berkesan sekali. Dan meski mereka sama-sama remaja, namun saya merasa bahwa ada unsur kedewasaan—ups, bukan cerita dewasa loh ya yang saya maksud—yang membuat kisah di sepanjang buku ini tidak terkesan ‘murahan’. Rasanya, ini adalah sebuah novel remaja yang tidak menye-menye, namun cukup berkelas. Tidak membosankan dan cocok dibaca saat kita haus akan cerita yang menyegarkan, terutama tentang para remaja. 

Lewat novel dengan tebal mencapai 290 halaman ini, penulis menyelipkan satu pesan penting terutama tentang persahabatan dan cinta sejati. Bagaimana keduanya harus mendapatkan perhatian dalam porsi yang sama, tanpa berat sebelah atau lebih menomorsatukan satu pihak. Sehingga dengan begitu, akan tercipta keharmonisan dalam kedua hubungan tersebut, terlepas dari segala konflik yang nanti menyertainya. Memang intinya adalah, kebersamaan dan keharmonisan sangat penting untuk terlebih dulu dibangun.


Total rate: 3 of 5 stars!

***

[DIIKUTSERTAKAN DALAM ‘LOMBA RESENSI’ BBI HUT 6]


4 komentar:

  1. Duh bukunya galau gk kak? hehe

    btw, mampir juga yah di blog saya... http://namaguerizal.blogspot.co.id/2017/04/keberagaman-masyarakat-hingga-capaian.html#comments

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmm galau nggak ya? Namanya juga novel teenlit, galau nya juga nggak seberapa lah hihi.

      Ok segera meluncuuurr!

      Hapus
  2. Berasa nonton film apa ya baca resensinya, ada ni film yang mirip2 ini alurnya.

    BalasHapus